Lelaki yang tadi bertemu dengan Ditya adalah Rian. Dia adalah mahasiswa tingkat tiga jurusan Teknik Industri. Sebenarnya dia juga merupakan anggota ekskul Musik dan BEM. Namun belakangan ini dia tidak pernah ikut perkumpulan ataupun mengikuti kegiatan perkuliahan dikarenakan masih berada di kampung halamannya.
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan, Rian pergi menuju kesekretariatan musik. Disana dia bertemu dengan Ade, Vina, Gina, dan Dewa.
"Coba lihat siapa yang datang!" seru Ade.
"Hei, Kak! What's up, Bro!?" sapa Dewa.
"Baik . . . baik . . . baik . . . Kalian sendiri bagaimana?" tanya Rian.
"Seperti yang kamu lihat kami semua baik-baik aja." jawab Ade.
"Kakak kapan kembali kesini?" tanya Vina.
"Baru kemarin sore." Rian tersenyum.
"Sayang sekali kakak nggak ikut acara kemarin." sesal Gina.
"Oh ya, acara kemarin lancar kan?" tanya Rian.
"Overall, ya. Tapi kemarin ada sedikit insiden di ekskul modern dance. Ada beberapa anggota mereka yang kesurupan." cerita Vina.
"Untung aja, di kita nggak ada yang seperti itu, ya." kata Gina.
"Syukurlah kalau kalian baik-baik aja. Tumben disini sepi. Kemana yang lain? Putra sama Desta, mereka masih sering kumpul kan?"
"Masih, kok. Biasanya juga mereka ada disini. Tapi dimana ya mereka sekarang?" jawab Dewa.
"Ngomong-ngomong, aku bawa oleh-oleh nih, untuk kalian. Jangan diliat harganya ya. Lumayan lah, buat camilan." kata Randy sambil mengeluarkan bungkusan plastik dari dalam tasnya.
"Asiiiiik . . . Thank u, Bro!" kata Ade.
"Kak Rian?!" panggil Desta yang baru datang dan menghampiri mereka. "Udah mulai kuliah lagi?"
"Iya, nih." Rian, Desta dan Putra saling berjabat tangan.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Rian.
"Baik, Kak." jawab Putra.
"Agenda selanjutnya itu pemilihan ketua baru atau pelantikan PIN?"
"Rencananya mau pelantikan PIN dulu. Kira-kira bulan depan." jawab Ade.
"Udah pesan PINnya?" tanya Rian.
"Udah, di tempat biasa." jawab Dewa.
"Bagaimana anak-anak angkatan baru sekarang?"
"Overall kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Ada laki-laki hanya 10 orang sementara yang aktifnya hanya 5 orang aja." jelas Putra.
"Apa mereka udah mulai membentuk kelompok musik?"
"Belum, Kak."
"Kak, apa itu yang menggantung di baju kakak? Kok, seperti gelang ya?" tanya Desta.
"Ah, masa sih?" kata Rian sambil memeriksa bajunya.
"Gelang siapa itu, Kak? Nggak mungkin kan, Kak Rian pakai gelang?" tanya Gina sambil tertawa.
"Tapi bagaimana caranya gelang itu tersangkut di baju kamu, Ian?" tanya Ade.
Rian mencoba mengingat kembali apa yang baru saja terjadi, dan dia teringat kejadian saat dia menabrak Ditya di KOPMA.
Tanpa Rian sadari, dia tersenyum, "Apa mungkin ini miliknya juga? Dasar perempuan ceroboh."
"Hah? Milik siapa kak? Kakak tau siapa pemilik gelang ini?" tanya Putra penasaran.
"Aku belum tau pasti apa benar ini miliknya atau bukan. Tapi sebelum kesini, aku tadi pergi ke KOPMA dulu dan disana aku bertabrakan dengan salah seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Mungkin gelang ini tersangkut saat kami bertabrakan tadi." Rian menceritakan kejadian tersebut kepada mereka.
"Wow, kakak sempat kenalan sama perempuan itu?" ledek Dewa.
"Nggak."
"Lalu darimana kakak tau kalau dia anak Pendidikan Bahasa Inggris?" tanya Vina.
"Karena tadi dompetnya tertinggal di kasir. Dan petugas kasir meminta aku untuk mengembalikannya. Mungkin dia pikir aku kenal dengan pemilik dompet itu karena dia sempat melihat aku membantunya membereskan barang belanjaannya yang terjatuh. Jadi aku cari kartu mahasiswa yang ada di dompetnya."
"Berarti kamu sempat lihat namanya juga don, Ian." tanya Ade.
"Iya. Tapi aku lupa-lupa ingat. Namanya Dita atau siapa ya, aku agak lupa."
"Apakah perempuan itu setinggi kakak, pipinya chubby, matanya sipit, dan kulitnya kuning langsat?" tanya Putra curiga.
"Iya . . ." kata Rian sambil mencoba mengingat-ingat.
"Apakah namanya Ditya?" tanya Putra lagi.
"Nah, iya! Kamu benar, Put. Tapi bagaimana kamu tahu nama perempuan itu? Apakah kamu mengenal dia?" tanya Rian bingung.
"Oh my God. Ditya lagi . . . Ditya lagi . . . Kenapa anak ini sepertinya selalu berkeliaran dimana-mana ya?" Dewa tertawa.
"Jadi kalian kenal Ditya juga?"
"Ya, Kak. Kalau orang yang kita maksud adalah orang yang sama, Ditya ini merupakan anggota ekskul kita juga. Dan dia memang yang paling berbeda dibandingkan mahasiswa baru lainnya. Jadi kami dengan mudah mengingat namanya." jelas Desta.
"Beda sama aneh itu nggak sama, Desta. Ditya itu cenderung makhluk aneh yang berasal dari luar angkasa." kata Putra.
"Aneh bagaimana?" tanya Rian penasaran.
"Nanti juga kamu tau sendiri." kata Ade.