The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 2

White yang sedang bersama anak-anak teman Kon pun menunggu Edward di tempat yang telah mereka sepakati untuk bertemu sebelumnya. Anak-anak itu terlihat sangat senang bersama dengan White apalagi dengan wujud White yang seperti ras mereka meskipun dia sama sekali bukan, mereka merasa sangat aman berada di dekatnya.

"Kak White, kita sedang apa?"

"Kita sedang menunggu tuanku datang."

Anak-anak itu terlihat bingung dengan apa yang White katakan. Dengan penampilan White yang seperti itu, mereka tidak berpikir kalau White adalah seorang budak, bahkan White terlihat lebih seperti bangsawan daripada seorang budak.

"Tuan?"

White tahu kalau selama ini tuannya sama sekali tidak melihatnya seperti itu meskipun White merasa kalau itu benar, tetapi tuannya tidak pernah memperlakukannya dengan kasar baik di kehidupan masa lalu ataupun masa sekarang, tuannya tetap memperlakukannya dengan sangat baik.

"Ya, dia adalah tuanku."

White menutup matanya dan tersenyum manis, dia pun menyatukan tangannya seolah-olah seperti orang yang sedang berdoa. White mengingat-ingat masa-masa yang sangat indah di masa lalu dimana tuannya masih hidup di kehidupan masa lalu.

Meskipun White bukanlah orang yang paling dekat dengan tuannya, dia adalah orang yang paling tahu tentang masa lalu dan segala penderitaan yang telah dialami oleh tuannya di masa lalu. Sesuatu yang bahkan tidak diketahui Lily dan saudari-saudarinya, sesuatu yang tuannya telah kubur jauh-jauh di dalam hatinya.

"Tuanku yang sangat agung dan juga murah hati sehingga membuatku yang seharusnya tidak boleh mempunyai perasaan terhadapnya menjadi jatuh hati kepadanya."

Tuan yang telah menghadapi penderitaan yang sangat besar dengan kehilangan orang yang paling dia cintai dari dunia ini, tetapi tuannya tidak pernah berputus asa dan tetap menjaga dunia ini sampai akhir hayatnya.

"Tuanku yang selalu menyinari dunia ini dengan cahayanya yang suci seberat apapun hal yang menimpanya."

Tuan yang bahkan tidak pernah marah ataupun membenci satupun diantara anak-anak Zodiak setelah apa yang telah mereka lakukan, dia tetap tersenyum kepada mereka saat sebelum dia menghilang dari dunia ini yang membuat anak-anak Zodiak mengalami kesedihan yang sangat mendalam sampai-sampai mereka ingin menghancurkan dirinya sendiri.

Mungkin jika tuannya itu marah dan membenci mereka, para anak-anak zodiak itu akan merasa lega dan menerimanya dengan lapang dada, tetapi tuannya sama sekali tidak membenci mereka, bahkan dia tetap menganggap mereka sebagai anak-anaknya sendiri.

"O mi Domine, aku mencintaimu."

Anak-anak itu seolah-olah tersihir dengan tubuh White yang seolah-olah bercahaya dengan sangat indahnya sehingga membuat mereka memandangi White tanpa berkedip sekalipun.

Edward pun akhirnya datang ke tempat dimana White dan anak-anak itu berada, dia melihat White yang seperti sedang berdoa dengan khidmat sampai-sampai tidak menyadari dirinya yang sekarang berjalan menuju ke arahnya.

"White? Apa yang sedang dia lakukan?"

Edward pun merasakan perasaan aneh dalam dirinya saat melihat White saat ini. Itu bukanlah perasaan yang tidak mengenakkan melainkan sebuah perasaan indah yang membuat Edward menjadi sangat tenang.

Tentu Edward sudah menyadari jika Lily, White dan Chamuel pernah bertemu dengannya entah di masa lalu karena itu sangat tidak mungkin ada orang yang tiba-tiba ada seorang gadis cantik yang tiba-tiba menyukainya dalam sekali tatap. Edward merasa sangat penasaran dengan itu apalagi setelah apa yang terjadi dengannya selama ini, tetapi bagaimanapun Chamuel dan yang lainnya menolak untuk memberitahunya yang sebenarnya.

White perlahan membuka matanya dan mendapati Edward yang sedang berdiri di hadapannya, dia pun menyambutnya dengan senyumannya yang manis dan menawan bak bidadari yang akan membuat laki-laki manapun akan meleleh ketika melihat senyumannya.

"O mi Domine, selamat datang."

Anak-anak itu pun menoleh melihat Edward yang telah berada di sana tanpa mereka sadari sebelumnya, mereka melihat seorang pemuda yang mempunyai fisik biasa-biasa saja tanpa sesuatu yang spesial, mereka bahkan sulit buat mempercayai jika dia adalah tuan dari wanita cantik bertelinga kucing itu.

"Apa kakak berambut putih itu tuan kakak?"

"Ya, dia adalah tuanku tercinta."

