Cahaya putih di ruang kerja itu menyilaukan, dan aku tahu ayahku sedang menungguku di kursi di belakang meja. Kerutan di wajahnya semakin dalam seiring berjalannya waktu, tapi hatinya yang kejam tidak berubah sama sekali!
Semakin dekat aku ke meja, semakin dingin yang kurasakan.
Ketika aku masih kecil, aku pernah tidak sengaja menerobos masuk ke ruang kerja ayahku untuk bersenang-senang. Itu adalah ruang pribadinya untuk bekerja dan membaca. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam tanpa izinnya. Tapi waktu itu aku hanya lupa aturannya. Ketika dia menemukan bahwa aku telah menerobos masuk ke ruang kerjanya yang pribadi, wajahnya sangat dingin. Hanya dengan satu tatapan, aku ketakutan di tempat.
Matanya seperti mata singa yang menatap hewan yang lebih kecil. Itu adalah tatapan merendahkan, meremehkan, dan ganas. Dia bisa dengan mudah membunuh semua hewan di depannya jika dia mau.