"Evelyn, apa kamu mengenal kakek itu?"
Kakek itu bukanlah kakek-kakek sembarangan karena kakek itu adalah salah satu dari empat dewan yang menaungi kerajaan Elf ini.
Di dalam kerajaan Elf, ada empat dewan yang tingkatannya berada tepat di bawah raja, mereka juga biasanya menjadi penasihat atau pembantu raja untuk mengambil keputusan yang mencakup masyarakat luas.
Empat dewan tentu memiliki peranan penting bagi kerajaan ini, dewan-dewan itu bertugas untuk mengurusi masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum, peraturan-peraturan dan yang lain-lainnya.
Kakek itu pun merasa sangat terharu karena melihat Evelyn yang baik-baik saja, dia benar-benar khawatir pada saat peristiwa itu dimulai yaitu ketika pemberontakan pangeran Kenaz.
"Syukurlah...syukurlah Anda selamat tuan putri..."
Evelyn juga merasa sangat bersyukur karena bisa melihat kakek itu selamat dari kakaknya, dia berpikir bahwa semua yang ia kenal sekarang sudah berada di dalam penjara dan menanti untuk dieksekusi.
Kakek itu beruntung karena dia bisa melarikan diri bersama anggota dewan yang lainnya tetapi dia tidak tahu nasib keluarga kerajaan, terutama sang tuan putri Evelyn.
Edward memang tidak keberatan kalau mereka saling terharu karena reuni dadakan itu, tetapi seharusnya mereka tidak melakukannya di sini karena Edward khawatir kalau ada prajurit yang mengenali mereka.
"Ehm, sebaiknya kalian segera menutupi identitas kalian dan melakukan pesta terharu di tempat lain atau para prajurit akan menangkap kalian."
Mereka berdua pun akhirnya tersadar dan segera memasang kerudung mereka lagi untuk menyembunyikan identitas.
"Baiklah tuan putri, dan umm..."
"Panggil saja aku Edward."
"Baiklah dan anak Edward, ayo ikuti aku, kita akan menuju ke yang lainnya."
"Yang lainnya?"
Mendengar itu Edward pun mulai menduga-duga kalau jangan-jangan kakek ini sudah mengumpulkan bala bantuan untuk membebaskan raja Elf.
"Kakek, apa kau sudah-"
"Aku akan menjelaskannya nanti saat sudah sampai."
Edward dan Evelyn pun berjalan mengikuti kakek itu menuju ke suatu tempat.
Ini memang sesuatu yang masuk di perhitungan Edward, setiap ada pemberontakan atau pengkudetaan maka di situ akan ada orang yang mencoba melakukan perlawanan, semua itu sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi Edward yang selalu bergerak dalam kegelapan.
Evelyn terlihat sangat senang setelah bertemu dengan kakek itu, bahkan mereka berdua mengobrol dengan sangat akrab layaknya seorang kakek dan cucunya.
Memang selama ini Evelyn sudah menganggap Kars sebagai kakeknya sendiri karena kakeknya yang asli sudah tiada, Evelyn sendiri bagi kars sudah terlihat seperti cucunya yang telah meninggal karena penyakit, dia bahkan berpikir kalau cucunya itu masih hidup maka dia akan mirip dengan Evelyn yang sekarang.
Itu pun membuat Edward merasa lega karena Evelyn tidak akan menjadi gadis pemurung yang selalu menyalahkan dirinya dan menganggap dirinya tidak berguna lagi.
Tetapi sampai sekarang Edward masih tidak menyangka kalau mereka bisa bertemu dengan kakek itu secara kebetulan, biasanya hanya untuk mencari kelompok orang yang melawan akan dibutuhkan waktu dan tenaga yang lebih apalagi di negeri yang Edward sama sekali tidak tahu dan juga tanpa teman-temannya.
"Tetapi syukurlah kita bisa bertemu secepat ini kek."
"Aku juga sama sekali tidak menyangka kalau akan bertemu dengan tuan putri dan juga kamu nak Edward."
Kakek itu memang tidak tahu siapa Edward yang sebenarnya, tetapi melihat Evelyn yang sama sekali tidak takut kepadanya, malah terlihat akrab maka Kars juga mempercayai Edward sebagai teman Evelyn.
Kars pun terus berjalan menuntun Edward dan Evelyn menuju ke suatu tempat, mereka terus berjalan sampai ke suatu tempat yang terletak jauh dari area keramaian, itu adalah sebuah bangunan dari kayu yang terlihat sederhana.
Edward pun mulai bertanya-tanya sebenarnya apa yang ada di balik pintu bangunan itu karena dari yang ia lihat bangunan itu tampak seperti rumah yang kecil.
"Kita sudah sampai."
"Eh? Sampai?"
"Iya, ini adalah markas rahasia kami yang bertugas untuk memata-matai pergerakan pangeran Kenaz dan mencari tahu keberadaan raja Elf."