Selama ini Edward selalu penasaran terhadap White yang memanggilnya tuan dan selalu mengaku-ngaku bahwa dia adalah tuannya, White bahkan dengan sadarnya pernah mengaku sebagai budak tanpa menunjukkan ekspresi malu sekalipun dan membuat Edward sendiri malu dengan itu.

"Kesampingkan soal itu, apakah ini sudah semua?"

"Ya, aku sangat yakin kalau ini sudah semuanya."

Edward pun sekarang bisa bernapas dengan lega karena dia sudah tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi dan juga akhirnya dia bisa kembali dan mengembalikan senyum dari gadis rubah yang baru dia temui hari ini.

"Sekarang mari kita pulang."

Setelah mendengar itu, White nampak sangat ragu-ragu untuk mengatakan kebenaran kepada tuannya itu, dia memang mempunyai kekuatan untuk melakukan teleportasi tetapi dia tidak mempunyai cukup kekuatan untuk membawa serta mereka semua, dia harus meninggalkan salah satu dari anak-anak itu atau Edward di gua ini.

"Tuanku..."

Tentu White tidak ingin meninggalkan tuannya itu disini, tetapi tuannya pasti juga tidak akan mau meninggalkan salah satu dari anak-anak itu di gua ini sendirian karena itu memang sudah sifat aslinya.

"Hmmm...ada apa?"

"Sebenarnya aku tidak bisa membawa semuanya tanpa pasokan sihir lagi."

"Eh?!"

Edward terkejut dengan itu, dia tidak menyangka kalau White juga bisa kehabisan energi sihir melihat selama ini dia sudah seperti mempunyai energi sihir yang tidak terbatas di mata Edward.

"Tetapi aku tahu cara untuk mengatasinya...."

Edward menjadi semakin gelisah dan gemetar melihat wajah White yang memerah. Dia pun menelan ludahnya dengan keringat dingin yang keluar dari seluruh tubuhnya karena dia mengingat-ingat apa yang pernah dilakukan White kepadanya saat melihat pohon suci mekar.

Mungkin selain Sharon dan Evelyn, White adalah orang yang paling Edward tidak taruh curiga karena dia yang tidak pernah melakukan sesuatu seperti yang Chamuel pernah lakukan kepadanya, tetapi tetap setelah kejadian pohon suci itu Edward menjadi semakin waspada kepada White.

"A-apa itu?"

White sudah tahu kalau ini akan terjadi dan dia juga tahu bagaimana cara untuk mengatasinya, satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah mengambil langsung energi sihir dari tuannya itu dengan cara yang sebelumnya dia lakukan.

"Tuanku...tolong cium-"

"Aaa...aku baru ingat kalau aku masih ada urusan, jadi kau kembalilah bersama anak-anak itu dan nanti aku akan menyusul."

Tentu sebagai seorang penjaga dari Edward yang tidak akan ragu untuk mengorbankan nyawanya demi Edward, dia tidak bisa membiarkan Edward untuk sendirian karena akan ada banyak bahaya untuknya.

"T-tapi-"

"Da~h!"

Tanpa menghiraukan itu, dengan sangat cepat, Edward langsung menghilang kabur seribu langkah meninggalkan White sendirian bersama anak-anak itu, dia sudah tidak mau diganggu dengan masalah yang mungkin akan berujung dengan harem ini dan dia juga sama sekali tidak menginginkannya.

White pun tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti apa keinginan Edward. White tahu kalau Edward sekarang sudah menjadi kuat yang bahkan dia bisa mengalahkan Avvanyyon seorang diri meskipun harus mengorbankan dirinya, tetapi dia tetap merasa khawatir jikalau tuannya itu akan menggunakan kekuatannya secara berlebihan sehingga menyebabkan kehancuran bagi dirinya sendiri karena kekuatannya yang terlalu besar untuk ditahan tubuh manusianya yang rapuh kecuali jika dia kembali seperti dahulu.

Akhirnya dia pun memutuskan untuk kembali dengan membawa anak-anak itu dengan sihir teleportasinya, tidak seperti Zadkiel yang bisa membuka gerbang dimensi dan berpindah tempat sesuka hatinya meskipun tidak sehebat dahulu, White tidak mempunyai kemampuan seperti itu karena memang itu bukanlah tugasnya.

"Kak White."

Anak-anak itu pun menatap White dengan tatapan yang tidak tahu mau berbuat apa, mereka mungkin ingin kembali tetapi melihat White yang seperti itu, mereka menjadi tidak tega dengannya.

"Kalau kakak mau, kakak bisa meninggalkan kami disini, kami akan mencari jalan pulang sendiri."

Tentu White tidak bisa membiarkan itu karena itu sudah pasti akan membuat tuannya marah dan kecewa kepadanya apalagi melihat mereka yang masih anak-anak, mereka tidak akan pernah bisa keluar dari labirin gua ini hidup-hidup.

"Kak White?"

