Chapter 5 – The Chosen Among Many (Yang Terpilih di Antara Banyaknya)
Langit pagi di atas Wilayah Zhi masih diselimuti kabut lembut ketika 650 calon murid memasuki area seleksi pertama Sekte Daun 7 Sisi. Tanah di wilayah ini subur, penuh dengan energi spiritual yang melimpah. Pohon-pohon tinggi menjulang seperti penjaga tua, dan angin yang bertiup seolah membawa bisikan dari zaman dahulu.
Setiap calon murid membawa harapan mereka sendiri sebagian dengan tekad membara, sebagian hanya dengan rasa penasaran, dan sebagian lain dengan ambisi tersembunyi.
Di tengah kerumunan, terdapat beberapa sosok yang langsung menarik perhatian, bahkan sebelum satu langkah pun mereka ambil dalam ujian ini.
Yun Xiwe, seorang gadis berusia 17 tahun dari keluarga Yun di desa wilayah utara, berjalan tenang dengan langkah ringan. Kulitnya seputih giok, memancarkan ketenangan yang menyejukkan. Rambut hitam legamnya diikat sederhana, matanya tenang namun cerdas. Ia mengenakan jubah biru pucat, melambangkan ketenangan dan kebijaksanaan. Meski tidak berbicara banyak, sorot matanya mencerminkan ketajaman pemikiran yang tidak bisa diremehkan.
Di sebelahnya, Fang Sei, pemuda 18 tahun dari keluarga Fang, melangkah tanpa memperhatikan siapa pun di sekitarnya. Wajahnya tampan, namun selalu dingin dan acuh. Jubah abu-abu gelap yang ia kenakan bergerak angin dengan tenang. Banyak yang mencoba menyapanya, tapi Fang Sei hanya melirik dan terus berjalan. Tak ada senyum. Tak ada minat. Namun aura di sekitarnya begitu kuat, membuat beberapa murid menjauh dengan sendirinya.
Beberapa langkah di belakang mereka, seorang gadis dengan langkah licik namun penuh kepercayaan diri muncul Wang Xuei. Usianya 17 tahun. Ia berasal dari keluarga Wang di kota bagian barat. Rambut hitamnya dikuncir tinggi, dengan mata tajam seperti elang yang selalu memantau sekitar. Seringai kecil terukir di wajahnya, seolah menyembunyikan banyak rahasia. Ia dikenal pandai bicara dan mampu memanipulasi keadaan jika perlu. Dalam dunia kultivasi, kepribadian seperti ini bisa sangat berbahaya atau sangat berguna.
Tak jauh dari sana, tampak sosok muda yang lembut dan menenangkan Xieyi Zui, gadis 16 tahun dari kota bagian timur. Berkulit putih bersih, posturnya ramping, wajahnya penuh kasih sayang, dan tutur katanya sopan. Banyak murid merasakan kenyamanan saat berada di dekatnya. Namun, mereka yang cukup peka bisa melihat kilau keteguhan dalam sorot matanya.
Lalu tampak dua saudari dari keluarga Jia, yang kontras namun tak terpisahkan.
Jia Yuwei, 17 tahun, lembut dan penuh kasih. Kulitnya seputih salju, dan tutur katanya halus. Ia memiliki aura alami yang menyenangkan, mudah membuat orang percaya dan menghormatinya. Kakaknya, Jia Wei, 18 tahun, lebih keras dan licik. Wajahnya cantik seperti adiknya, namun sikapnya lebih taktis dan penuh perhitungan. Meskipun mereka sering tidak sependapat, keduanya memiliki kecocokan spiritual yang unik, seolah saling melengkapi.
Dari wilayah selatan, Hui Baifa muncul dengan senyum sinis. Ia tampan dalam standar umum, tapi sorot matanya menyimpan niat gelap. Berusia 17 tahun, berasal dari keluarga Hui di desa selatan, Hui Baifa terkenal karena kemampuannya memanfaatkan celah dalam aturan. Banyak calon murid waspada terhadapnya, namun tidak berani menentangnya secara langsung.
Dan terakhir, sosok yang membuat banyak murid merasa terintimidasi Yuji Daofei, pemuda 18 tahun dari keluarga Yuji di desa wilayah barat. Ia tampan, bahkan nyaris sempurna dalam penampilan. Namun yang membuatnya berbeda adalah sikapnya. Ia selalu terlihat tidak peduli, tenang, dan tak tertarik dengan apapun. Tapi ketika ia berjalan, aura spiritualnya bergema jauh lebih kuat daripada yang lain. Banyak murid merasa bahwa dia adalah satu-satunya yang sudah selevel dengan kultivator sejati meskipun mereka semua masih calon murid.
Setelah semua calon murid memasuki Wilayah Zhi, suara dari para tetua sekte menggema di udara melalui formasi sihir.
“Seleksi tahap pertama akan berlangsung selama enam bulan. Di hadapan kalian tersebar ribuan tanaman spiritual dan jebakan alami. Tugas kalian sederhana: temukan dan bawa satu Buah Spiritual. Jenis buah menentukan potensi awal kalian.”
