78 Aku Kalah!

Tidak, aku tidak bisa. Pasti ada jalan. Aku terus berkata pada diriku sendiri.

Sebuah bayangan muncul di bawah lampu jalan dan aku melihat seorang tunawisma dengan ransel berjalan ke arahku. Dia duduk di bangku lain di sebelahku, mengeluarkan sebotol anggur dan sebungkus roti dari ranselnya dan mulai makan. Suara mulutnya yang mengunyah merangsang indra perasaku. Aku menelan ludah, dan si tunawisma dengan cepat menghabiskan makanan di tangannya. Dia meminum tetes terakhir anggur dari botol dan meringkuk di bangku dengan ranselnya untuk tidur.

Rasa lapar yang ekstrem membuatku merasa lelah secara fisik dan mental. Jadi aku bersandar pada bangku dan tidur sebentar. Selama ada angin di dekatku, aku akan terbangun tanpa sadar. Tunawisma di sebelahku terus mendengkur. Aku menatap langit yang masih gelap, dan aku berharap fajar segera datang. Tapi bahkan saat fajar, ke mana aku harus pergi?