White pun memeluk mereka semua dengan senyum manisnya, Dia sangat senang karena anak-anak itu mencemaskannya, tetapi keinginan tuannya adalah mutlak baginya, dia akan berusaha untuk mewujudkan keinginan tuannya itu tidak peduli apapun yang akan terjadi.

"Tidak, aku yakin kalau tuanku bisa keluar sendiri."

White mempersiapkan teleportasinya dan dengan sekejap mata, mereka pun berpindah dari gua bawah tanah itu ke rumah mereka dimana Kon menunggu mereka dengan harap-harap cemas. Anak-anak itu sangat terkejut melihat dengan tiba-tiba mereka bisa berpindah, bahkan mereka sama sekali tidak menyadarinya.

Kon sangat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata apapun ketika melihat White dan teman-temannya yang tiba-tiba muncul tepat di depannya, dia pun langsung berlari menghampiri teman-temannya itu dan memeluk mereka semua dengan wajah gembira.

"Rin, Haru, Sora, Sakura, Yin!"

"Kon!"

Rasa khawatir Kon pun akhirnya menghilang setelah meelihat mereka pulang ke rumah, dia memeluk teman-temannya itu dengan air mata haru yang keluar dari matanya yang indah.

"Syukurlah! Syukurlah kalian selamat."

"Itu semua berkat kak White!"

Kon sangat berterima kasih dengan White yang telah menyelamatkan mereka, dia sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi kalau White tidak berada disana pasti dia akan putus asa mencari teman-temannya.

"Terima kasih! Terima kasih banyak kak White!"

"Sama-sama, ini semua berkat tuanku."

Lily dan Chamuel memang senang Kon bisa bertemu teman-temannya kembali, tetapi mereka tidak tahu kenapa Edward tidak terlihat kembali bersama dengan White dan anak-anak itu.

"White-chan, dimana Ed-chan sekarang?"

"Tuanku tiba-tiba lari saat dia aku minta untuk mengisi energi sihirku."

Chamuel pun hanya bisa menghela napas melihat Edward yang masih seperti itu, dia memang sangat mencintai Edward dan bahkan sudah mengungkapkan perasaannya tetapi dia tidak tahu kenapa sampai sekarang Edward sama sekali tidak menjawab perasaannya. Chamuel tahu kalau itu sama sekali tidak mudah melihat siapa sebenarnya dia dan apa hubungannya dengan Edward, tetapi dia juga sangat takut jika suatu hari akan terjadi sesuatu yang sama seperti di masa lalu.

Chamuel pun sampai sekarang masih mengingat dengan sangat jelas wajah terakhir yang ditunjukkan sang cahaya disaat sebelum dia menghilang, senyum indah penuh dengan kesedihan yang membuatnya terus menyesali perbuatannya sampai-sampai membuatnya putus asa, tetapi kali ini dia sudah sangat yakin kalau dirinya tidak akan jatuh lagi ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, kali ini dia akan habis-habisan melindungi Edward sekalipun dia harus mempertaruhkan nyawanya.

Tentu bukan hanya Chamuel saja yang berpikiran seperti itu, semua anak Zodiak yang memperoleh kembali ingatan kehidupan masa lalu akan berpikiran sama dengannya, mereka akan mempertaruhkan segalanya saat perang terakhir telah dimulai untuk melindungi sang cahaya.

Lily sangat mengerti dengan perasaan Chamuel itu meskipun dia tidak ikut dengan yang lain saat itu dan dia bersama dengan White juga telah tertidur, sebagai saudari dia sangat mengerti rasa sakit yang mereka rasakan.

"Chamu, jika waktunya tiba, Lily sebagai yang pertama akan menghancurkan semua yang mencoba melawan cahaya, Lily akan mengerahkan segala kekuatan yang Lily punya."

Chamuel pun sedikit merasa canggung dengan Lily karena masa lalu dimana dia dan yang lainnya membuat kesalahan itu, seharusnya sebagai seorang yang paling dekat dengan sang cahaya Lily akan mengutuk dan membencinya, tetapi dia sama sekali tidak menunjukkannya setelah mereka bertemu.

"Lily-chan, apa Lily-chan sama sekali gak benci denganku setelah-"

Lily sama sekali tidak membenci Chamuel dan yang lainnya untuk itu, Lily tidak bisa membenci mereka meskipun apa yang mereka lakukan tidak bisa dimaafkan, tetapi Lily tetap tidak bisa membenci mereka sama sekali.

"Tidak, Lily sama sekali gak benci denganmu Chamu, malah Lily sangat senang karena akhirnya kamu sadar."

Chamuel merasa sangat iri dengan Lily yang mempunyai hati yang sangat bersih, dia iri dengan hati yang bersih itu sehingga dia bisa menjadi sangat dekat dengan sang cahaya dan bahkan sang cahaya sangat suka ketika berbicara dengan Lily.

Chamuel merasa senang dan juga sekarang dia merasa sangat paham kenapa Lily disebut sebagai yang pertama oleh sang cahaya, selain dia adalah yang tertua, dia juga memiliki sifat, hati yang sangat suci dan bersih meskipun dia terkadang terlihat mengerikan.

