"Dimana ini?"
Edward mulai membuka matanya dengan perlahan, dia pun terkejut melihat dunia mimpi yang dulu pernah dia lihat sebelumnya, dunia yang sangat indah mengalahkan segala yang pernah Edward lihat selama ini.
"Mimpi ini lagi?"
Edward mulai penasaran dengan mimpi ini, dia tidak pernah melihat ataupun datang ke suatu tempat yang seperti ini tetapi dia sama sekali tidak merasa asing sama sekali dengan tempat ini seolah dia telah terbiasa melihatnya. Edward pun memutuskan untuk berjalan-jalan mengitari dunia mimpi yang indah itu sambil mencari sesuatu yang menarik dan tiba-tiba dia melihat seorang anak yang dulu pernah dia temui di dunia mimpi sedang bermain dengan seorang laki-laki, laki-laki itu berambut panjang tetapi Edward sama sekali tidak bisa melihat wajah mereka sama sekali.
"Siapa dia?"
Anak itu terlihat sangat senang bermain bersama laki-laki itu, tetapi tiba-tiba laki-laki itu meghilang tanpa bekas meninggalkan anak itu sendirian.
Anak itu terlihat sedih dan menangis sambil menutup matanya melihat laki-laki itu yang menghilang secara tiba-tiba, lalu anak itu menyadari keberadaan Edward dan menoleh ke arahnya.
Edward sama sekali tidak bisa melihat wajah anak itu dengan jelas tetapi dia bisa merasakan kalau anak itu terkejut dan gembira ketika melihat Edward, dia pun segera berdiri dan seolah-olah tangannya mengusap air mata yang Edward sama sekali tidak bisa melihatnya.
Anak itu pun berlari menghampiri Edward dengan senyum bahagia yang Edward sama sekali tidak bisa, bersamaan dengan itu dunia mimpi itu pun menjadi silau dan silau, Edward pun menghalangi silaunya cahaya itu dengan tangannya dan dia pun terbangun dari mimpi anehnya itu.
Edward mulai membuka matanya dan melihat dia sedang berbaring di tempat tidur yang kecil.
Tempat tidur itu adalah tempat yang telah Edward pesan saat pertama kalinya menginjakkan kaki di kerajaan Elf ini, terutama di ibukota yang menjadi pusat semuanya.
Edward pun mulai bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar, rumah ini mengingatkan Edward dengan rumah Yamamoto yang juga sama-sama terbuat dari kayu dan terlihat sangat sederhana.
"Sebaiknya tuan beristirahat dulu!"
Edward mendengar dan menoleh ke arah suara itu dan melihat Evelyn yang berpakaian dengan jubah hitam yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
"Ah...aku tidak apa-apa, ngomong-ngomong bagaimana dengan pencariannya?"
Evelyn tidak bisa membalas kata-kata Edward, dia sama sekali tidak bisa mengumpulkan informasi-informasi yang berharga bagi Edward.
"Maafkan aku tuan...aku...aku memang tidak berguna."
Edward memaklumi itu karena ini Evelyn pertama kalinya melakukan sesuatu seperti mencari informasi rahasia, dia yang selama ini hidup di istana sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan dunia seperti itu.
"Tidak apa-apa, ini lumrah karena ini pertama kalinya kamu melakukan ini."
Edward pun mulai mengingat-ingat semua informasi yang telah ia kumpulkan, tetapi memang ada yang masih kurang karena semua informasi yang ia temukan adalah informasi tentang Chamuel yang tertangkap oleh tentara kerajaan.
"Tetapi seperti yang aku duga Chamuel mempunyai dampak besar ya? Kalau seperti ini kita tidak akan bisa membebaskan ayahmu tepat waktu."
Kejadian itu sudah berlalu sekitar dua hari yang lalu yaitu ketika Chamuel menggunakan kereta terbangnya dan mereka ditembak jatuh oleh seseorang sehingga mereka tertangkap oleh tentara kerajaan.
Evelyn terus merasa bersalah karena telah membuat Edward kerepotan sedangkan dirinya sama sekali tidak bisa berbuat apapun walau ini adalah masalahnya sendiri.
"Ma-maafkan aku karena telah menjadi beban!"
