The Emperor of The Death Arc: The Flower Under The Sea part END

Edward dan Kon pun segera melangkahkan kaki pergi meninggalkan Lorelei untuk menemui Chamuel dan yang lainnya tetapi itu sama sekali tidak perlu karena White sudah merasakan kehadiran Edward dan Kon sehingga dia dan yang lainnya sekarang sudah terlihat dari kejauhan berlari dengan sangat cepat.

Edward dan Kon pun merasa bodoh karena berusaha menemui mereka semua disaat ada White yang bisa merasakan, bahkan mendengar sesuatu dari jarak yang sangat jauh sekalipun.

"Ed."

Tiba-tiba dari arah belakang terlihat Lily yang tiba-tiba tanpa Edward sadari sudah berada di sana, dia pun memeluk Edward.

"Ed, kangen!"

"Oi...ini masih belum ada sejam lho!"

"Ya~ Lily tahu, tapi kangen!"

Melihat Lily yang seperti itu, entah kenapa membuat Edward merasa sangat gemas dengannya seakan-akan ingin memeluknya balik, tetapi dia menghentikan aksinya itu karena memeluk gadis dengan penampilan di bawah umur adalah hal terlarang baginya.

"Kau itu memang manja ya?"

Memang tidak bisa dipungkiri dari mereka semua, Lily adalah yang paling dekat dengan Edward yang sekarang maupun dengan sang Cahaya meskipun sama sekali tidak terlihat seperti itu, mereka mungkin sedikit jarang berbicara tetapi mereka sangatlah dekat satu sama lain.

Lily pun sekarang menatap ke arah Lorelei dengan tatapan datarnya, dia terus-terusan menatap Lorelei sehingga membuatnya merasa tidak enak.

"Ummm...apa ada yang salah?"

Lily pun sedikit tersenyum melihat Lorelei yang masih merasa tidak enak karena Lily terus-terusan menatapnya.

"Seperti yang Lily duga."

"Ed-cha~n, Ed-chan gak apa-apa?"

Tentu bukan hanya Chamuel, White dan Arashel pun juga merasa khawatir dengan Edward, mereka sangat ingin menyusul tetapi mereka berdua tidak bisa membantah Lily.

"Tuanku, apa ada sesuatu yang aneh di tubuh Anda, saya sudah menyiapkan obat!"

"Darling...itu?"

Arashel pun sangat terkejut melihat wajah Lorelei, matanya pun terbelalak kaget seolah-olah dia tidak mempercayai ini semua.

Itu bukan karena Arashel terkagum dengan segala kecantikan yang dimiliki oleh Lorelei, tetapi ini karena sesuatu yang lain dimana dia sama sekali tidak menduganya.

"Chamuel, White, dia?!"

Chamuel dan White juga sangat terkejut dengan ini, mereka sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di hadapan mereka adalah dia.

"Dia..."

Mereka semua terkejut sekaligus sangat senang karena bertemu dengan Lorelei, akhirnya dengan ini semuanya bisa diakhiri yaitu semua penderitaan yang para anak-anak Zodiak rasakan.

"Nona Lily...apa mungkin Anda?"

"Ya~"

Sekarang mereka semua tahu apa alasan Lily mengatakan hal yang seperti itu dan melarang mereka mengganggu pertemuan Edward dan Lorelei, tetapi mereka semua benar-benar tidak menyangka kalau Lily sudah tahu semua ini.

"Kesan pertama...penting."

Sebagai seorang kakak, tentu Lily juga menginginkan yang terbaik untuk adik-adiknya terutama menyangkut pertemuan mereka dengan sang Cahaya.

Lily memang tidak pernah membatasi adik-adiknya untuk bersikap seperti apa dengan sang Cahaya karena mereka semua mempunyai caranya sendiri-sendiri untuk mengungkapkan perasaannya kepada tuan yang sudah sangat lama menghilang.

"Lily-chan..."

Chamuel bahkan masih belum mengerti kenapa Lily masih sebaik ini kepada mereka adik-adiknya di saat mereka telah berbuat hal yang tidak termaafkan bahkan bagi Lily yang merupakan orang terdekat sang Cahaya sekalipun.

Lily sudah belajar satu hal dari kejadian di masa lalu itu, untuk itu kali ini dia juga mendukung adik-adiknya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali dan tuan mereka tidak akan menghilang dari dunia ini.