"Terima kasih Lily-chan karena tidak membenci kami."

Edward yang memutuskan untuk pulang sendirian setelah dia dan White menyelamatkan anak-anak teman dari Kon yang diculik oleh kelompok bandit yang tidak jelas apa tujuannya. Edward terus berjalan sambil memikirkan acara besok yaitu turnamen pertarungan. Lily, Chamuel, dan White mungkin sudah berjanji untuk tidak berlebihan, tetapi dia tetap merasa sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi.

"(sigh) Aku harap mereka tidak melakukan hal bodoh."

Edward terus berjalan sehingga tanpa sadar dia bertemu dengan Stahl yang baru selesai dari misi petualangan mereka yang singkat dan sekarang sedang bersantai melihat indahnya pemandangan sore hari.

"Kak Edward?"

Edward pun akhirnya tersadar setelah mendengar suara Stahl yang memanggilnya dari belakang, dia pun menoleh dan mendapati Stahl yang terlihat kerepotan karena semua wanita di kelompoknya tampak berwajah mengerikan.

"Stahl, sedang apa kau disini?"

"Kak Edward juga sedang apa?"

Edward tidak ingin memberitahukan hal yang telah terjadi hari ini karena takut kalau Stahl akan melakukan hal-hal yang bodoh.

"Aku...ya...habis berlatih seperti biasanya."

"Tanpa kak Chamuel dan yang lainnya?"

"Mereka sedang menikmati kota ini jadi ya..."

Stahl pun nampak sangat bersemangat mendengar hal itu, dia yang selama ini tidak pernah menemukan lawan yang menarik pun tertarik untuk melawan Edward yang menurut Corinessia adalah orang yang sangat kuat.

"Kalau begitu bolehkah aku berlatih tanding melawan kak Edward!"

Edward merasa kebingungan mau menjawab apa melihat para gadis yang berada di kelompoknya yang terlihat tidak suka dengan itu, dia memang tidak keberatan untuk melakukan latih tanding, tetapi melihat ekspresi mereka yang sudah seperti itu, dia pun menjadi tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Ummm...lebih baik kalau kau tanyakan dulu kepada mereka."

Corinessia pun muncul dari balik saku Stahl dan terbang menuju ke telinganya, dia pun mulai membisikkan sesuatu kepada Stahl mencoba untuk memperingatkannya tentang Edward.

"Stahl, Edward bukanlah seperti orang yang biasa kita temui selama ini, dia sudah berada di level yang jauh diatas mereka."

Tentu Corinessia sudah tahu betapa hebatnya Edward dan orang-orang yang menyertainya karena orang yang mempunyai aura cahaya yang sangat bersih itu sangat-sangat langka, bahkan dia hanya pernah melihat satu orang diantara banyak sekali orang yang dia temui yang memiliki aura yang sama seperti itu.

"Karena itu lah aku ingin berlatih tanding melawannya untuk melihat seberapa kuat kak Edward sesungguhnya, benar kan Eri?"

Eri yang mempunyai sifat yang kurang lebih sama dengan Stahl pun menyetujuinya karena dia juga ingin melihat kekuatan sebenarnya dari Edward yang sampai-sampai membuat Corinessia itu merasa sangat takut dan tertekan ketika melihatnya.

"Hmmm...Ya aku setuju!"

Mao dan Risette pun harus terpaksa setuju dengan mereka berdua yang ngotot ingin berlatih tanding melawan Edward walaupun mereka sebenarnya tidak ingin. Berbeda dari Stahl dan Eri, Mao dan Risette mengincar kemenangan karena mereka berdua memang sangat kuat. Sebagai putri dari keluarga terpandang, Risette sama sekali tidak menenal kekalahan, yang ada di depannya hanyalah kemenangan mutlak.

"Baiklah, tetapi kami berdua akan serius."

Risette sama sekali tidak menunjukkan sikap hormatnya kepada Edward karena memang seperti itu lah kebanyakan bangsawan, mereka selalu meremehkan orang-orang biasa seperti Edward.

"Hoi Risette, setidaknya bersikaplah yang sopan."

"Aku tidak keberatan dengan itu, walaupun ini hanya latihan kalau kau tidak serius maka akan percuma."

Mereka sangat beruntung karena Edward adalah orang yang sangat penyabar berkat setiap hari mengurusi Chamuel dan yang lainnya yang lebih merepotkan dari Risette.

Tempat itu adalah padang rumput yang sangat luas dan juga indah dengan pemandangan kota di kejauhan yang bahkan disana Edward bisa melihat arena yang sangat luas untuk turnamen besok.

Edward terkesan melihat arena yang sangat luas itu, tetapi dia juga khawatir dengan bencana yang akan terjadi jika Lily, Chamuel, dan White bertarung serius di dalam arena itu. Bahkan dengan Lily sendiri yang pernah meratakan sepertiga dari ibukota kerajaan Roh dengan sihirnya yang sangat hebat.