Formasi cahaya muncul di udara, memperlihatkan empat jenis Buah Spiritual:
Buah Spiritual Bumi (Earth Spiritual Fruit) – 180 buah
Buah Spiritual Langit (Sky Spiritual Fruit) – 110 buah
Buah Spiritual Petir (Lightning Spiritual Fruit) – 25 buah
Buah Spiritual Surgawi (Heavenly Spiritual Fruit) – hanya 10 buah
Para murid mulai berpencar, beberapa membentuk kelompok kecil, lainnya memilih berjalan sendiri. Di antara mereka, delapan murid berbakat ini bergerak dengan strategi masing-masing. Fang Sei dan Yuji Daofei memilih arah yang berbeda, tanpa menghiraukan siapa pun. Wang Xuei tampak tertawa kecil sebelum menyelinap ke arah semak belukar, mungkin sudah merancang sesuatu. Jia Wei dan Yuwei berdiskusi sebentar sebelum memisah. Xieyi Zui terlihat ragu namun akhirnya berjalan tenang ke arah timur. Sementara Yun Xiwe berdiri sejenak di tempatnya, merasakan arah energi spiritual sebelum akhirnya melangkah pelan.
Dari kejauhan, para tetua sekte memperhatikan semuanya melalui cermin pengamat.
“Lihatlah mereka… beberapa dari generasi ini memiliki potensi yang sangat luar biasa,” gumam salah satu tetua.
“Namun potensi saja tidak cukup,” sahut yang lain. “Enam bulan akan menyaring siapa yang pantas… dan siapa yang hanya beruntung memiliki akar roh.”
Langit kelabu menyelimuti Wilayah Zhi, namun tak ada satu pun dari para calon murid yang mundur. Mereka tahu bahwa buah yang berhasil mereka temukan akan menentukan nasib mereka sebagai murid resmi Sekte Daun 7 Sisi. Di tengah padang luas, hutan rimba, bebatuan tajam, dan lembah berkabut, 650 murid mulai menyebar.
Fang Sei berdiri di atas tebing curam, matanya tajam mengamati kilatan petir dari kejauhan. Ia tahu, di balik badai kecil itu, terdapat tempat yang menyimpan Spiritual Lightning Fruit buah legendaris yang hanya bisa didapatkan oleh mereka yang memiliki ketenangan, perhitungan, dan keberanian luar biasa.
Kilatan petir menyambar dari segala arah. Di antara akar-akar besar dan lumut keperakan, tumbuh berbagai tanaman yang menyimpan listrik dalam setiap helaian daunnya. Namun hanya satu dari mereka yang mampu menghasilkan Spiritual Lightning Fruit, dan tanaman itu berada tepat di tengah wilayah berbahaya tersebut, terlindungi oleh medan listrik alami yang bahkan bisa melumpuhkan tubuh biasa dalam satu sentakan.
Fang Sei menyipitkan mata, mempelajari arah petir dan ritme kilat yang muncul.
"Ini bukan tentang kekuatan... tapi ketepatan waktu."
Dengan tenang, ia mulai menyusun strategi untuk menembus perlindungan tanaman itu.
Di sisi lain wilayah...
Yuji Daofei, dengan ekspresi datarnya, menyusuri lembah sunyi.
Meskipun penciumannya terhadap energi sangat tajam, ia belum menemukan sedikit pun jejak Spiritual Heavenly Fruit. Tidak ada tanda, tidak ada aura, hanya kesunyian.
Namun ia tidak terganggu.
"Kalau tidak ada tanda… berarti buah itu menunggu untuk ditemukan dengan cara yang tidak biasa."
Ia terus melangkah tanpa tergesa, seolah waktu tak berarti baginya.
Sementara itu, Wang Xuei berjalan perlahan menyusuri hutan tipis.
Bibirnya menyungging senyum tipis saat matanya memandangi dua murid lain yang sibuk menggali tanah untuk mencari Spiritual Earth Fruit.
"Kalau aku tidak menemukannya... aku hanya perlu mengambil dari yang lengah."
Ia menyimpan beberapa alat kecil di dalam jubahnya, siap untuk melakukan trik kotor jika dibutuhkan.
Xieyi Zui, meski terlihat lembut, memikirkan segala kemungkinan. Ia tahu bahwa baik Spiritual Lightning Fruit maupun Heavenly Fruit akan sulit didapat. Tapi ia bukan tipe penyerah.
"Jika aku tak bisa menembus badai, mungkin aku bisa menunggu celahnya."
Ia mencatat lokasi-lokasi energi tinggi sambil merancang pendekatan yang lebih cerdas dan hati-hati.
Jia Yuwei tak jauh berbeda. Wajahnya seputih salju tetap tenang, tapi matanya waspada. Ia mencari energi spiritual dengan fokus tinggi, berharap bisa menemukan petunjuk buah dengan tingkat energi lebih tinggi.
Di belakangnya, sang kakak, Jia Wei, tertawa pelan.
"Kalau adikku gagal, aku masih punya cara untuk membuatnya lolos."
Ia menyimpan beberapa benda khusus yang bisa memicu pertengkaran antar murid dan mengalihkan perhatian mereka.
Hui Baifa, yang tampak pendiam namun mencurigakan, mulai mengikuti jejak seorang murid yang tampak menuju wilayah kilat.
"I'll just let him find it... then take it when he's weak."
Ia bersenandung pelan, tubuhnya melesat di balik bayangan pohon, tak terlihat.
Sementara itu, Yun Xiwe berjalan di atas air tipis yang membeku oleh energi spiritualnya. Ia tak terburu-buru.
Ia membuka selembar peta spiritual yang hanya dimiliki oleh keluarga Yun.
"Di antara semua tempat ini, hanya satu yang cocok untuk menumbuhkan Buah Surgawi dan aku tahu tempat itu."
Dengan elegan, ia mulai melangkah ke arah barat laut Wilayah Zhi.
Mereka semua memiliki ambisi. Namun hanya sebagian yang akan berhasil.
Dan waktu pun terus berjalan.