WebNovelJANJI33.16%

Kejam?

Bersandar pada sofa sambil menatap dalam wajah andre yang masih terlelap menutup mata walau sebenarnya ia sudah bangun sejak meri masih berbicara di telfon.

Dingin di hatinya semakin menyeruak menatap wajah suaminya itu seakan mengingatkannya pada wajah megan. Dia mengingat semua pesan yang di kirimkan megan kepada andre dan balasan yang diberikan suaminya.

Terluka, itulah yang ia rasakan. Tak ada yang lebih menyakitkan baginya saat semua harapan yang sudah ia bangun kini berbalik runtuh dan menyerang relung hatinya. Keruntuhan yang amat parah hingga akan sulit baginya untuk kembali memegang harapan itu.

Tak terasa air matanya menetes melihat suami yang di cintainya kini akan menjadi musuh bebuyutannya. Dia tak menyukai sikap pengecut dengan menyerang orang lain dari belakang. Ia lebih suka berperang dalam keadaan sama-sama mengetahui dan ingin mengadu strategi dalam menghancurkan satu dan yang lain.

Ia akan membuat satu keluarga itu menjadi kacau dan tentunya iapun akan ikut kacau, walau bagaimanapun dia adalah istri dan termasuk dalam keluarga rumit yang akan ia hancurkan hingga tak tersisa penyangga saat mereka ingin bangkit.

Jika ia tak bisa menginjak mereka, maka dia akan jatuh bersama atau menarik mereka jatuh ke dasar.

Pertempurannya itu akan ia umumkan kepada andre sejak awal, itu adalah caranya agar saat ia dengan tanpa hati membalas andre pun tak perlu sungkan menyerang. Dia tak ingin melihat suaminya terpuruk tak berdaya diliputi alkohol dan menjadi pria pemabuk karena masalah ini. Dia ingin melihat pria itu kuat berdiri melawannya dengan begitu tak akan tersisa rasa iba sedikitpun saat mereka saling menghancurkan.

Meri menghapus tetesan air yang membasahi pipinya. Kebangkitannya karena emosi menahannya agar tak menunjukkan kelemahannya di hadapan andre.

Sudah pukul 10 pagi, andre bangun masih dengan kepala berat akibat mabuk. Dia samar-samar mengingat percakapan meri dan kakaknya yang tidak ia ketahui siapa. Mengembalikan kesadarannya dengan sup pereda pengar yang sudah di siapkan meri di meja nakas.

Andre membersihkan diri dan segera keluar kamar mencari meri. Melihat bagaimana istrinya itu bertekad melawannya, tak akan ada cara lain selain berbicara jujur untuk bisa meredam amarahnya.

Jika sejak awal ia sadar jika meri sudah mengetahui semuanya, maka ia tidak akan berbohong menutupinya.

Di ruang tamu, meri tertawa terbahak-bahak menonton acara komedi di Indonesia melalui ponselnya. Ia sangat membutuhkan hiburan saat ini jadi dia memilih menonton sesuatu yang lucu agar melupakan tontonan menyebalkan yang ia lihat di ponselnya tadi malam.

"meri" panggil andre melihat ujung kepala meri di kursi ruang tamu.

"iya"

Meri berbalik melihat andre dengan pakaian kelam serba hitam. Andre terkejut dengan rambut meri yang tadinya panjang hingga menutupi dada saat di urai ke depan, kini sudah terpotong pendek hingga menampakkan lehernya yang putih, ramping dan panjang.

Hal yang lain adalah bahwa saat ini istrinya itu berdandan dengan make up berani dan menambah ketegasan di matanya. Dia cantik tanpa makeup tapi dengan polesan riasan di wajahnya ia bahkan jauh mempesona dengan tampilan beda dan aura yang terpancar.

"aku ingin mengatakan sesuatu"

"katakan saja" meri tampak acuh dengan tak menatap andre dan fokus pada layar ponselnya.

"ini tentang megan. Bukankah kau ingin tahu tentangnya sejak kemarin?"