Stahl pun sedikit khawatir melihat Edward yang melamun memikirkan sesuatu seolah-olah dia mempunyai masalah yang sangat besar, sejak tadi Edward hanya melamun sambil berjalan dan memandangi arena besar itu.

"Kak Edward, ada apa?"

"Ah tidak, tidak apa-apa."

Kota tennou adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh padang rumput yang sangat hijau menggoda seperti karpet, itu adalah sebuah empat yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk latih tanding karena disana Edward tidak perlu khawatir untuk mengeluarkan kekuatannya tanpa merusak apapun milik orang lain.

Edward pun berjalan ke depan untuk memberi jarak, dia pun lalu berbalik menghadap Stahl dan yang lainnya dengan wajah penuh percaya diri.

"Baiklah ayo kita segera mulai!"

Tentu mereka tidak bisa untuk keroyokan menghadapi Edward karena akan menjadi berat sebelah, tetapi mereka juga belum menentukan urutan untuk maju.

"Tapi siapa dulu yang maju?"

"Kalian semua majulah bersama-sama."

Edward sama sekali tidak bermaksud sombong, dia hanya tidak mau membuang-buang waktu dan tenaga untuk menghadapi mereka satu per satu kalau dia yakin bisa menghadapi mereka semua sendirian.

Risette terlihat tidak suka melihat Edward yang terlalu percaya diri dengan kekuatannya, dia yang selama ini selalu tidak pernah kalah dengan orang seumurannya itu pun bersiap untuk menyerang Edward, dia mengeluarkan busur dan menembakkan anak panah ke arah Edward.

Anak panah itu melesat dengan sangat cepat membelah udara menuju Edward yang hanya berdiam di tempatnya tidak melakukan apapun. Bersamaan dengan itu, Mao juga ikut maju melawan Edward yang hanya diam tanpa melakukan apapun.

Mao yang sudah berada dekat dengan Edward pun seketika matanya terbelalak kaget melihat Edward yang tiba-tiba seperti membuatnya merasakan perasaan ketakutan hanya dengan melihatnya, dia pun segera menghentikan langkah kakinya dan melompat mundur ke Stahl dan yang lainnya.

"Ada apa Mao?"

Anak panah biasa yang ditembakkan Risette pun hanya ditangkap biasa oleh Edward menggunakan tangannya.

"Aku tidak akan menggunakan kekuatan cahaya, tetapi..."

Mereka semua pun tiba-tiba merasakan sesuatu yang sangat menakjubkan dan juga mengerikan, mereka merasakan suatu hal yang berubah dalam diri Edward seolah-olah dia adalah orang yang berbeda dari Edward yang selalu ramah dan baik hati.

"Kalian, bertarunglah dengan serius!"

Mata Edward yang berwarna coklat itu pun berubah menjadi putih seperti pada saat dia melawan Avvanyyon, itu adalah sebuah kekuatan yang sama dengan kekuatan cahaya yang dia gunakan saat melawan Avvanyyon dimana dia menggunakan semua yang dia punya.

"A-apa ini?"

Corinessia yang melihat aura Edward yang cantik dan juga mengerikan pun seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi, dia pun segera bersembunyi di dalam saku Stahl dengan ketakutan, dia bahkan tidak berani hanya untuk melihat Edward.

Edward sudah berjanji untuk tidak menggunakan kekuatan cahayanya dengan sembarangan lagi, tetapi dia juga tidak bisa untuk tidak serius melawan mereka meskipun ini hanya latih tanding.

"Sekarang mari kita mulai yang sebenarnya!"

Mao dan yang lainnya memang merasakan perasaan yang sangat tidak mengenakkan, tetapi mereka tetap berusaha untuk tenang walaupun di depannya kali ini telah berdiri seorang monster.

Risette pun langsung mengarahkan anak panahnya sekali lagi, tetapi kali ini bukanlah anak panah yang biasa, dia mengeluarkan anak panah sihir dan mengarahkannya ke Edward. Anak panah sihir itu melesat dengan cepat tetapi anak panah itu tidak bisa menjangkau Edward.

"I-ini mustahil!"

Risette seperti tidak percaya dengan apa yang dia saksikan, dia melihat anak panahnya yang hancur tidak bersisa hanya dengan mendekati Edward.

"Tch! Mao, kita maju bersama-sama!"

"Baik!"

Risette mengganti busurnya dengan tombak, dia pun melompat menyerang Edward bersama dengan Mao yang juga menyerangnya. Eri pun memperkuat tubuh Mao dengan sihir penguatan, Mao berlari dengan cepat menuju Edward. Mao menyerang Edward dengan cakarannya, tetapi Edward berhasil menghindarinya.

Meskipun berhasil menghindari Mao, disana sudah ada Risette yang sudah mencegat Edward. Risette pun menyerang Edward dengan tombaknya itu, tetapi Edward dengan sekejap menghilang dan berada tepat di atas mereka semua bersama dengan lingkaran sihir dengan banyak pedang yang berada di atas mereka.

