Welcome monday.
Seperti biasanya dihari senin yang cerah ini para guru dan siswa/i kembali menjalankan rutinitas belajar mengajar.
Tapi sebelum pelajaran dimulai, mereka berkumpul terlebih dahulu di lapangan sekolah untuk menjalankan upacara bendera seperti biasanya.
Anna yang berada di antara siswa/i itu diam-diam sibuk mencari Revan yang beberapa hari ini resmi menjalin hubungan dengannya. Hingga akhirnya ekor matanya berhasil menangkap pujaan hatinya itu.
Seperti biasa Revan hanya fokus menjalankan upacara. Tanpa sadar membuat Anna terus menatapnya, meneliti tiap inci wajah lelaki itu. Hidungnya yang mancung, tubuhnya yang tinggi, kulitnya yang putih dan mata yang tajam itu membuat Anna semakin terpesona.
"Belum cukup melihatnya?"
Suara seseorang yang cukup di kenal Anna berhasil mengalihkan perhatiannya dari Revan. Ya, itu pak Rahmat yang sadari tadi memperhatikannya.
Anna hanya menyengir kuda membalas ucapan pak Rahmat, akhirnya ia kembali melihat ke arah depan dari pada masalahnya menjadi panjang. Bukannya ia takut, tapi lebih tepatnya ia sedang malas berurusan dengan bapak tua itu.
**Anastasya POV
Setelah hampir setengah jam lamanya upacara pun selesai. Kami semua -termasuk aku, membubarkan diri masing-masing. Aku berjalan dengan kedua sahabatku tentunya. Seraya terus berjalan mengobrol, mataku melihat kembali kekasihku tengah berjalan di antara orang-orang lainnya. Ia juga tampak mengobrol dengan lelaki di sebelahnya.
Melihatnya, membuatku ingat dengan kejadian kemarin.
Dimana terjadi keributan antara aku dan papaku, karna sebelum itu aku meletakan amplop berisi panggilan orangtua dari BK di ruangan kerjanya hingga papa marah. Aku hanya ingin melihat reaksinya, tapi yang membuatku sesak saat mendengar ucapan papa jika dia muak dengan keluarganya sendiri.
Itu sungguh menyakitkan!
Pada akhirnya aku memutuskan pergi dari rumah menuju taman yang tidak jauh dari rumahku sekedar untuk menenangkan hati dan pikiranku, dan ternyata itu sebuah keuntungan tersendiri untukku. Aku dikejutkan dengan kedatangan sosok Revan. Saat melihatnya, aku ingin sekali mengadu dan menangis.
Tapi, bukankah aku sudah berjanji satu hal padanya?
Dari situ aku bisa mengenal Gwen -adik Revan. Kehadirannya sedikit membuatku lupa akan kejadian yang sudah aku alami sebelumnya, aku sangat menyukai Gwen, dia sungguh menggemaskan. Aku harap aku bisa bertemu dengannya lagi.
"Eh lo semua udah denger belum, katanya bakal ada anak baru di sekolah kita"
Seru Manda kepadaku dan Karin, aku mengerungkan dahiku seraya duduk di bangkuku.
"Masa? Lo kata siapa?"
Tanyaku kemudian.
"Kata anak-anak lah, ada yang pernah ketemu di ruang guru katanya, dan yang lebih oke, dia cogan cuy!"
"Cakep mana sama Revan?"
Samber Karin yang duduk di depanku dan Manda. Aku melotot melihat Karin, sedangkan ia bersikap acuh melihatku.
Harusnya gue yang nanya itu!
"Ya mana gue tahulah, orang gue juga belum lihat"
Akhirnya kami menghentikan obrolan sesaat bu Maya masuk ke kelas kami, aku mengangkat dagu dengan satu tanganku melihatnya.
"Anak-anak ibu akan memulai pelajaran" jeda "tapi sebelum itu, ibu mau kasih tahu kalian jika kita kedatangan murid baru di kelas ini"
Mendadak aku mendengar keributan teman-teman di kelasku, elah biasa aja kali...
Seseorang yang di maksud bu Maya datang kemudian, kelasku pun tambah berisik. Tatkala murid baru yang di maksud Manda berdiri di hadapan kami semua. Dia memang tampan...
Tunggu!
Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya?
"Silahkan perkenalkan dirimu"
Kata bu Maya akhirnya. Cowok itu mengangguk kemudian.