Menghilangnya tuan mereka sang Cahaya itu sudah memberikan mereka kepedihan tersendiri karena mereka semua sangat khawatir jikalau tuan mereka telah meninggalkan mereka semua karena di hati mereka tertanam keyakinan bahwa tuan mereka tidak akan kalah pada saat kehancuran hebat dunia di masa lalu.

Bisa dibilang para Anak-anak Zodiak selalu mengagungkan sang Cahaya dan menganggap sang Cahaya layaknya seorang dewa yang tak bisa dijangkau oleh mereka, tetapi mereka terus berusaha mendapatkan Cahaya itu tanpa lelah.

Chamuel pun berjalan mendekati Lily.

"Lily-chan, dengan ini apa mungkin dia?"

Dengan bertemunya kedua belas anak-anak Zodiak antara satu sama lain maka akan ada suatu hal yang sangat penting akan terjadi, yaitu anak Zodiak terakhir yang akan segera bangkit dari tidurnya, satu-satunya anak Zodiak yang kekuatannya hampir menyamai Lily.

"Ya~ dia...bangkit."

Itu memang tidak mengejutkan karena memang dia adalah adik dari Lily sendiri, bahkan sang Cahaya pernah berkata kalau dia dan Lily adalah satu kesatuan yang terpisah, dia adalah anak Zodiak yang kekuatannya berada di ranking dua setelah Lily sendiri.

Meskipun mereka tahu itu, tetapi selama ini Chamuel dan yang lainnya selalu mencari di mana tempat adik Lily itu tertidur dan hasilnya selalu nihil, mereka sama sekali tidak pernah menemukannya sama sekali.

Chamuel dan yang lainnya pun merasa sangat senang karena dengan ini mereka semua akhirnya bisa berkumpul kembali seperti dulu menghadap sang Cahaya kembali.

Pada saat yang sama di sebuah tempat, di sana terdapat sebuah siluet manusia yang tengah duduk-duduk di cabang pohon.

Pohon itu terlihat sangat mirip sekali dengan pohon suci yang berada di kerajaan Roh tetapi ukurannya tampak lebih besar dari pohon suci itu.

Tempat di mana pohon itu berada juga sangat berbeda, pohon itu terletak di sebuah tanah gersang yang tidak nampak sama sekali kehidupan makhluk hidup lain di sana.

Langit di tempat itu berwarna gelap seolah-olah sama sekali tidak ada cahaya hangat dari matahari di sana, yang ada hanyalah pemandangan yang menyedihkan dari dunia yang hancur.

Siluet manusia itu terus-menerus duduk dengan mengayun-ayunkan kakinya sambil terlihat tersenyum.

"Cahaya...sudah kuduga kalau perjalananmu akan menjadi kisah yang menarik..."

Siluet itu pun menatap ke arah langit.

"Baik dulu...maupun sekarang..."

Siluet itu pun teringat dengan masa lalu tentang bagaimana dia bisa menjadi sang Cahaya, dia teringat semua itu beserta semua rahasia dari dunia ini yang selama ini sang Cahaya sembunyikan.

"Tapi sayang...dia...tidak ada bersamamu..."

Sosok "Dia" yang siluet maksud bukanlah siapapun tetapi "Dia" orang yang paling berharga bagi sang Cahaya, orang yang sangat dicintainya, orang yang dulu selalu berada di sisinya yang sekarang telah tidak ada di dunia ini akibat dari pertarungan hebat jauh-jauh di masa lalu.

"Anak-anak Zodiak...ya?"

Tentu selama puluhan ribu tahun ini siluet manusia itu sudah mengawasi perkembangan anak-anak Zodiak semenjak peristiwa menghilangnya sang Cahaya.

"Hahaha...aku sama sekali tidak menyangka ini..."

Pada awalnya dia sama sekali tidak mempercayai mereka, dia sama sekali tidak tahu kenapa sang Cahaya sangat melindungi mereka dan bahkan dia sampai-sampai ingin bersama mereka sampai akhir, tetapi setelah melihat perkembangan mereka sampai sekarang dia menjadi mengerti apa yang dirasakan sang Cahaya.

"Cahaya...aku sekarang tahu kenapa kau sampai seperti itu..."

"Pertanyaan: Kenapa aku tetap tidak mengerti?"

Suara itu terdengar sangat datar, bahkan orang bodoh pun tahu kalau suara misterius itu terdengar seperti suara orang yang sama sekali tidak mempunyai perasaan atau apapun.

