39 Lari!

"Berhenti, jangan lari!" Pria itu mengaum dan menembakku dari belakang. Peluru itu menyerempet telingaku dan mengenai kulit pohon di depanku. Bau mesiu tercium dari lubang tempat peluru itu ditembakkan.

Aku berlari sekencang mungkin ke dalam pakis yang lebat, dan kegelapan menelan tubuhku. Aku dikelilingi oleh rumput liar setinggi lutut orang dewasa. Di bawah perlindungan rumput, aku meringkuk dan bergerak maju. Aku berharap bisa bersembunyi di balik pohon, tapi cahaya bulan tiba-tiba menjadi begitu redup sehingga penglihatanku kabur. Bau rumput memenuhi hidungku, dan aku hanya bisa meraba-raba ke arah kanan.

Tembakan lain melewati kepalaku, lalu aku melihat lampu sorot di depan, dan suara para pengejar semakin dekat. Jika aku terus bergerak, mereka akan tahu.