"Tidak apa-apa, malah aku sama sekali tidak berpikir kalau kamu adalah beban."
Batas waktu dari misi ini adalah ketika Kenaz mengumumkan kalau ia akan mengeksekusi Chamuel dan yang lainnya yaitu selama tiga hari lagi, sebelum itu dia harus berusaha mencari dan menemukan penjara tempat dimana raja dikurung.
"Tch! Kelihatannya kita harus bergegas mencari informasi."
Selama beberapa hari ini Edward terus mengelilingi kota itu, tetapi dia sama sekali tidak mendapatkan informasi yang ia harapkan, tetapi ada satu hal yang masih belum Edward coba yaitu tempat yang wajib ia datangi ketika dia sedang membutuhkan informasi.
"Sebenarnya ada satu tempat yang harus aku datangi, apa kau mau ikut?"
"Dimana itu tuan?"
"Tempat dimana orang saling bertukar informasi, yaitu bar."
Evelyn masih lah anak-anak untuk seukuran Elf, oleh karena itu dia tidak bisa ikut dengannya karena itu melanggar hukum yang berlaku.
"Ma-maaf tapi aku masih di bawah umur!"
"Ah begitu? Baiklah aku akan berangkat sendiri, kau jaga rumah saja."
Evelyn pun merasa tidak enak karena di saat Edward sedang berjuang, dirinya malah tidak melakukan apapun.
Evelyn merasakan dilema tentang ini karena di satu sisi dia adalah tuan putri yang harus menjadi contoh semua rakyatnya, dia tidak bisa melakukan sesuatu yang melanggar hukum seperti itu, tetapi di lain sisi dia tidak bisa berdiam diri saja karena ini awalnya adalah masalahnya dan keluarganya.
Selagi Evelyn merasakan dilema ini, Edward sudah memakai jubah hitamnya dan bersiap untuk berangkat menuju ke bar untuk mencari informasi.
Tiba-tiba di saat Edward mau membuka pintu kamar, Evelyn pun berkata dengan keras.
"Tunggu!"
Mendengar itu Edward pun menghentikan langkahnya, dia pun berbalik dan melihat ke arah Evelyn yang masih merasakan dilema.
[Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus melanggar hukum?]
[Tidak aku adalah putri, sampai mati pun aku tidak akan melakukan itu]
[Tetapi ini demi menyelamatkan orang-orang yang aku cintai]
Edward memaklumi itu karena Evelyn adalah tuan putri kerajaan jadi dia tidak bisa melanggar hukum sehingga itu membuatnya merasakan dilema antara membantu menyelamatkan keluarganya atau tetap menjadi putri yang bermartabat tinggi.
"Tidak apa-apa kok, serahkan saja semuanya kepadaku."
Meskipun Edward berkata seperti itu, Evelyn tetap tidak bisa menerimanya.
[Apa yang aku lakukan? Apakah ini saatnya untuk memikirkan martabat di saat keluargaku terancam?]
Akhirnya Evelyn pun memantapkan hatinya, dia memutuskan untuk melanggar hukum itu karena ini demi keluarga yang ia cintai, dia memutuskan untuk membuang gelar putri bermartabat tingginya.
[Aku akan membuang semua harga diriku, martabatku, karena ini adalah demi orang-orang yang aku cintai!]
Wajah Evelyn yang semula penuh dengan keraguan pun berubah menjadi wajah seseorang yang telah membulatkan tekadnya, dia sudah memutuskan apa yang ia lakukan sekarang meskipun ia mungkin salah, tetapi itu semua demi menyelamatkan orang-orang yang ia cintai.
"Tuan Edward, aku ikut!"
Edward pun tersenyum dan dia mengelus kepala Evelyn dengan lembut karena akhirnya Evelyn tahu jalan yang harus ia lalui.
Evelyn pun merasa kebingungan dan juga malu ketika Edward mengelus-elus kepalanya itu, dia tidak tahu kenapa tetapi ada sedikit rasa senang di dalam hatinya sekarang.
"Tu-tuan..."
"Kerja yang bagus, akhirnya kau menyadari itu ya?"
"Menyadari?"
"Tidak ada yang lebih berharga dari orang-orang yang kamu cintai walau pun itu dirimu sendiri, itu adalah sesuatu yang telah aku pelajari dengan pengalamanku selama ini."
