Pada saat itu, beratnya keheningan di aula terasa lebih pekat dari udara.
Setiap mata tertuju pada William Victor.
Dia tidak bergerak sedikit pun sejak kata-kata James menusuk aula seperti anak panah yang dicelupkan racun. Tapi sesuatu di matanya berubah—tidak, menyentak.
Ada api dingin yang tak terbaca yang berkobar di dalamnya. Keanggunan tenang dari tuan muda tertua keluarga Victor menguap menjadi sesuatu yang berbahaya.
James, tidak menyadari badai yang sedang terbentuk, masih mengenakan seringai jahat di wajahnya. Dia pikir dia telah membuat pernyataan, dan dia perlu mengambil tindakan sekarang.
Tapi seringai itu tidak bertahan lama.
Dengan kemarahan yang tenang, William melangkah maju. Lalu satu langkah lagi. Sepatunya mengetuk lantai marmer seperti hitungan mundur. Kerumunan terbelah seperti tirai, secara naluriah mundur, menahan napas mereka.
Sebelum siapapun sempat berkedip.
"SMACK!"