Setelah Acara di Aula selesai.
Dokter Arya mengajak saudara dan Dimas ke sebuah cafe dekat rumah sakit.
.
Dicafe
Echa, Iqbal, Niken, Bang Arya, dan Dimas duduk di satu meja. sambil menikmati makan siang yang tertunda.
"Apakabar nya dim, gimana kerja disana?" tanya Arya memecah keheningan
"Ya gitu bang, biasaa tapi untuk nambah pengalaman lumayan lah"
Ponsel Arya berdetar.
"Assalamualaikum Papi" suara anak kecil yang mengemaskan.
"Waalaikumsalam Cinta Papi, kenapa anak Papi kok tumben nelpon video call" tanya sang ayah.
"Uncle Dimas mana, dari tadi Kia nelpo gak di angkat."
"Aduhhh, maaf bang gak tau kalo kita nelpon" ucap Dimas langsung ngecek Hp nya
"Uncle Dimas, tadi ada rapat sayang jadinya gak angkat telponnya. Nanti Papi bilang sama Uncle ya"
"Oke papi, Assalamualaikum." ucap Kia.
"Iya, sayang Waalikum... "
"bang mana mau ngomong aku sama kita sebentar" potong Echa
"Kia jangan tutup dulu telponnya. Aunty Echa mau bicara"
menyerahkan Handphone Arya ke Echa.
"Sayang, Aunty kangen. Kia besok aunty nginep di sana boleh??"
"Boleh Aunty horee kia bisa bobok bareng Aunty." jawab riang Kia.
"oke, aunty tutup ya nak. dah dah Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam salam Aunty muach"
"Ni bang maakasih ya" menyerah telponnya ke Arya lagi.
.
"oh ya, kalian berdua kan jadi pendamping gue sama Niken nanti jadi kalian Minggu depan harus ikut fitting baju pengantin bareng kita" ucap Iqbal "titik dan gak boleh nolak" tambah Iqbal.
Dimas hanya melirik ke arah Echa tanpa berkata satu kata pun.
.