"Perkenalkan semua, saya Leonandra Mahardika. Kalian cukup panggil saya Leo, saya pindahan dari Aussie karna dulu orangtua saya ditugaskan di sana, dan sekarang di pindahkan kembali ke Indonesia. Salam kenal!"
Semua orang kembali berisik, sepertinya hanya aku dan Karin yang tidak begitu tertarik dengan cowok itu, dan Manda sama berisiknya dengan mereka semua. Ralat, aku, Karin dan semua cowok di kelas ini.
Tanpa sengaja mata kami bertemu, dia tersenyum tipis padaku. Aku hanya menautkan alis karnanya. Kenapa dia liatin gue gitu banget?
"Leo kamu duduk di sebelah Kennan ya, di sana"
Bu Maya menunjuk bangku kosong tepat di sebelahku dan si nerd Kennan, Cowok yang bernama Leo itu kembali mengangguk dan berjalan menghampiri bangkunya. Mata cowok itu masih tidak lepas dariku.
Kenapa sih dia?
Tapi jujur, aku merasa tidak asing dengan wajahnya.
**Anastasya POV end
***
"Hay, lo Anastasya kan? kita pernah bertemu sebelumnya, lo masih inget gue?"
Anna kembali menautkan kedua alisnya. Ia berpikir keras.
Oh ya!
"Lo yang waktu itu pake motor ngalangin jalan gue kan?"
Ya, Anna ingat dengan laki-laki itu, di mana saat itu ia diam-diam mengikuti Revan dan Jessica, tapi gagal karna seorang pengendara motor datang tiba-tiba menghalangi jalan yang ia lalui.
"Binggo!"
'Pantes saja gue ngerasa gak asing, huh si cowok rese!'
Manda yang duduk di sebalah Anna mendengarkan dengan seksama.
'Jadi ini cowok yang pernah Anna ceritain. Pantes Anna juga sempet pernah ke semsem'
"Hay, kenalin gue Amanda Riana Laticia. Tapi lo cukup panggil gue Manda!"
Seru Manda tiba-tiba. Leo yang sadari tadi memperhatikan Anna mengerjapkan matanya lalu berpaling menatap Manda. Gadis itu memang cantik dan manis, tapi Anna lebih cantik darinya, dan ia sudah tertarik dengan Anna lebih dulu. Ya, Leo sudah jatuh hati pada pandangan pertama saat melihat Anna.
Leo tersenyum sekilas lalu berbalik menghadap depan.
Manda menghela nafas lelah, ia merasa sedih. Harapannya tidak selalu berbalas baik. Ia tahu selama ini lelaki manapun yang ia suka selalu berbalik menyukai Anna akhirnya, Manda merasa menjadi bayang-bayang gadis itu.
Tapi Manda tidak pernah membenci Anna. Karna ia tahu hanya ada nama Revan di hati Anna. Ya, Anna tidak mungkin mengkhianati sahabat dan kekasihnya.
Saat bel istirahat berbunyi, semua orang di kelas itu mendesah lega. Setelah berkutat lama dengan soal matematika yang menguras pikiran, perut mereka managih meminta makan.
Anna mengeluarkan kotak makan di dalam tasnya, ia tersenyum merekah. Diam-diam Leo yang duduk tiga langkah di sampingnya kembali memperhatikan Anna.
"Kantin yuk An, Rin?"
"Yuk!"
Karin menjawab seraya bangkit dari bangkunya, dan Anna mengangguk tersenyum.
"Boleh gue ikut kalian?"
Tanya seseorang kemudian, ketiga gadis itu lalu mengalihkan padangannya ke seseorang itu. Leo tersenyum menatap satu-persatu.
"Lo mau ikut kita?"
Tanya Manda memastikan. Leo tersenyum mengangguk.
"Lo kenapa gak bareng Kennan saja sih!"
Sungut Anna, karna ia sudah menilai buruk Leo sejak kejadian itu. Sementara Leo yang mendengar protesan dari Anna hanya bersikap acuh tak acuh.
"Dia bilang mau ke perpus dulu katanya.."
"Ya udah, yuk ah kantin"
Ucap Karin seraya berlalu, diikuti Anna yang menghentakan kakinya kesal. Sementara Manda melangkahkan kakinya dengan ragu yang diikuti Leo di belakangnya.