"Jadi begitu."
Tentu mereka masih memiliki markas utama yang terletak di hutan Elf di luar kota ini, markas yang berisikan orang-orang yang masih setia kepada raja Elf dan berjuang memerangi pangeran Kenaz.
Kakek Kars pun membukakan pintu.
"Mari silakan masuk tuan putri, dan juga nak Edward."
Akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam bangunan sederhana itu dan di dalamnya pun sama dengan tampilan luar dari bangunan itu, bagian dalamnya tampak sangat sederhana dengan perabotan-perabotan yang terbuat dari kayu.
Para Elf di kerajaan La Ingrain memang sangat berbeda dengan Elf yang ada di Iume karena Elf sendiri juga terdapat sangat banyak jenisnya dan mendiami beberapa tempat yang berbeda tergantung jenis mereka.
Elf yang ada di kerajaan La Ingrain sendiri adalah Elf yang berjenis Forest Elf yang selalu mendiami kawasan hutan, mereka adalah ras Elf yang terkenal mempunyai kemampuan sihir dan kemampuan memanah yang sangat hebat, mereka juga dikenal sebagai pemburu yang andal karena kemampuan memanah mereka itu.
Seperti namanya Forest Elf hampir tidak pernah meninggalkan hutan, bahkan satu-satunya kota di kerajaan La Ingrain ini juga bangunan-bangunannya sama sekali tidak seperti yang biasa Edward lihat, apalagi kota ini juga terletak di atas sebuah batang pohon raksasa.
Setelah masuk, Edward dan Evelyn pun dipersilahkan untuk duduk di sebuah kursi kayu sederhana yang terdapat di sana.
Evelyn pun duduk di sebelah kakek Kars dengan bahagianya, itu membuat Edward merasa lega karena Evelyn sudah bukan lagi anak pemurung seperti pertama kali dia bertemu dengannya.
"Tetapi aku benar-benar tidak menyangka kalai akan seberuntung ini bertemu dengan Anda."
"Tidak, akulah yang beruntung karena bisa berjumpa dengan kamu dan juga putri Evelyn, sejujurnya aku sendiri sangat khawatir dengan nasib putri kecil ini."
Kars yang sudah menganggap Evelyn sebagai cucunya, tentu dia akan merasa sangat khawatir jika ada hal buruk yang terjadi dengannya, apalagi pada saat ini Evelyn sudah menjadi buronan akibat kudeta yang dilakukan oleh kakaknya.
"Kalau begitu aku akan buatkan minuman dulu untuk kalian."
"Tidak usah repot-repot kakek, aku tidak haus kok."
"Aku juga tidak."
Daripada minuman, bagi Edward dan Evelyn sekarang masih ada sesuatu yang harus dilakukan yaitu membahas tentang Kudeta Kenaz dan raja Elf yang menghilang.
Ekspresi Evelyn pun kembali menjadi sedih ketika mengingat tentang ayahnya dan juga ibunya yang sekarang tengah ditahan oleh kakaknya di suatu tempat, di dalam hatinya dia ingin segera pergi dan menyelamatkan mereka semuanya.
"Kakek...apa sudah ada kabar tentang Ayah dan ibu?"
Kakek itu tidak tahu harus menjawab apa melihat ekspresi senang Evelyn sekarang berubah menjadi ekspresi kesedihan, dia ingin menghiburnya tetapi percuma karena dia juga sama sekali belum mengetahui informasi tepat tentang keberadaan ayah dan ibu Evelyn sekarang.
"Evelyn...sayang sekali kami masih belum mengetahui informasi tepatnya."
"Seperti yang sudah aku duga, tidak akan semudah itu menemukan celah."
"Ya, sudah beberapa minggu semenjak aku mulai melakukan mata-mata dan mencari informasi kesana-kemari tetapi masih belum membuahkan hasil."
Evelyn terdiam dengan ekspresi sedih yang tergambar jelas di wajahnya.
"Sudah aku bilang tenanglah, kita pasti bisa menemukan ayah dan ibumu, lagipula pangeran Kenaz juga tidak akan membunuh mereka begitu saja."
Evelyn yang masih belum mengerti apa yang dimaksudkan oleh Edward tentang kemungkinan ibu dan ayahnya masih hidup, dia menatap Edward dengan ekspresi heran.
"Ibu dan Ayahmu sekarang ini berperan menjadi sandera, jika dia membunuh mereka maka para pemberontak akan mengadakan perang terang-terangan dan itu akan berakhir dengan hal buruk juga bagi pihak yang menang dan kalah."
"Sandera?"
"Ya, intinya kakakmu itu sengaja mengurung ayah dan ibumu di suatu tempat agar pasukan pemberontak tidak berani melawannya dan sandera hanya akan berguna jika dia masih hidup."