Edward yang telah kehilangan banyak orang yang berharga baginya sangat tahu rasa itu, rasa kehilangan yang amat sangat sakit sampai-sampai jika ada kesempatan sekali lagi untuk menyelamatkan semuanya, dia pasti akan mengambil kesempatan itu walaupun harus mengorbankan nyawanya.
"Aku telah kehilangan banyak orang yang aku sayangi, itulah kenapa aku sangat tahu rasanya."
Evelyn pun merasa iba dengan Edward, dia sama sekali tidak tahu kalau masa lalu Edward adalah seperti itu yang bahkan Evelyn sendiri tidak bisa membayangkan betapa sakitnya itu.
Di samping ia merasa iba, Evelyn juga merasa kagum dengan Edward yang bahkan masih bisa menjadi orang yang seperti ini, orang baik yang mau membantunya menyelamatkan keluarganya.
"Tuan Edward, aku kagum padamu!"
"Hahahaha kau bisa saja, baiklah kalau begitu, mari kita ke sana sekarang!"
"Baiklah!"
Mereka berdua pun keluar dari penginapan dan berjalan menuju ke bar dimana mereka berdua akan mencari informasi tentang keberadaan raja Elf.
Tentu itu tidak akan mudah untuk mencari informasi seperti itu terutama ketika banyaknya prajurit pemberontak yang lebih mendukung tindakan pangeran Kenaz.
Tetapi Edward sama sekali tidak pernah menyangka ini sebelumnya, dia memang pernah bertemu dengan Elf sebelumnya tetapi mereka terlihat bukan dari Elf yang berjenis sama dengan Elf yang berada di sini.
Elf yang berada di kota ini adalah berjenis Elf Hutan, itu bisa dilihat dari rumah mereka yang kebanyakan di atas cabang pohon dan juga kota ini sebenarnya berada di atas sebuah pohon raksasa yang besarnya tidak pernah Edward pernah kira sebelumnya.
Pohon raksasa itu memiliki diameter sekitar dua kilometer dengan tinggi sekitar seratus meter sehingga pohon ini terlihat seperti pohon yang cebol.
Suasana malam di kota itu memang agak sepi karena rentetan peristiwa-peristiwa yang berada di sana, para Elf di sana memilih untuk tidak keluar malam demi keamanan mereka sendiri.
Kota itu juga merupakan kota yang sangat unik terutama ketika Edward melihat banyak jamur yang bercahaya seperti lampu di sekitaran rumah-rumah penduduk, jamur itu benar-benar menerangi jalan-jalan seolah-olah seperti lampu neon.
Jamur itu adalah jamur yang dikenal dengan nama jamur Distira, jamur itu adalah jamur spesial yang hanya tumbuh di sekitaran pohon raksasa ini, bahkan jamur itu juga konon mampu mengusir tamu-tamu yang tidak diinginkan.
Mungkin ini bukan pertama kalinya Edward melihat pemandangan ini, tetapi dia merasa terkesan untuk kedua kalinya karena melihat keindahan kota ini dengan segala keunikannya, mulai dari jamur yang bercahaya, dari serangga kunang-kunang berukuran besar yang ikut menyinari malam di kota itu.
"Tetapi aku benar-benar tidak menyangka kalau kota Elf itu akan seindah ini."
Evelyn juga berpikiran sama dengan Edward, dia memang sangat mencintai kotanya yang sangat indah ini, kota yang telah menjadi tempat kelahirannya.
"Aku senang tuan Edward berpikiran seperti itu."
"Yah aku harap tidak ada sesuatu yang bisa merusak keindahan kota ini."
"Tuan Edward itu orang yang aneh ya? Padahal aku dan kota ini sama sekali tidak ada hubungan dengan tuan, tetapi tuan Edward tetap berusaha untuk menolongku, bahkan sekarang tuan malah mengatakan hal yang seperti itu."
Ini memang salah satu sifat dari Edward, dia selalu merasa takjub dengan sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya apalagi dengan keindahan kota ini yang mempunyai keunikannya sendiri-sendiri.
