-- Keesokan harinya --
Hari ini merupakan hari yang cukup melelahkan untuk Ditya. Dia harus menghadiri 5 kelas dari Pagi sampai Sore.
Waktu menunjukkan pukul 10 ketika Ditya menghadiri mata kuliah ketiga, Structure. Mata kuliah ini adalah mata kuliah favorit Ditya. Mr. Sony adalah dosen yang mengampu mata kuliah ini. Beliau berbadan tinggi, agak berisi, dan memakai kacamata.
Semua mahasiswa sudah berada di dalam ruangan ketika Pak Sony masuk, "Good morning, class."
"Good morning, Sir."
"All right. Today is our first meeting, so I wanna introduce myself first. My name is Sony Prasetiawan and you can call me Mr. Sony. Don't be nerve in my class, I hope all of you could get every material given by me. Studying structure is hard enough for some people. Try to love it first so it Will be easier to understand."
Mr. Sony memberikan materi mengenai Part of Speech hari ini. Gaya mengajarnya santai dan lugas sehingga para mahasiswa bisa menikmati dan memahami apa yang dia sampaikan. Kelas berlangsung selama satu jam. Setelah kelas selesai, semua mahasiswa berhamburan keluar. Ketika Ditya sedang mengobrol dengan teman-temannya, tiba-tiba dia mendengar suara seseorang yang familiar memanggil namanya.
"Ditya..." panggil seorang pria.
Ditya pun menoleh ke arah sumber suara dan sedikit terkejut melihat kehadirannya. Pria itu berjalan menghampiri Ditya dan menyapa mereka semua, "Hai, kalian pasti Niar, Anisa, Yuni, dan Triana ya?"
"Iya. Kok, kamu tau?" tanya Triana kebingungan karena ini pertama kalinya dia bertemu lelaki itu.
"Ditya sering cerita tentang kalian." jawabnya sambil melirik Ditya.
"Kak Randy kenapa ada disini? Ini kan wilayah FKIP. Sejak kapan anak Management Bisnis berkeliaran disini??"
"Hey, anak kecil. Apa begini cara kamu bicara sama senior. Walaupun aku bukan mahasiswa FKIP tetap saja aku adalah kakak tingkat kamu." tegur Randy, "Kalian masih ada kelas?"
"Ada kak, tapi jam 2 siang." jawab Yuni, memperhalus bahasanya begitu tahu siapa Randy.
"Terus rencananya kalian mau kemana?"
"Oh ya, kita mau kemana ya?" tanya Ditya kepada teman-temannya, karena mereka memang belum tahu apa yang akan mereka lakukan setelah ini.
"Aku mau jalan sama Rio. Tadi dia minta ditemenin nyari sepatu." jawab Anisa.
"Rio?? Rio yang teman sekelas kita? Sejak kapan kalian jalan bareng?" Triana terdengar sedikit terkejut. Rio memang teman sekelas mereka. Tapi belum pernah sekalipun Anisa dan Rio terlihat mengobrol di kelas apalagi jalan bareng.
"Ciyeeee.. Ada yang diam-diam lagi PDKT nih." ledek Niar.
"Kalau kalian bertiga mau kemana?" tanya Ditya lagi.
"Aku udah janji mau makan sama Kak Enda." jawab Triana. Enda itu adalah pacarnya Triana. Mereka berpacaran sejak duduk di bangku SMA.
"Kalau aku sama Niar mau nyari stiker buat motor bareng sama Rey dan Lukman. Kamu mau ikut, Dit?" tanya Yuni.
"Nggak, deh. Aku lagi malas pergi jauh-jauh dan kalau kalian pergi berempat, artinya aku harus bawa motor sendiri. Aku cari makan sekitar sini aja." jawab Ditya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita cari makan bareng. Naik motor aku aja, biar kamu nggak capek." ajak Randy.
"Baiklah, sepertinya aku tidak punya pilihan lain." jawab Ditya dengan nada pasrah.
"Ya udah kalau begitu, kita duluan ya. See you." Randy berpamitan kepada semuanya.
Mereka berdua berjalan menuju parkiran yang terletak di sebelah timur kampus. Cukup jauh dari tempat mereka saat ini.
"Bagaimana kelasnya tadi?" tanya Randy.
"Overall is good and enjoyable."
"Kamu pasti bisa beradaptasi dengan baik disini. Buktinya baru beberapa Minggu disini kamu sudah punya banyak teman."
"Kakak sendiri bagaimana? Tadi kakak ada bimbingan skripsi ya? Soalnya setahu aku kakak udah nggak menyelesaikan semua mata kuliah kakak kan?"
"Yups."
"Terus bagaimana tadi bimbingannya? Lancar? Dosen pembimbingnya galak gak? Bikin skripsi itu susah ya?" Ditya menghujani Randy dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Randy tertawa melihat tingkah laku Ditya yang cerewet dan selalu ingin tahu. "Kalau kamu nanyanya kaya gitu, mana dulu yang harus aku jawab?"
Ditya cemberut mendengar jawaban Randy. Dia benar-benar penasaran seperti apa rasanya menyusun skripsi. Karena dia selalu mendengar orang-orang mengeluh tentang hal ini.
Melihat raut kekecewaan Ditya, Randy mengelus kepalanya seolah-olah Ditya adalah anak kecil yang sangat menggemaskan.
"Bimbingannya tadi lancar, kok. Ya, ada beberapa yang harus direvisi. Dan beruntungnya aku mendapatkan pembimbing yang ahli di bidang yang sesuai dengan penelitianku."
"Kak Randy pasti bisa menyelesaikan skripsinya dengan baik dan tepat waktu. Kakak kan jenius." puji Ditya sambil tersenyum.
Randy tersipu malu. Entah kenapa semakin lama dia bersama Ditya, semakin sering hatinya bergetar hanya karena melihat senyumnya yang manis. Ditya memang hanya memiliki paras yang biasa saja. Dia memiliki mata yang kecil, namun tatapannya tajam, alis tipis, hidung yang sedikit besar. Tapi Ditya memiliki aura yang kuat, kepribadiannya yang mampu menarik lawan jenis. Ditya kecil yang dikenal Randy dulu, kini menjadi gadis yang sangat menggemaskan.
"Randy!!" terdengar suara seorang perempuan yang memanggil Randy saat mereka tiba di parkiran motor.