"Lux Pluvia."

Pedang-pedang itu pun melesat menuju mereka berdua dengan sangat cepat, mereka berusaha menghindari pedang-pedang cahaya itu dengan mengerahkan semua kemampuan mereka, tetapi pedang itu sangat cepat mengejar mereka.

"Risette! Mao!"

Mereka yang sudah tidak tahu mau berbuat apapun lagipun hanya bisa pasrah melihat pedang-pedang cahaya itu yang mendekat dengan kecepatan luar biasa, tetapi sama seperti sebelumnya itu hanyalah sebuah tipuan yang Edward buat, pedang-pedang cahaya itu hanya melesat menembus tubuh mereka tanpa melukai sedikit pun.

"Tapi Bohong!"

Tepat di bawah mereka berdua tiba-tiba muncul lingkaran sihir yang aktif, lingkaran sihir itu pun mengeluarkan rantai yang melilit tubuh mereka sehingga mereka sama sekali tidak bergerak.

"A-apa ini?"

Mao dan Risette tidak menyerah begitu saja, mereka mencoba melepaskan diri dari jeratan rantai itu sekuat yang mereka bisa, tetapi rantai itu terus menerus menghisap energi sihir mereka sehingga mereka hanya terlihat seperti dua gadis biasa yang terjerat rantai.

"Risette! Mao! Tunggu kalian akan aku bebaskan!"

Stahl pun berlari ke arah mereka dan mencoba untuk melepaskan rantai-rantai cahaya yang menjerat mereka dengan sangat kuat, dia sudah berusaha untuk memotong rantai-rantai itu dengan pedangnya, tetapi rantai-rantai itu tetap tidak mau lepas.

"Apa yang kau lakukan dengan meninggalkan teman kecilmu ini sendirian."

Mendengar itu, Stahl segera menoleh dan mendapati Eri yang sudah tidak berdaya. Stahl seperti tidak mempercayai ini, dengan sekejap Edward bisa mengalahkan tim mereka seperti ini, dia sangat berbeda dengan orang-orang yang selama ini Stahl jumpai di perjalanannya, Edward sudah berada di level yang berbeda dengan mereka semua.

"Biar aku katakan, dunia yang kalian lihat masih lah kecil. Aku sudah bertemu dengan musuh-musuh yang berkali-kali lebih kuat dariku."

Berbeda dengan Edward, Stahl yang selama ini masih menjelajahi sedikit dari dunia ini sama sekali dan belum pernah bertemu musuh seperti tujuh dosa besar, Avvanyyon, atau Garuda yang sangat kuat.

"Karena itu lah aku peringatkan kalian, di dunia ini masih banyak orang-orang dengan kekuatan yang luar biasa."

Tetapi kendati menyerah melihat perbedaan kekuatan yang luar biasa antara timnya dengan Edward, Stahl masih belum puas sebelum dia merasakan sendiri seperti apa rasanya bertarung dengan orang kuat seperti Edward.

Dia dari awal memang tidak berniat untuk mengeluarkan kekuatan ini, tetapi ini adalah kekuatan hebat yang ia dapat dari berkah para dewa, tentu dia akan menggunakannya sekarang dan melihat seberapa kuat dirinya.

"Baiklah kak Edward, aku juga akan serius!"

Stahl dengan sekejap berada tepat di hadapan Edward dan membuat Edward terkejut, dia pun mencoba menyerang Edward dengan pedangnya. Edward memang terkejut dengan kekuatannya yang tiba-tiba naik itu, tetapi dia tetap bisa menghindari serangannya dan menjauh.

"He~ kau lumayan juga, tetapi itu tidak akan mempan lagi."

Stahl pun mengejar Edward dan mencoba untuk menyerangnya secara bertubi-tubi dengan cepat, tetapi Edward dengan kekuatan cahayanya bisa dengan mudah menghindari serangan demi serangan dari Stahl.

"Tch! Seranganku sama sekali tidak ada yang berhasil! Kalau begitu!"

Di dalam hidupnya dulu, Stahl sudah banyak memainkan game yang bertema fantasy, tentu dia juga menghapal semua sihir dan perlengkapan yang dia miliki di dalamnya.

"Datanglah pedang Excalibur!"

"Terlambat!"

Dengan sekejap Edward sudah berada tepat di depan Stahl dan membuatnya terkejut, dia pun menghancurkan pedang Stahl sebelum berhasil terwujud dan tiba-tiba seluruh anggota badan Stahl terjerat oleh rantai-rantai cahaya yang sama sekali tidak bisa dilepaskan.

"Stahl, dan juga kalian para gadis-gadis, kalian memang kuat tetapi kekuatan masih kalian masih belum apa-apa dibanding ketujuh dosa besar atau para Archangel."

Salah satu alasan kenapa Edward tidak bisa menerima Stahl sebagai murid dan mendampinginya dalam perjalanan ini adalah memang mereka masihlah lemah dibandingkan musuh yang akan dihadapinya kedepan, dia khawatir kalau mereka akan bernasib sepertinya saat melawan Draconis dahulu.