"Jadi ayah dan ibu masih hidup?!"
"Kemungkinan besarnya iya, tidak! Mereka pasti masih hidup!"
Setelah mendengar kata-kata itu Evelyn menjadi sedikit lebih lega karena masih besar kemungkinan orang tuanya masih hidup.
"Begitu ya...mereka masih hidup..."
"Ya, karena itu jangan menunjukkan kesedihanmu itu lagi, lebih baik tunjukkan ekspresi optimis dan terus berusaha sebisa mungkin."
Evelyn pun menghapus segala ekspresi kesedihannya dan sama seperti yang dikatakan Edward, dia sekarang memasang ekspresi penuh keoptimisan sambil tersenyum.
"Baiklah aku sudah baik-baik saja."
Kars yang melihat Evelyn yang mendengarkan kata-kata Edward pun terkagum, Evelyn memang anak yang baik, tetapi melihatnya sangat mempercayai Edward membuat Kars merasa kagum sehingga dirinya pun tertawa sekarang.
"Hahahaha tidak kusangka kalau tuan putri Evelyn sudah tumbuh."
"Apa maksudmu kek?"
"Kamu memang bilang bahwa anak Edward adalah teman, tetapi sebenarnya jauh lebih dari itu kan?"
"A-apa maksudmu kakek? ka-kami memang teman kok!"
Edward pun juga ikut menyanggah omongan kakek Kars.
"Ya itu benar, lagipula kan Evelyn masih anak-anak jadi mustahil bagiku untuk menganggapnya seperti itu."
Evelyn mungkin tidak menyadari ini tetapi ekspresi kesal muncul di wajah manisnya itu.
"Tuan Edward!"
"Tenanglah Evelyn, jika kamu sudah tumbuh dewasa, aku yakin kalau dia akan tergila-gila."
"Tumbuh dewasa? (sigh) kalian tahu kalau manusia sepertiku ini tidak akan hidup selama itu?"
Evelyn pun terkejut mendengarnya.
"A-apa maksud tuan?"
"Dilihat dari penampilan, Evelyn masih sekitar berumur 120 sampai 140 tahunan, apa itu benar?"
"Ya, lebih tepatnya tuan putri masih berumur 135 tahun."
"Nah itu dia masalahnya, tidak ada manusia yang bisa sampai di umur seperti itu, bahkan kebanyakan dari kami sudah meninggal di usia 50-70 tahun sehingga pada saat dia sudah dewasa aku mungkin sudah tidak ada di dunia ini."
Memang manusia adalah ras dengan umur terpendek dibandingkan dengan ras-ras yang lainnya, bahkan perbandingan umur manusia dengan Elf adalah sekitar 1 banding 10, tetapi meskipun seperti itu Manusia sendiri telah tumbuh menjadi salah satu dari tiga ras terkuat di samping Iblis dan Malaikat dengan wilayah terluas di dunianya masing-masing mengalahkan ras Dwarf, Manusia Hewan atau Beast, dan ras yang lainnya.
"Yah begitulah."
Entah kenapa Evelyn dan Kars telah membahas sesuatu yang tidak seharusnya dibahas bagi Edward dan merasa tidak enak karena telah mendengar sesuatu seperti itu.
Memang sekilas itu adalah sebuah kisah yang sedih melihat umur manusia yang sangat pendek dibandingkan dengan Elf, tetapi bagi Edward sendiri itu sama sekali tidak masalah karena dengan jangka hidup selama itu dia sudah merasa sangat puas, bahkan jika tidak sekalipun.
"Tenanglah aku tidak mempermasalahkannya kok, dan juga aku sendiri sudah cukup puas meskipun ada hal-hal lain yang masih ingin aku lakukan."
"Be-begitu ya?"
"Baiklah kalau begitu mari kita akhiri omong kosong ini."
Edward menatap kakek itu dengan tatapan yang tajam yang ditambah dengan senyum sinisnya.
"Kakek, kau sudah tahu tempat di mana mereka berada kan? Aku bisa melihat kebohonganmu dari tadi."
Kakek itu pun terdiam seribu bahasa tetapi dia kelihatan sangat tenang.
Suasana di sama pun menjadi sangat tegang untuk Evelyn yang sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.
"Apa yang sebenarnya kamu maksud ya?"
"Jangan berpura-pura, kau masih mencurigaiku sebagai mata-mata sampai-sampai kau menyuruh anak buahmu bersembunyi, aku katakan itu tidak berguna karena aku bisa mengalahkan mereka semua dalam dua detik."
Kakek itu memang merasa kalai Edward bukanlah orang yang biasa, sejak saat pertama bertemu Edward dia sudah merasakan ada sesuatu yang aneh darinya.
"Ho~ apa buktinya bahwa yang kamu katakan itu benar? Dan juga bagi kami para Elf hutan, menyambut tamu dengan baik adalah budaya kami."
