"Oh ya tentang kata-katamu tadi, memangnya selama ini kamu pernah dipukul gadis yang lain?"
Sejujurnya ini masih pertama kalinya Edward menghadapi situasi seperti ini karena dia sendiri tidak pernah melihat ataupun mengintip wanita mandi karena itu hanyalah sebuah tindakan konyol baginya. Dia lebih baik berlatih keras seharian untuk memaksimalkan semua potensi yang ada di dalam dirinya daripada melakukan hal yang katanya menjadi idaman pria itu.
"Tidak, ini pertama kalinya aku melihat wanita yang sedang mandi. Ya dulu sebagian dari para pria yang kukenal suka melakukan itu jadi mereka selalu mendapatkan bogem mentah dari para wanita."
"Begitu? Lalu kamu tidak ikutan?"
"Sayang sekali untuk orang yang hidup di dunia bawah sepertiku, aku sudah membuang nafsu seperti itu dan menjadi tidak tertarik lagi."
"He~h...apa itu tidak karena kekuatan cahayamu?"
Edward sangat terkejut mendengar itu, mendengar gadis yang sedang mandi di danau itu mengatakan hal yang seperti itu.
"Apa maksudmu?"
Gadis itu pun melakukan gerakan layaknya seperti seorang deklamator ulung yang dengan gerakannya yang sangat indah membacakan puisi.
"Kekuatan cahaya...
kekuatan dewa yang bisa membuat siapa saja berada puncak dunia
Kekuatan agung nan murni layaknya sang surya
Tetapi...
Layaknya pedang bermata dua
Membawa duka kepada pemiliknya."
Meskipun tengah memulihkan diri, Edward pun berdiri dan berjalan keluar dari balik pohon, dia menatap gadis itu dengan tatapan serius di wajahnya.
Gadis itu pun menutupi tubuhnya itu dengan kedua tangan tetapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekpresi malu sama sekali dan layaknya seperti orang yang tengah menggoda dia berkata:
"Kya~ dasar mesu~m."
"Cukup bercandanya, kau sebenarnya siapa?"
"Ah apa kamu kaget karena aku tahu tentang kekuatan cahaya?"
Edward terus memasang wajah seriusnya menatap ke gadis itu.
"Baiklah namaku Luxia, aku adalah sang ratu dari para peri dan juga orang yang memanggil orang-orang dari dunia lain kesini."
Gadis itu pun berjalan mendekati Edward yang bediri di pinggiran danau dengan santai.
"Seperti yang kamu duga aku bukanlah bagian dari anak-anak Zodiak tetapi anggap saja aku sebagai salah satu Myth."
Luxia menyentuh dada sebelah kiri Edward, tepat di jantungnya.
"Aku adalah orang yang tahu semua tentangmu, bahkan tentang kematianmu sepuluh tahun silam yang bahkan tidak ada dari anak-anak zodiak yang mengetahuinya dan aku punya sebuah sihir yang mungkin akan cocok untukmu."
"Sihir?"
"Ya, ini adalah sihir yang aku saja yang bisa menggunakannya, aku yakin kalau kamu sangat menginginkan sihir ini."
Sementara Edward masih bersama dengan Luxia, pada saat yang sama di suatu tempat di Veden, lebih tepatnya di kota kekuasaan salah satu dari Archangel yaitu Gabriel.
Pada malam itu tidak ada sama sekali malaikat yang menyadari kalau malam itu akan terjadi bencana yang besar kepada mereka.
Memang kota yang melayang diudara yang dikuasai oleh Gabriel itu terkenal akan kekuatan militernya yang sangat tinggi, bahkan para prajurit di kota itu lah yang menjadi ujung tombak dari pihak malaikat ketika ada perang melawan para Iblis.
Di bawah kota yang melayang itu terlihat seorang gadis yang berdiri di atas pohon. Gadis itu terus menatap kota yang terbang itu dengan kedua matanya yang indah.
Gadis itu memiliki penampilan yang sangat mencolok, dia memiliki warna rambut yang unik, rambutnya sebagian berwarna putih dan sebagian lagi berwarna pink yang menawan yang terus diulang-ulang warnanya sehingga berbeda dengan Marielle yang setengah putih dan hitam, warna rambut gadis itu terlihat seperti belang-belang antara putih dan pink.
Selain rambutnya, gadis itu juga memakai sarung tangan dan sepatu yang terbuat dari armor logam yang sangat keras, dia juga memakai pakaian yang memiliki tiga corak barong yang berwarna pink.
Masih belum cukup sampai situ, gadis itu juga mempunyai sebuah mahkota di kepalanya dan juga lima permata yang kelihatannya seperti menempel di rambut depannya, bahkan dia juga memiliki penjapit rambut kupu-kupu di sebelah kanan dan kiri pelipisnya.
Bisa dikatakan gadis itu lebih mencolok daripada Chamuel dengan pakaian sailor pinknya sekalipun dengan penampilannya itu.
"Jadi itu ya kotanya? He~h..."
Gadis itu pun tersenyum lebar seolah-olah seperti sangat menikmati suasana di dalam hatinya saat ini.
Tiba-tiba di belakang gadis itu muncul satu sosok yang memakai jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.