"Dan itu juga menjadi alasan kenapa aku tidak mau melibatkanmu karena lawanku adalah orang-orang yang sekelas mereka."

Stahl mengingatkan Edward akan dirinya yang dahulu yang begitu naif dan juga lemah, memang Edward sekarang sudah menjadi kuat, tetapi dia harus berkali-kali merasakan rasanya diambang kematian.

"Jadi tetaplah berlatih dan jangan pernah remehkan musuhmu karena banyak diantara orang yang kuat berpenampilan yang bisa menipu."

Edward pun melepaskan mereka semua dari jeratan rantainya dan melepaskan kekuatannya sehingga dia menjadi normal kembali seperti biasanya.

"(sigh) Akhirnya selesai, baiklah sekarang aku mau pulang sampai jumpa besok."

Edward pun berjalan pergi meninggalkan Stahl sendirian bersama dengan para gadis di kelompoknya yang sedang bermuka suram karena kekalahan telak yang bahkan tidak bisa mereka bayangkan sebelumnya.

Stahl merasa sangat kecewa karena dirinya yang kalah telak dengan Edward, bahkan tanpa berhasil mendaratkan satu pun serangan kepadanya.

"Sial aku kalah telak!"

Stahl bukan satu-satunya yang merasakan pahitnya kekalahan, gadis-gadis di kelompoknya pun juga merasa sangat kesal dengan mereka yang bisa dikalahkan hanya dengan sekejap saja, bahkan Risette yang sebelumnya sangat percaya diri pun sekarang merasa sangat malu melihat dirinya dikalahkan dengan sangat mudah oleh Edward.

Corinessia yang merasa sudah aman pun keluar dari dalam saku dari baju Stahl dan melihat pemandangan suram dari mereka semua. Dia sudah tahu kalau Edward akan menang telak hanya dengan melihat perbedaan kekuatan dari mereka dan dia juga sudah berusaha untuk memperingatkan Stahl.

"(sigh) Sudah aku peringatkan kan kalau di kelompok mereka sama sekali tidak ada orang lemah. Mereka semua adalah orang-orang hebat dengan level yang sudah berbeda dengan kita."

Stahl sekarang mengerti dengan perbedaan kekuatan diantara mereka berdua sangatlah jauh, tetapi seperti apa yang dikatakan oleh Edward, dia tidak akan menyerah sampai disini, dia akan terus maju dan menjadi kuat.

"Yosh! Aku akan berjuang lebih keras!"

Stahl pun mulai bangkit dan berdiri tegak dengan kedua kakinya. Kekalahan telak ini memang sangat mengesalkan, tetapi itu tidak membuatnya menyerah, dia akan terus menghadap kedepan dan menjadi kuat seperti Edward.

"Risette, Mao, Eri, Cory!"

"Ja-jangan panggil aku Cory!"

"Ayo kita menjadi lebih kuat lagi!"

Mereka bertiga memang sangat kesal bahkan Risette pun juga, tetapi melihat Stahl yang tetap berwajah optimis itu membuat Risette ingin bangkit dan menuju ke depan.

"(sigh) Tidak ada pilihan lain, suatu saat kita akan menunjukkan kepadanya kalau kita juga kuat!"

Setelah berlatih tanding melawan Stahl dan yang lainnya, Edward berjalan ke rumah tua yang bobrok dimana Kon tinggal. Tetapi setelah melihat rumah itu untuk yang kedua kalinya, Edward merasa kasihan kepada Kon dan yang lainnya karena harus tinggal di rumah yang sangat bobrok dan tidak layak huni seperti ini.

Edward pun membuka pintu geser yang terlihat usang itu dan disana tiba-tiba Chamuel, Lily, dan White muncul menyambut Edward di pintu depan dengan gaya centil mereka masing-masing.

"Selamat datang! Mau makan dulu? Mandi dulu? Atau...K-A-M-I?"

Edward yang sudah lelah dengan apa yang terjadi hari ini pun hanya berwajah datar karena tidak tahu dengan apa yang harus dia ekspresikan di wajahnya, dia sudah terlalu lelah untuk semua ini.

"Ah, salah masuk rumah ternyata!"

Edward pun dengan perlahan menutup pintu usang itu dan berpura-pura tidak melihat mereka bertiga, tetapi Chamuel berusaha menahan pintu itu agar tidak tertutup lagi.

"Tunggu...Ed-chan!"

Edward tetap bersikeras untuk menutup pintu itu dan berpura-pura untuk tidak melihat mereka bertiga dan melupakan semua yang baru saja terjadi disana.

"AAAAAA...sudah cukup! Sebenarnya apa yang mau kau lakukan di depan anak-anak yang masih polos itu!"

"Habisnya Ed-chan belakangan ini tidak pernah memanjakan kami lagi!"

