Pada saat itu, Samuel perlahan menolehkan kepalanya, matanya memindai sekitarnya dengan teliti. Napasnya masih berat akibat ledakan emosinya, tapi insting Samuel langsung bekerja—dia perlu mengendalikan diri dengan cepat. Dadanya naik turun saat dia menghembuskan napas, memaksa amarahnya tenggelam jauh ke dalam. Luapan emosi kecil itu bisa membuatnya kehilangan segalanya jika ada yang melihatnya.
Dia merapikan jaketnya, menyesuaikan jam tangannya, dan mengambil langkah lambat dan terukur menjauhi tempat sampah yang terbalik. Dengan satu lirikan terakhir dari balik bahunya, dia dengan hati-hati menegakkan kembali tempat sampah itu, membuat seolah-olah tidak ada yang terjadi.