"Mmm, tapi sekarang tidak lagi. Dia bukan lagi urusanku sekarang, aku hanya perlu memikirkan dan mengurusmu. Itu saja" jawab meri dengan suara tenang mengalir begitu saja.

Nada suaranya yang tenang membuat kalimat yang ia ucapkan itu seakan sebuah perhatian istri kepada suaminya, tapi andre tentu mengetahui maksud dari ucapan meri.

"kau hanya mengetahui kulit-kulitnya. Mengapa tidak menanyakan kepadaku hingga tulang-tulangnya" andre duduk di kursi seberang meri, namun meri tetap berbaring di kursi panjang itu sambil menatap ponselnya. "meri mari kita bicara"

Merasa terganggu dengan kehadiran pria itu, meri menjadi kesal dan mengubah posisinya duduk tegak menghadap andre.

"kau terlambat jika ingin mengakuinya. Aku sudah tahu cukup banyak. Saat aku bertanya itu artinya aku masih ingin mendengar penjelasan mu dan akan berusaha percaya pada ucapanmu. Sekarang sudah tidak lagi"

Melihat gerak gerik andre serta inisiatif membahas megan, meri sudah menebak andre pasti ingin mengakui dan menceritakan semuanya. Tapi itu sudah terlalu lamban untuk seorang pemuda cerdas seperti suaminya.

"meri, apa kau tidak mencintaiku lagi?"

Meri sangat ingin tertawa mendengar pertanyaan itu. Dia terlalu naif jika mengatakan tidak, tapi mengakuinya saat seperti ini sama saja dengan dia melempar dirinya untuk mengemis di jalanan yang jelas-jelas kejam kepadanya.

"pertanyaan itu lebih pantas jika aku yang mengucapkannya, ah... Tapi ada yang salah. Aku harusnya bertanya apa kau pernah mencintaiku?" sindir meri.

"apa kau pikir aku mendekati mu karena aku menjadikanmu pelarian?"

Andre belum mengetahui jika meri bahkan sudah mengetahui permasalahan ia dan ilham serta megan yang menjadi simpanan ayahnya. Ia hanya berasumsi kemarahan meri karena ia berbohong dan menganggap ia akan kembali kepada megan karena pesan teks yang ia kirimkan kepada megan.

"kau pikir aku wanita sebodoh itu. Menjadi wanita pelarian dengan kau mengorbankan banyak hal untuk mencariku ketika hilang. apa menurutmu itu yang kupikirkan? Itu sangat tidak masuk akal"

"Lalu apa yang membuatmu enggan mendengar penjelasanku"

"aku sudah bilang terlambat untuk kau mengakuinya. Aku sudah tahu lebih banyak dari kalimat yang mungkin akan kau katakan. Jadi tidak perlu membuat otakmu terlalu berpikir untuk mengakui hal yang pada dasarnya sudah ku ketahui"

Dari sudut pandang meri, andre hanya akan mengakui hubungannya dengan megan, menjelaskan yang terjadi di Indonesia serta mengatakan tak akan kembali pada gadis itu. Hanya itu dan berharap meri akan percaya kemudian melupakan masalah ini.

Dia akan benar-benar percaya jika sejak pertama kali meri bertanya andre sudah mengakuinya hingga ia tak perlu merepotkan maria untuk mengupas semuanya. Saat ia tahu kebenaran, masalah ini tak semudah itu. Ini menempatkan ia pada kesimpulan bahwa andre mendekatinya untuk membuat ilham tak bisa memilikinya sebagai mana ia tak bisa memiliki megan karena wanita itu mencintai ilham.

"meri katakan padaku sampai sejauh mana kau mengetahui masalahku. Jika pun kau mengetahui data dan informasi dari orang lain tidakkah menurutmu perasaanku saat ini belum termasuk dalam informasi yang kau peroleh?"

"perasaanmu saat ini tidaklah penting bagiku. Aku lebih percaya pada informasi yang ku peroleh dari pada perasaanmu yang mungkin saja akan berubah. Itu hanya akan menciptakan bias dalam keputusanku"

Saat andre berbohong kedua kalinya, meri tak berpikir akan mendengar bagaimana perasaan andre sebenarnya karena bisa jadi itu adalah kebohongan. Tidak ada yang lebih mengetahui perasaan seseorang daripada orang itu sendiri.

