15.00. Begitu bel sekolah berbunyi, para murid langsung berhamburan keluar dari kelas. Lorong-lorong ramai dengan suara langkah kaki dan obrolan riuh.
Di dalam kelas yang mulai sepi, Nabila masih berdiri di dekat pintu. Matanya tanpa sengaja tertuju pada seorang siswa yang sedang membersihkan lantai bersama beberapa temannya. Saat tatapan mereka bertemu, jantungnya berdegup lebih cepat, dan wajahnya tiba-tiba terasa hangat.
"Heh, lu kenapa mukanya merah begitu?" suara Takiishi memecah lamunan, membuat Nabila salah tingkah.
Adi, yang berdiri tak jauh dari mereka, hanya mendengus. "Biarin aja, Bil. Otaknya emang separuh."
Takiishi malah tampak kebingungan. "Nabila siapa?"
Abi, yang sudah hapal dengan kelakuan Takiishi, hanya bisa menghela napas sebelum mengetuk kepalanya pelan. "Itu cewek di depan lu, namanya Nabila, dasar oon! Takiishi Ahmad Fujiwara Chika!"
Takiishi mengelus dagunya, seolah baru saja menemukan pencerahan. "Oh… Nabila. Kayak nama pasaran ya?"
Surya, yang dari tadi ikut mendengarkan, langsung menimpali. "Tolol, lu ngomong gitu depan orangnya."
Sena terkekeh. "Ya, daripada ngomong di belakangnya?"