Pagi itu, Warung Langit berubah sunyi.
Awan di sekelilingnya tampak lebih tegang, seolah sedang menahan kentut. Para kandidat duduk rapi di meja masing-masing. Bahkan kandidat yang kemarin makan sambil jungkir balik kini duduk serius sambil bawa pena.
Astraem? Ia duduk di barisan belakang, pakai baju batik pinjaman, dan membawa pensil HB yang ujungnya sudah digigit.
> [SISTEM]
Ujian Resmi Dimulai
Tema: Duel Logika dan Nalar Calon Dewa
Format:
10 Soal Filosofi Terapan
1 Studi Kasus Dunia
1 Soal Bebas Bergaya (nilainya bisa bikin kamu naik atau turun drastis)
---
Sebuah layar transparan muncul di depan tiap kandidat. Soal pertama langsung muncul.
---
Soal 1:
> Jika seseorang jujur mengatakan bahwa dia selalu berbohong, apakah itu pernyataan jujur atau bohong?
Astraem menatap layar, lalu menulis:
> “Itu bukan jujur atau bohong. Itu adalah konten podcast yang membingungkan.”
---
Soal 2:
> Apa makna hidup bagi seseorang yang tahu bahwa hidup adalah ilusi?
Astraem menghela napas. “Ah, ini... berat kayak utang listrik.”
Ia mengetik:
> “Kalau hidup ilusi, maka tertawa dan menangis hanyalah dua bentuk reaksi dari hologram otak. Jadi... nikmatin aja ilusi ini sambil makan gorengan.”
---
Soal 5:
> Dunia penuh ketidakadilan. Apakah keadilan sejati benar-benar bisa dicapai?
Astraem menggigit pensil.
Lalu menulis:
> “Keadilan bukan soal hasil, tapi tentang siapa yang lagi pegang timbangan.
Kadang yang adil kalah karena gak punya alat ukur yang mahal.”
---
Saat sampai Soal 10, kepalanya panas. Ia mulai halusinasi.
Ia melihat gorengan terbang. Lalu melihat kursi berbicara.
> [SISTEM]
Kamu Mengalami: Stres Ringan Akibat Soal Abstrak
Aktifkan Skill?
✅ Insting Konyol (Level 2)
✅ Filosofi Miskin Tapi Jernih (Level 1)
Astraem mengklik dua-duanya.
Tiba-tiba, pikirannya jadi tenang.
> [SISTEM]
Efek:
Kamu jadi bisa menjawab soal berat pakai analogi tukang gorengan.
Nilai bisa jadi tinggi... atau sangat aneh.
---
Soal Studi Kasus:
> Seorang raja memerintahkan hukuman mati untuk pencuri roti karena melanggar aturan.
Tapi ternyata pencuri itu hanya mencuri karena anaknya lapar.
Jika kamu Dewa, apa yang kamu lakukan?
Astraem mengetik:
> “Aku ajak si raja makan bareng sama si pencuri.
Aku minta si raja rasakan sendiri jadi ayah yang anaknya kelaparan.
Kalau dia masih mau hukum mati, ya... mungkin dia bukan raja, tapi mesin.
Dan dunia gak butuh mesin yang jadi pemimpin.”
---
Soal Bebas Bergaya:
> Jelaskan pendapatmu tentang Dewa, Dunia, dan Tujuan Akhir Keberadaan.
Bebas gaya. Mau pakai puisi, gambar, atau lagu? Boleh.
Astraem berpikir.
Lalu menulis:
> “Dewa bukan soal kekuatan. Tapi soal tanggung jawab.
Dunia bukan panggung. Tapi dapur tempat rasa diuji.
Tujuan akhir? Bukan jadi raja. Tapi tetap jadi manusia walau kau berdiri di atas langit.”
“Kalau suatu hari aku naik ke atas,
Aku gak pengen dilihat sebagai dewa.
Tapi sebagai teman yang tahu rasanya lapar dan tetap mau bagi nasi.”