Edward berdiri dari tempat duduknya.
"Aku penasaran apakah menyiapkan orang untuk menangkapmu itu apakah juga bagian dari apa yang kau sebut menyambut tamu dengan baik."
Dengan sekejap Edward sudah berpindah tempat, dengan cepat dia menangkap salah satu orang yang ada di sana.
Tentu Evelyn tambah merasa kebingungan karena yang dia lihat hanyalah Edward yang berusaha menangkap udara, tetapi tidak bagi Edward yang sudah sangat ahli dalam hal yang seperti ini, dia bisa melihat dengan jelas musuh yang tidak terlihat sekalipun dengan mudah.
"Oi kau, cepat lepaskan sihirmu."
Akhirnya orang yang Edward tangkap itu melepaskan sihir menghilangnya dan menampakkan wujudnya di depan Edward dan yang lainnya.
Terlihat di sana seorang Elf yang memakai jubah hitam serta penutup muka.
"Ke-kenapa kau bisa menemukanku?"
"Dengan trik seperti itu semua orang juga bisa. Asal kau tahu kalau kau mau mengelabuhiku, setidaknya kau harus selevel dengan Archangel dulu."
Evelyn pun merasa sangat terkejut dengan kejadian yang berlangsung sangat cepat itu, dia memang terkejut ketika melihat Edward yang bisa bergerak secepat itu, tetapi lebih dari itu dia sangat terkejut ketika melihat Edward ternyata bisa mendeteksi orang yang memakai sihir menghilang sekalipun sehingga sekarang dia merasa lebih kagum dengannya.
"Tuan Edward...hebat."
Edward melihat ke arah kakek Kars yang masih terdiam.
"Sekarang sudah jelas kan kakek?"
"Jadi begitu, kamu kelihatannya sangat berpengalaman dalam bertarung."
Kakek itu masih terdiam seribu bahasa seolah-olah tengah memikirkan sesuatu di dalam otaknya.
Tiba-tiba kakek itu pun berdiri dengan ekspresi yang seperti biasanya, tidak seserius tadi yang sampai-sampai kerutan di dahinya terlihat dengan jelas.
"Baiklah kalau begitu maaf karena sudah berbohong kepada kalian sedari tadi terutama kamu tuan putri karena kami juga tidak bisa mempercayai orang lain begitu saja walaupun Anda terlihat mempercayainya."
Kars memang mempercayai Edward sebagai teman Evelyn, tetapi tidak sebagai temannya atau sekutunya karena dia sendiri tidak tahu siapa dan kenapa Edward bisa ada di sini, di kerajaan Elf.
"He, berbohong?"
Betapa terkejutnya Evelyn mendengar itu, dia yang selama ini bersama kakek Kars sama sekali tidak menyangka kalau kakek Kars telah berbohong kepadanya.
"Ya, karena ini adalah sesuatu yang sangat rahasia jadi kami tidak begitu saja mempercayai orang yang Anda percayai."
"Ta-tapi kenapa?"
"Maafkan saya atas perkataan saya ini tetapi putri Evelyn, Anda masih naif."
Evelyn memanglah masih naif jika dalam urusan seperti ini, dia mungkin akan sama sekali tidak tahu jika dia dimanfaatkan oleh orang lain karena kenaifannya itu, untuk itulah kakek Kars mencoba untuk mencari tahu apakah Edward itu musuh atau teman.
"Na-naif? Bagaimana bisa?"
Edward juga tahu kalau Evelyn itu masihlah naif, tetapi itu wajar baginya karena dia dibesarkan sebagai seorang putri yang polos, tentu dia tidak tahu akan dunia yang seperti ini, apalagi dunia di mana Edward dulu berada.
"Tenanglah Evelyn, tidak apa-apa jika kau naif karena itu adalah bagian dari karaktermu sebagai seorang putri polos...setidaknya untuk sekarang karena usiamu yang masih muda."
Evelyn merasa sedikit sedih mendengarnya, tetapi memang dari saat dia kabur dari kerajaan, sampai saat ini dia telah merasakan dunianya yang sangat berubah, dunia yang penuh dengan bunga yang berwarna-warni itu sekarang tidak seindah dulu karena dia sekarang telah mengetahui sebagian kecil sesuatu dari dunia ini.
"Baiklah kakek, apa kita sekarang bisa memulai pembicaraannya?"
Seperti biasa kakek itu terlihat sangat tenang layaknya air yang tenang tapi menghanyutkan, dia pun mengeluarkan sebuah kertas gulung dari dalam bajunya dan membukanya.
Di dalam kertas itu terdapat gambar seperti peta dari sesuatu yang tidak Edward tahu.
"Baiklah kalau begitu aku akan memulai pembicaraan yang serius sekarang, mohon untuk mendengarkannya baik-baik."