Saat itu, Cora sedang duduk di kantornya, dengan kaki disilangkan, jari-jarinya perlahan membalik-balik berkas yang sebenarnya tidak terlalu menarik perhatiannya. Jendela besar di belakangnya menyebarkan sinar matahari lembut ke permukaan mengkilap mejanya, tetapi pikirannya jauh dari dokumen-dokumen di hadapannya.
Kemudian terdengar ketukan pelan.
Sebelum dia sempat menjawab, pintu terbuka, dan Malisa masuk—tenang, terkendali, tetapi dengan kilatan sesuatu di matanya.
Cora mendongak, wajahnya tak terbaca.
"Dia menandatanganinya," kata Malisa singkat, berjalan mendekat. "Persis seperti yang kamu katakan dia akan lakukan."
Cora mengangkat alis dan perlahan menutup berkas itu. "Benarkah?"