"jadi apa keputusanmu?" andre menatap meri dengan perasaan bercampur takut, kecewa, cinta dan kesal.

Otaknya hanya memberikan gambaran jika wanitanya itu akan memilih berpisah dan menjadi musuh baginya di masa depan.

"apa kau berharap aku meminta bercerai?" nada suara andre yang mengintimidasi membuat meri menebak dengan tepat pemikirannya.

"jika bukan lalu apa?" tanya andre lagi

"kau cukup diam saja saat ini. Saat bagianku untuk maju, kau baru boleh bertindak. Kita hanya perlu bertahan seperti ini, tapi jika kau merasa perlu bercerai maka aku tidak akan menolak" ujar meri tenang tanpa emosi sedikitpun.

"apa kau menunggu megan jatuh baru kau akan menyerangku?"

"otakmu memang cerdas. Aku jadi berhemat bicara karena kau pintar" meri dengan nada sinis menjawab ucapan suaminya itu tanpa perasaan di matanya. Ia terlihat santai tanpa beban.

Dia mulai menyadari dirinya seperti psikopat yang membunuh lawan dengan bibir tersenyum tanpa rasa bersalah. Itu bukan kesalahan dirinya Sepenuhnya, andrelah yang membuat sisi buruknya kini mengambang ke permukaan dan menekan sisi baik dalam dirinya.

"jangan mengotori tanganmu, aku yang akan membuatnya jatuh. Kau tidak seharusnya bersikap kejam kepada sesama wanita"

Ucapan andre seakan petir yang menyambar di kepala meri hingga seluruh tubuhnya merasa terbakar.

"kau mengatakan aku bersikap kejam kepadanya?" seakan tak percaya dengan yang ia dengar. "Dia yang kejam kepadaku, dia mengetahui hubungan kita dengan jelas tapi tetap memilih mendekatimu dan merayumu untuk kembali. Aku tidak berharap kau membantuku, tapi kalimatmu tadi sudah keterlaluan. Kau bisa melindunginya jika kau mau dan merasa akulah yang bersikap kejam di sini" geram dengan ucapan andre meri membalas dengan suara tinggi dan berdiri meninggalkan andre.

Baru beberapa langkah menjauh, sebuah tangan melingkari pinggangnya dan sebuah kehangatan melanda punggungnya. Andre memeluk istrinya itu, dia tak ingin melepaskan meri dan menjadi alasan wanitanya berubah menjadi wanita yang berbeda karena kemarahan.

Tak ingin melepaskan diri karena itu tak akan berhasil, meri diam berdiri kaku di tempatnya. Suara nafas andre yang berat mulai terdengar di telinganya. Detak jantung mereka seakan berpadu hingga membentuk irama dengan ritme dan tempo yang cepat.

Hanya keheningan yang tercipta di ruangan luas itu, tak ada seorangpun yang mengeluarkan kata-kata. Andre masih berusaha merangkai kalimatnya dan meri masih menunggu kalimat pertama yang akan ia dengarkan.

Mereka pasangan yang sejak awal saling menunggu dan memendam perasaan dan keingintahuan. Hingga semua masalah menjadi rumit karena sikap yang tidak terbuka.

Meri tak menyesali mengetahui siapa megan sebenarnya dengan begitu ia akan menyelamatkan kakaknya dari siluman rubah itu. Ia hanya sedikit menyesal mengetahui permasalahan yang melibatkan megan dan keluarga andre. Ia seharusnya cukup dengan mengetahui megan adalah mantan kekasih andre dan sekarang menjadi wanita simpanan.

Jika saja ia tak secerdas dirinya saat ini, ia mungkin hanya akan berpikir wanita itu sengaja menggoda andre karena ketampanan suaminya.

Andre sendiripun menyesali sikapnya yang pecundang dan memilih berbohong hingga menimbulkan jarak antara ia dan istrinya yang mungkin tak bisa lagi ia gapai.