Memang akhir-akhir ini Edward seperti sedang sangat asyik menyendiri tanpa membiarkan mereka bertiga untuk mengganggunya. Mereka yang selama ini sudah menantikan Edward itu pun hanya bisa menunggu, tetapi Edward sama sekali tidak pernah datang dan bermain dan memanjakan mereka lagi.

"Sadarlah kalian bukan anak-anak lagi, terutama kau White, jangan memasang wajah seperti itu!"

"Apakah aku harus menjadi gadis kecil agar tuan- tunggu dulu."

White pun mendekati Edward dan mengendus-endusnya dengan sangat serius, dia pun menatap mata Edward dengan mata yang penuh kecurigaan karena dia mencium bau wanita lain selain mereka bertiga yang bahkan dia tidak mencium bau itu sebelum mereka berpisah.

"Tuan Edward...siapa bau wanita yang menempel di badan tuanku?"

"Ha?!"

Mendengar itu, Lily dan Chamuel langsung memasang wajah mengerikan mereka dengan senyum manis. Mereka berdua memang tidak keberatan kalau Edward dekat dengan seseorang, tetapi mereka tidak akan terima jika orang itu selain saudari mereka.

"Ed...apa jangan-jangan kau...SE-LING-KUH?"

"Jangan khawatir Lily-chan...Ed-chan itu...TIDAK MUNGKIN SELINGKUH! Ya kan...Ed-chan?!"

Itu tidak mungkin untuk Edward bisa melirik gadis lain disaat di dalam kelompoknya sudah ada gadis-gadis yang berparas sangat cantik yang setiap hari selalu menggodanya sehingga dia sudah kehilangan perasaan itu.

"(sigh) Jangan bodoh! Mana mungkin aku bisa melakukan itu disaat setiap hari kalian selalu menggodaku dengan kelakuan bodoh kalian!"

Mendengar jawaban Edward memang membuat mereka semua lega, tetapi itu menyisakan satu pertanyaan di benak mereka tentang siapa pemilik bau itu.

"Jadi...bau siapa itu?"

Edward tidak bisa memberitahu mereka karena dia memang tidak ingin mereka untuk tahu sekarang, bahkan dia sendiri juga baru tahu hari ini tentang orang itu.

"Ah...seseorang yang tidak perlu kalian khawatirkan."

Chamuel dan yang lainnya pun menjadi semakin penasaran dengan sebenarnya bau siapa yang dicium oleh White di tubuh Edward, tetapi Edward terlihat ingin merahasiakan itu dari mereka yang malah membuat mereka tidak senang dengan itu.

"Mmm...kenapa Ed-chan main rahasia-rahasiaan seperti itu!"

"Sudahlah jangan dibahas, yang lebih penting lagi kita tidak bisa membiarkan Kon dan yang lainnya untuk tinggal disini."

Chamuel, Lily, dan White setuju dengan itu karena melihat keadaan rumah yang sudah sangat mengenaskan itu, tetapi mereka juga tidak tahu mau dibawa kemana mereka karena tidak mungkin jika anak-anak itu ikut dengan mereka karena perjalanan mereka yang akan sangat berbahaya.

"Tetapi bagaimana dengan nasib mereka setelah sepeninggal kita?"

"Kita akan memikirkan itu nanti, tetapi selama kita di kota ini kita akan mengurus mereka, setidaknya uang hadiah itu kita serahkan kepada mereka."

Kon dan yang lainnya memang senang dengan itu, tetapi mereka tidak bisa terus menerus merepotkan Edward dan yang lainnya setelah semua kebaikan yang telah mereka terima dari mereka semua.

"Te-tetapi kami tidak bisa hanya menerima kebaikan tuan tanpa membalasnya."

"Aku sudah tahu kalau kalian akan bilang begitu, oleh karena itu maukah kalian bekerja untukku?"

Kon dan anak-anak itu merasa bingung tidak tahu apa yang Edward maksud dengan bekerja untuknya, mereka bahkan merasa sangat tidak berguna bagi Edward dan yang lainnya.

"Aku yakin kalian sebagai anak terlantar sangat mengenal seluruh kota ini, karena itu lah aku ingin kalian untuk menjadi pemandu kami setidaknya sampai kami pergi dari sini."

Edward pun berjalan mendekati anak-anak itu dengan senyuman ramahnya agar tidak menakuti teman-teman Kon itu.

"Bagaimana mudah kan?"

"Ba-bagaimana nama- eh salah! maksudku Kon?"

Setelah melihat Edward seharian, Kon sudah percaya penuh kalau Edward sama sekali bukanlah orang yang jahat, dia benar-benar membantu mereka dengan tulus tanpa meminta imbalan sepeser pun.

"Aku menerimanya! Sungguh terima kasih banyak karena tuan telah banyak membantu kami!"

Sebagai sang cahaya, Edward akan terus memberikan cahayanya kepada orang yang membutuhkannya dengan perasaan yang tulus tanpa pamrih yang akan membuat semua orang mengingat semua kebaikan yang telah dia perbuat.

"Sama-sama, sekarang mari ikut kami!"

"Baiklah tuan!"