Gadis yang berdiri di atas pohon itu sudah menyadari keberadaan dari sosok misterius itu, dengan santainya dia pun menoleh ke arahnya.
"Akhirnya kau sampai juga."
Melihat gadis misterius itu memakai jubah, gadis berambut belang itu pun merasa keheranan.
"Kenapa kau memakai jubah? Ini bukan misi penyusupan lho."
Gadis berjubah itu hanya diam mendengarkan kata-kata gadis berambut belang.
Melihatnya diam, gadis berambut belang itu mengeluarkan senyum smugnya sambil menatap gadis yang memakai jubah hitam itu.
"E~h apa kau memakai itu biar dianggap orang yang misterius dan kuat begitu?"
Gadis berjubah itu pun memalingkan pandangannya.
"Ya terserahlah."
Dengan suasana malam di Veden ditemani dengan berjuta-juta bintang di langit, mereka berdua pun memulai aksi mereka.
Sejujurnya mereka berdua juga tidak tahu kenapa mereka diperintahkan untuk melakukan ini oleh orang yang bahkan bisa melakukan ini sendirian dengan mudah dan mereka juga tahu kalau orang itu juga mengawasi mereka walau wujudnya tidak ada di sini.
Gadis berambut belang-belang itu pun mengeluarkan sayap dari punggungnya, sepasang sayap putih yang sangat cantik
"Baiklah kalau begitu kita mulai."
Sekarang kita kembali ke medan perang di kerajaan Dwarf yang berbeda dengan waktu di Veden yang masih malam, di medan perang ini matahari masih bersinar dengan sangat terang.
Setelah para Valkyrie ditarik mundur oleh Yulia, sekarang giliran Einherjar yang datang menghadapi mereka semua.
Einherjar terbang keluar dari Yggdrasil, dia menuju ke seekor naga yang telah ditelan kegelapan.
Naga itu pun menyadari Einherjar yang datang ke arahnya dan dia membuka mulutnya dan mencoba menyembur Einherjar kekuatan api miliknya tetapi dengan cepat Einherjar membelah naga itu menjadi dua dengan sabit besar yang ada di tangan kanannya.
Tetapi meskipun seperti itu, naga itu masih belum kalah karena kekuatan kegelapan kembali menyambungkan tubuhnya yang terbelah itu seperti sedia kala dan pada saat itu naga-naga yang ditelan oleh kegelapan yang lainnya menyerang Einherjar.
Secara otomatis sihir pertahanan Einherjar aktif, sihir itu memunculkan lingkaran-lingkaran sihir yang memblok serangan dari naga-naga itu.
Dengan kekuatan barunya itu Fiezayr benar-benar merasa sudah di puncak, dia merasa dengan kekuatannya yang sekarang dia bisa mengalahkan siapapun.
"Hahahahahaha apa hanya itu yang bisa kau lakukan?"
Dengan senyumannya yang melambangkan keangkuhan dan kekejamannya, sebuah sabit berwarna hitam yang ada di tangannya mengeluarkan aura yang yang terlihat seperti asap berwarna ungu kehitaman.
Fiezayr pun mengeluarkan Zone yang mencakup seluruh area di mana para naga itu berada dan pada saat itu dengan sekejap mata dia menyerang naga-naga yang ada di sana, dia kesana-kemari mencincang-cincang naga-naga itu dengan sekejap mata layaknya sang Grimm Reaper.
Para naga yang sudah tercincang itu pun terjatuh ke tanah, dengan kekuatan aura kegelapan yang ada pada diri mereka pun mencoba tersambung kembali tetapi Fiezayr memanfaatkan waktu yang dia punya itu untuk mengeluarkan sebuah sihir.
Di sekitar Fiezayr muncullah beberapa lingkaran sihir dan masing-masing dari lingkaran sihir itu sekarang tengah menghadap ke masing-masing dari para naga.
"Lenyaplah kalian para naga rendahan!"
Dari lingkaran sihir itu pun muncul laser yang mengarah ke para naga itu.
Laser itu pun mengenai naga yang masih belum memulihkan diri dengan kekuatan kegelapan itu dan menghasilkan yang sangat hebat yang bahkan gelombang kejutnya mampu menerbangkan apapun yang ada di sana.
Para Dwarf yang melihat itu pun tahu kalau mereka tidak akan pernah bisa menang melawan Fiezayr yang dengan mudahnya melakukan hal segila itu, mereka hanya terdiam bahkan para prajurit kerajaan yang tadi merasa semangat untuk bertarung sekarang mereka hanya terdiam membisu melihat itu semua.
Dengan serangan itu, para naga yang dikuasai oleh aura kegelapan itu benar-benar lenyap tanpa sisa oleh serangan Fiezayr dan kali ini masih tersisa dua orang yaitu Glaudis dan juga Gaufel.
Gaufel yang sekarang sudah berada di bentuk setengah naganya itu juga merasa kagum dengan kekuatan Fiezayr sampai-sampai dia merasakan darahnya yang mendidih bersemangat tidak sabar bertarung dengannya.
"Menarik...menarik...MENARIK! aku tidak menyangka kalau aku akan terhibur seperti ini!"