Lalu ia menggambar...
Seekor burung kecil memegang nasi bungkus, terbang ke arah awan, sambil tersenyum.
---
Setelah semua soal selesai, layar menghilang. Warung Langit kembali gaduh.
“Aduh, nomor lima gue salah tafsir!”
“Gue jawabnya malah kayak ceramah!”
“Eh... ada yang jawab pakai gambar nasi gak sih?”
Astraem keringetan. Ia tahu jawabannya unik. Tapi ia gak tahu... sistem ini menganggap “unik” itu berkah atau kutuk.
---
> [SISTEM]
Penilaian Selesai!
Kandidat Bernama: ASTRAEM
Hasil Ujian:
Soal Filosofi: 7/10 (penalaran absurd tapi logis)
Studi Kasus: Sangat Baik
Soal Bebas: Emosional, Nyentrik, dan Menyentuh
Peringkat Naik!
Sekarang: #487 dari 9999 Kandidat
Skill Baru Terbuka!
✅ Analogi Gorengan Level 1
Efek: Bisa menjelaskan konsep rumit pakai makanan rakyat.
✅ Kepekaan Sosial Level 2
Efek: Menyentuh hati lawan bicara. 35% membuat musuh batal nyerang.
---
Astraem bengong.
“Gue... naik peringkat?!”
“Dari ribuan jadi... 400-an?!”
Ia langsung sujud syukur.
Dari arah kanan, suara lembut menyapa.
“Kamu Astraem ya?”
Ia menoleh.
Seorang gadis muncul, rambutnya dikepang dua, pakai jaket kampus dan celana training. Di balik tampilannya yang santai, matanya menyala seperti mata orang yang membaca tiga buku sehari.
“Nama aku Aluna. Kandidat juga. Kamu bikin heboh tadi.”
Astraem gugup. “Eh, iya... Kamu juga?”
“Aku peringkat 54. Tapi... aku suka gaya kamu. Gak banyak orang jawab pakai nasi bungkus.”
Astraem tertawa kecil. “Kalau nasi bungkus bisa masuk surga, mungkin gue jadi malaikat warteg.”
Aluna ikut tertawa. “Eh, kamu tahu gak? Malam ini... ada pengumuman penting.”
“Apa?”
> [SISTEM]
Notifikasi Umum
Kepada Semua Kandidat:
Besok Subuh, Jam 03.00
Akan Ada Ujian Rahasia:
Lokasi dan Format Tidak Diberitahu
Tapi satu hal pasti:
Yang Gagal... Langsung Tereliminasi.
---
Warung Langit langsung membeku.
Satu per satu kandidat menatap layar dengan tegang.
Sebagian mulai berlatih. Sebagian lain panik.
Ada juga yang kabur ke toilet dan gak balik-balik.
Astraem menelan ludah.
“Gue baru aja naik peringkat, masa langsung ditendang?”
Aluna menepuk pundaknya. “Tenang. Kita bisa bareng.”
“Bareng?”
“Iya. Kalau boleh, malam ini... kita diskusi bareng.
Siapa tahu, dua otak beda bisa bikin satu jalan keluar.”
---
Astraem tersenyum kecil.
Malam itu, ia dan Aluna duduk di pinggir Warung Langit.
Langit malam terbuka. Bintang-bintang bergerak perlahan seperti nafas dewa-dewa tua yang sedang tidur.
Mereka bicara soal ujian, soal dunia, dan... soal gorengan favorit.
“Gue sih suka bakwan. Lo?”
“Aku... tempe mendoan.”
“Wah... kalau ada dewa khusus makanan, kita daftarin diri bareng ya.”
---
Dan di balik awan, dalam kegelapan, ada sepasang mata mengawasi mereka.
Seorang pria berjubah gelap, berdiri di balik tirai dimensi.
Ia berbisik:
> “Astraem...
Kamu adalah satu dari tiga kandidat yang belum disadari sistem...
Bahwa kamu membawa... Kode Takdir Lama.”