Siluet itu sudah menduga kalau "dia" sudah tahu tentang ini, tentang anak-anak Zodiak yang sebentar lagi akan berkumpul dan akhirnya zodiak yang terakhir akan bangkit.

"Apa kau tahu kalau menguping itu tidak baik?"

Bukan sebuah keanehan lagi kalau "dia" bisa merasakan semua itu karena "dia" itu seperti dirinya, "dia" selalu mengawasi dunia itu dan segala yang terjadi di sana termasuk anak-anak Zodiak, tetapi berbeda dengan siluet manusia, "dia" sama sekali belum mengerti kenapa sang Cahaya sampai rela menemani mereka ketika dia sendiri bisa melakukan segalanya sesuai keinginannya.

"Pertanyaan: Kenapa Cahaya tetap melindungi mereka, mereka hanyalah keberadaan yang tidak berguna, mereka adalah keberadaan yang sangat lemah."

"Memang...kalau itu dibandingkan denganmu...Orachlos."

Siluet itu mengerti kenapa "Dia" menganggap anak-anak Cahaya itu sangat lemah karena kalau masalah kekuatan maka memang "Dia" jauh lebih kuat dari semua anak-anak Zodiak, bahkan mereka semua tidak akan mempunyai kesempatan menang melawannya.

"Aku yakin kalau kau bisa menghancurkan dunia itu tanpa ada yang bisa melawan tetapi..."

Diantara anak-anak Zodiak dan "Dia", ada perbedaan yang sangat besar, perbedaan dimana "Dia" sendiri tidak menyadarinya.

"Kau tidak akan bisa melakukannya tanpa perintah kan?"

Siluet itu sudah tahu seperti apa "Dia" itu, siluet itu tahu kalau "Dia" tidak akan bisa melakukan apapun tanpa diperintahkan, "Dia" tidak bisa mengambil keputusan sendiri, "Dia" hanyalah seperti sebuah robot yang tidak bisa bergerak atas kemauannya sendiri.

"Jawaban: Masterku adalah Cahaya, aku tidak akan bergerak selain dengan perintahnya."

Selama ini "Dia" tidak pernah sekalipun bergerak dari tempatnya dan melakukan sesuatu selain dari pertintah, "Dia" tidak pernah melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri, "Dia" hanya melakukan sesuatu dengan perintah.

Siluet manusia itu sudah tahu semua itu sehingga dia bisa tahu perbedaan besar antara "Dia" dengan para anak-anak Zodiak.

"Hahaha...aku sudah tahu itu, tetapi apa kau tahu kenapa Cahaya membuat mereka mempunyai hati? Bahkan mereka juga mempunyai kehendak sendiri meskipun Cahaya sendiri tahu kalau mereka pasti akan berbuat kesalahan?"

Anak-anak Zodiak bukanlah ciptaan terkuat dari sang Cahaya, tetapi mereka memiliki hati dan bahkan kehendak sendiri, mereka juga bisa berbuat kesalahan yang sama seperti makhluk-makhluk berhati lainnya jauh berbeda dengan "Dia".

"Jawaban: No, hati adalah komponen yang tidak diperlukan."

"Bagimu memang begitu, tetapi bagi Cahaya itu berbeda...dia memberi mereka semua kehendak sendiri karena dia menyayangi mereka semua, dia melihat mereka semua seperti anak-anaknya dan ingin melihat mereka semua tumbuh."

Siluet manusia itu sendiri tidak mengerti tentang kasih sayang orang tua karena dia sendiri juga tidak memiliki orang tua sehingga dia tidak bisa merasakannya, tetapi setelah melihat semua ini dia menjadi tahu apa yang sang Cahaya rasakan.

"Sudah menjadi tugas orang tua untuk terus melindungi anak-anaknya...walaupun anak-anaknya telah berbuat kesalahan, orang tua akan selalu memaafkannya, itulah perasaan dari sang Cahaya kepada mereka."

Siluet itu pun menyentuh dadanya sendiri dengan tangan kanannya, dia menundukkan kepalanya dan terlihat senyum yang ada di wajahnya.

"Dan tugas seorang anak adalah belajar dari kesalahan itu...benar kan...Cahaya?"

Seperti Cahaya yang dulu mencari jati dirinya, dia juga belajar dari pengalamannya sehingga dia akhirnya mengerti semuanya, dia terus mencari jawaban atas pertanyaannya sampai akhirnya dia sampai di sana.

