Li Hongtian

Dalam dunia fantasi di mana para pendekar dapat membelah gunung dan sungai kecil hanya dengan melambaikan tangan mereka dan memecahkan sungai dengan tendangan, terdapat sebuah restoran kecil yang berkarakter seperti ini.													
Restoran itu tidaklah besar, namun disanalah tempat di mana orang-orang hebat akan datang.													
Di sana, kamu dapat mencicipi nasi goreng telur yang terbuat dari telur burung pheonix dan nasi darah naga.													
Di sana, kamu dapat minum arak kuat yang difermentasi dari buah jeruk dan air dari mata air kehidupan.													
Di sana, kamu dapat mencicipi daging barbercue dari hewan buas roh tertinggi tingkat sembilan bertabur lada hitam.													
Apa? Kamu ingin menculik sang koki? Hal itu tidak akan terjadi, karena ada seekor dewa hewan buas roh tingkat sepuluh, Tuan Anjing, yang berbaring di pintu masuk.													
Oh, sang koki juga memiliki asisten robot yang pernah membunuh manusia dewa tingkat sembilan dengan satu tangan dan kelompok wanita gila yang perutnya telah ditaklukkan.													

Vermillion

Seni Memasak dari Dunia Lain

OnGoingWhy

CatatoPatch

Ini adalah nama restoran cabang di Lembah Pencinta Makan.

Bu Fang terlalu malas untuk memikirkan sebuah nama. Toh, di seluruh Lembah Pencinta Makan ini, tidak ada satu orang pun yang berani menggunakan nama Restoran Taotie. Walaupun tidak ada yang berani melakukan hal itu, bukan berarti Bu Fang tidak akan melakukannya.

Mengelus pita hitam dan putih di tangannya, Bu Fang tersenyum lebar.

Yah, karena dia memiliki dua Taotie yang terikat di lengannya, bagaimana jika dia menggunakan nama Taotie untuk restorannya? Siapa yang berani menentangnya?

Menggenggam tangan, Jubah Merah Terangnya sedikit berkibar.

Sinar matahari menyinari Bu Fang, membuatnya merasa hangat dan nyaman.

Seiring dengan berjalannya waktu, temperatur menjadi lebih rendah. Musim gugur tidak lama lagi akan menyongsong musim dingin.

Angin membawa kelembaban di udara dan kadang membawa dedaunan layu yang kering.

Kehidupan Sehari-hari di Lembah Pencinta Makan