"Begitu kah? Kurasa aku hanya merasa takjub karena aku sama sekali belum pernah melihat ini sebelumnya ketika masih di Iume dan seperti biasanya aku selalu menolong siapapun jika itu demi perdamaian."
Kalau ada sesuatu yang aneh dengan Edward, ada satu hal yang membuat Evelyn selama ini bertanya-tanya yaitu tentang Edward dan kelompoknya yang hampir semuanya berasal dari ras yang berbeda-beda.
Evelyn mengetahui tentang perang yang terjadi antara Iblis dengan Malaikat yang mungkin sampai sekarang masih berlanjut, tetapi di kelompok Edward malah terdapat dua malaikat, bahkan yang satunya adalah seorang Archangel dan juga seorang Iblis.
"Oh ya tuan, aku mendengar kalau iblis dan malaikat itu tidak akur, tetapi kenapa tuan bisa memiliki mereka di dalam kelompok tuan?"
Sejujurnya Edward sendiri juga tidak tahu, bahkan dia sendiri juga tidak tahu alasan kenapa Lilith dan Chamuel mengikutinya sampai sekarang padahal dia juga tidak mempunyai hubungan khusus atau tujuan yang sama dengan mereka berdua.
"Kalau itu ya...aku tidak tahu, mereka hanya entah kenapa tiba-tiba ikut denganku saja, tetapi kalau masalah kenapa mereka tidak terlihat saling memusuhi mungkin yaa...mereka berdua adalah orang yang berpikiran luas jadi mereka tahu kalau tidak semua malaikat atau iblis itu jahat."
"Hmmm...jadi seperti itu...patut dijadikan contoh."
Evelyn pun menatap Edward dengan tatapan serius.
Tatapan Evelyn itu membuat Edward merasa tidak enak karena entah kenapa Evelyn seperti memikirkan sesuatu sehingga dia menatapnya seserius itu.
"Oh ya ngomong-ngomong tuan ini dari ras apa ya?"
Evelyn adalah seorang putri yang selalu terkurung dalam istananya sendiri sehingga banyak hal di dunia luar yang tidak ia tahu, bahkan dia juga tidak tahu tentang ras Manusia yang merupakan salah satu ras terbesar di tiga dunia.
"Aku? Aku adalah ras Manusia. Apa kau tidak pernah melihat manusia sebelumnya?"
Sebagai seseorang yang tidak pernah sekalipun menjejakkan kakinya ke luar dari kota ini, tentu Evelyn sama sekali belum pernah melihat atau bertemu dengan manusia sekalipun, jangankan manusia, dia juga sama sekali belum pernah melihat ras Roh dan juga Naga Long yang bertempat tinggal di Veden.
"Tidak, tetapi aku pernah membacanya di buku yaitu tentang perang besar pertama."
Perang besar pertama, itu adalah perang terbesar yang pernah terjadi di dunia ini yang bahkan kisah dari perang itu sampai dibukukan, tetapi ada yang aneh dari itu karena setiap buku yang menulis tentang kisah perang besar pertama itu entah kenapa memiliki kisah yang berbeda-beda satu sama lain.
Tidak ada yang tahu mana yang benar atau mana yang salah karena setiap narasumber dari perang besar itu juga menceritakan kisah yang benar-benar berbeda satu sama lain seolah-olah mereka semua berada di dalam perang yang berbeda dari yang dialami yang lainnya.
"Evelyn awas!"
Tiba-tiba pada saat itu ada seseorang yang memakai jubah hitam berlari dan menabrak Edward dan Evelyn, orang berjubah itu pun terjatuh sehingga kerudung yang menutupi kepalanya terbuka.
Orang yang menabrak mereka berdua adalah seorang laki-laki tua yang memiliki jenggot putih panjang, dia juga memiliki telinga yang panjang seperti para Elf yang lain.
Evelyn pun sangat terkejut melihat orang tua yang terjatuh itu sampai-sampai dia tidak mau mempercayai ini semua.
"Kamu...Ka-kakek Kars!"
"Siapa kamu, kenapa kamu mengenaliku?"
Evelyn pun membuka maskernya dan kakek itu sama seperti Evelyn, dia juga terkejut melihat siapa yang ada di depannya.
"Kamu...kamu...tuan putri Evelyn!"