Perasaan yang Hancur

Api berderak pelan, melemparkan bayangan yang berkedip-kedip di wajah Logan. Dia duduk dengan lengan di atas lututnya, menatap nyala api, tenggelam dalam pikirannya. Jean mengintip padanya dari balik jaket yang telah diberikannya.

Keheningan di antara mereka tidak lagi tajam... rasanya berat, seolah membawa terlalu banyak beban; tidak satu pun dari mereka memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.

Kemudian Logan berbicara.

"Kau tahu... waktu aku kuliah... aku tidak pernah memberitahu orangtuaku tentang perundungan itu."

Jean tidak menjawab, tapi dia juga tidak memalingkan pandangannya.

"Mereka terlalu menyayangiku. Aku tidak tega memberitahu mereka bahwa anak mereka didorong ke dalam loker, atau bajunya dirobek-robek, atau dipermalukan di depan semua orang." Suaranya tidak terdengar pahit... tenang, seperti seseorang yang mengingat memar lama yang masih terasa nyeri saat hujan.