Bab 5: Jantung Kabut dan Bayangan Yang Tersegel

Kabut malam terasa lebih berat dari biasanya. Namun kini, Li Tian melangkah tanpa ragu. Hutan Kabut Abadi telah menyambutnya sejak pertama kali, dan kini ia kembali menyusuri jalur yang bahkan para pemburu pun tak pernah pijaki.

Setiap langkah membawa Tian makin dekat pada pusat energi spiritual yang tidak stabil—terasa seperti lubang api dan angin bersatu, liar dan tak terkendali. Di kejauhan, suara burung bermata satu tadi kembali terdengar, namun tak ada yang tampak di langit. Hanya gema dan ketegangan yang menggantung.

Setelah satu jam perjalanan, Tian tiba di sebuah kuil batu tua yang tertutup akar, berdiri di atas danau kecil yang memantulkan langit merah.

Di depan kuil terdapat gerbang batu besar yang nyaris runtuh, dan di atasnya tertulis simbol kuno:

“Segel Darah Roh - Jangan Dibuka.”

Namun simbol itu bergetar hebat, dan tampak mulai retak. Aura jahat—hitam dan merah—merembes dari celah pintu.

Di dalam dadanya, liontin naga membara seperti nyala lilin tertiup badai.

“Ini bukan hanya gangguan... ini adalah segel kuno yang sedang pecah. Jika kau biarkan, makhluk di dalamnya akan menelan seluruh desa... bahkan seluruh wilayah ini.”

Namun… suara Leluhur tidak memaksanya. Hanya memberi tahu.

Dan kini keputusan ada di tangan Li Tian: Akankah ia menghadapi apa pun yang tersegel di dalam?

Li Tian telah mengambil keputusan ia memilih berkomunikasi dengan entitas di dalam segel, mencoba membuat kontrak roh.

(Kekuatan sejati bukan hanya yang bisa dikendalikan… tapi juga yang bisa dinegosiasikan.)

...