Di dalam hatinya siluet manusia itu sangat menghormati sang Cahaya dari dalam lubuk hatinya, di dalam kesedihan tak berujung yang telah dirasakannya, dia sama sekali tidak membuang harapannya dan juga harapan orang yang paling dicintainya.

Seperti julukannya sebagai sang Cahaya, dia selalu bersinar terang meskipun di dalam kesendiriannya, di dalam hatinya selalu tersimpan harapan yang sangat kuat.

Meskipun tidak terlihat, tetapi orang yang melihat siluet manusia itu bisa merasakan kalau sekarang dia tengah merasa bersedih.

"Aku berharap kalau kalian akan bersama lagi..."

Tentu siluet manusia itu juga mengharapkan sesuatu, sesuatu yang dia tidak tahu apakah itu akan terwujud atau tidak.

Siluet manusia itu sangat berharap kalau dua orang yang saling mencintai itu bisa bersama-sama lagi, dia ingin melihat sang Cahaya bahagia dengan gadis itu lagi, gadis yang sudah menjadi alasan sang Cahaya bisa bertahan sampai sekarang.

"Hei kamu, mari kita bertaruh untuk satu hal."

"Pertanyaan: apa yang mau kau lakukan?"

"Apa kau tahu kalau Zodiak yang terakhir itu sangat mirip denganmu?"

Tentu "Dia" sangat tahu tentang itu, tetapi yang "Dia" tidak ketahui ialah tentang kenapa walaupun Zodiak terakhir itu mempunyai kepribadian yang sama dengannya, tetapi Zodiak terakhir itu terasa sangat berbeda.

"Jawaban: Yes."

"Dan kau pasti tahu kalau dia juga berbeda denganmu?"

"Jawaban: Yes."

"Tetapi apa kau tahu apa penyebabnya?"

"Jawaban: No, tetapi aku tidak membutuhkan perubahan seperti dia."

"Kalau begitu aku akan bertaruh kalau di saat semuanya berakhir, kau akan tahu apa itu hati dan perasaan dan kau pasti akan tahu pentingnya hal itu."

"Jawaban: bertaruh kepada hal yang tidak berguna hanya akan menyia-nyiakan waktu, aku meno-"

Bagi "Dia" bertaruh terhadap hal ini sama sekali tidak berguna, "Dia" bahkan tidak berpikir bahwa seorang sepertinya mau memiliki sesuatu yang sudah merusak dunia berulang-ulang kali seperti itu.

"Jangan berkata seperti itu, kalau begitu mari kita lihat perjuangan sang Zodiak terakhir yang sangat mirip denganmu itu, kau bisa memutuskannya setelah itu."

"Dia" sama sekali tidak memberikan jawaban kepada siluet manusia itu, "Dia" hanya terdiam dan kemudian kembali ke tempat di mana "Dia" berada.

Siluet Manusia itu pun mengetahui kalau "Dia" saat ini hanya tidak tahu apa yang harus dilakukan karena tanpa perintah dari Masternya, maka dia tidak bisa melakukan apapun.

Untuk itu siluet manusia itu mempunyai tujuan untuk membangkitkan ketertarikan "Dia" kepada sang Zodiak terakhir yang diciptakan mirip sepertinya.

"Sekarang, mari tunjukkan kisahmu wahai Zodiak terakhir."

Siluet manusia itu tidak tahu apa yang sang Cahaya rencanakan dengan membuat Zodiak terakhir seperti itu, tetapi dia hanya menebak bahwa sang Cahaya juga menginginkan "Dia" melihat dirinya sendiri di Zodiak yang terakhir itu dan akhirnya "Dia" mempunyai kehendak sendiri dan bergerak atas kemauannya, bukan dengan perintah.

"Akhirnya...harapanmu mungkin akan terwujud...Cahaya, harapan kepada masa depan yang selama ini selalu kamu pegang dan tanamkan di dalam hatimu."

Siluet manusia itu pun perlahan mulai menjadi transparan.

Dia pun turun dari pohon itu dengan sangat pelan dan memandangi pohon suci yang senantiasa bersinar setiap hari itu.

Dia tidak tahu sudah berapa lama semenjak pohon suci itu ada di dunia ini, tetapi berkat itu dunia ini tidak menghilang begitu pun dengan keberadaannya.

Siluet manusia itu pun akhirnya menghilang dengan sepenuhnya, tidak ada yang tahu di mana dia pergi kemana, dia hanya menghilang menghapuskan keberadaannya dari dunia ini.