Bab 169 Masa Lalunya

Seluruh tubuhnya kaku, seperti dia tidak tahu harus berbuat apa dengan kontak fisik.

Aku menggerakkan tanganku perlahan di punggungnya, telapak tangan rata, menjaga ritme yang stabil.

Setelah beberapa kali, bahunya merosot.

Dia menghela napas, dangkal dan gemetar, dan kepalanya tertunduk hingga wajahnya tertekan ke leherku.

Kemudian dia berpegangan. Erat.

Mobil tetap sunyi.

Bahkan tidak ada lalu lintas di luar.

Hanya bunyi creak samar dari jok kulit saat dia bergeser mendekat dan mengunci lengannya di sekelilingku.

Dia tidak berbicara untuk waktu yang lama.

Ketika akhirnya dia bicara, suaranya rendah, diucapkan seolah setiap kata membutuhkan usaha.