"Lo semua mau pesen apa? Biar gue yang pesenin"
Karin kembali bertanya sesaat mereka tiba di kantin dan duduk di tempat biasanya.
"Kayak biasa gue mah"
Anna menjawab seraya melirik kanan kiri mencari seseorang, dan itu semua tidak luput dari pandangan Leo. Dalam hati ia bertanya kenapa Anna membeli makan di kantin, sedangkan ia juga membawa kotak makan. Apa gadis itu berniat makan keduanya?
"Lo juga, Man?
Manda mengerjapkan matanya.
"Eh... iya gue, gue juga."
Karin berdenyit melihat tingkah aneh Manda. Tapi ia mengangangkat kedua bahunya... sudahlah.
"Lo apa, Leo?"
"Gue samain saja kayak Anna"
Anna yang mendengar itu menatap tajam Leo, sedangkan Manda yang duduk di sampingnya menautkan kedua alisnya. Akhirnya Karin pun melesat pergi menuju stand setelah mendengarkan pesanan teman-temannya.
Sekali lagi Anna melirik ke arah luar kantin, tentu saja ia menunggu kekasihnya itu. Ia menunggu hingga Karin kembali ke tempatnya dan duduk di sebelahnya.
"Eh gue ke sana dulu ya?"
Ucap Anna sesaat ia melihat Revan dan teman-temannya memasuki kantin dan duduk di kursi di kantin. Karin, Manda dan Leo mengikuti arah telunjuk Anna.
"Oke!"
Karin dan Manda menjawab serentak. Sementara Leo terdiam melihatnya. Anna pun bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menemui Revan.
"Mau kemana dia?"
Tanya Leo penasaran.
"Biasa, mau ngasih makan cowoknya."
Manda berkata seraya mentap Leo, ia ingin tahu reaksi cowok itu.
Leo bergeming mendengar penuturan Manda. 'Jadi dia udah punya cowok ya? Apa gue telat?'
"Apa dia selalu melakukan itu? maksud gue, ngasih bekal makan buat cowoknya?"
"Yups! Dia selalu ngelakuin itu. Revan itu cinta matinya Anna sejak dulu. Cuma begonya tuh cowok suka nyuekin Anna. Itu pun mereka baru beberapa hari jadian"
Leo kembali diam setelah mendengar perkataan Karin.
'Jadi Revan namanya, apa ini artinya gue masih punya kesempatan'
Leo memperhatikan Anna yang begitu senang dekat dengan lelaki itu, sementara laki-laki yang bernama Revan terlihat tampak kesal setelah kedatangan Anna. Dalam diam Leo tersenyum menyeringai.
Di lain tempat Revan menghela nafasnya karna kedatangan Anna. Ia menatap datar Anna yang tersenyum seraya menyerahkan kotak makan seperti biasa. Padahal rencananya Revan ingin makan yang lain.
"Di makan ya baby"
Kata Anna masih tercetak senyum di bibirnya, ia tidak peduli sudah menjadi tontonan yang lain. Urat malunya sudah putus jika itu berhubungan dengan laki-laki itu.
"Iya beb, dimakan dong!"
Sambung Marchel yang duduk di sebelah Revan. Billy dan Dimas tertawa berderai. Hal itu membuat Revan semakin kesal. Dengan kasar, Revan mengambil kotak makan itu. Anna tidak peduli, ia malah semakin senang karna Revan mau menerimanya.
'Manis banget sih ya ampun. Dedek gak kuat bang!
"Kita-kita gak di bekelin juga, An?"
Dimas bertanya menggoda, ia tahu Revan tengah menatap tajam dirinya, dan Dimas sadar Revan mengetahui aksinya kemarin karna lancang membalas pesan Anna yang membuatnya semakin kesal.
"Minta saja sono sama pacar-pacar kalian! Udah ah, aku pergi ya... Bye baby, love you!"
Anna melenggang pergi menuju teman-
temannya setelah berkata demikian, membuat Revan semakin ingin membenturkan kepalanya sendiri. Pasalnya Anna mengatakan kata cinta dengan tanpa beban. Ditambah teman-temannya yang selalu meledeknya.
Demi Tuhan, ini hari yang mengesalkan menurutnya.
"Eh lo semua liat cowok yang bareng-bareng Anna gak?"
Tanya Billy kemudian. Revan, Dimas dan Marchel pun melihat apa yang dikatakan Billy. Dalam hati Revan bertanya, siapa lelaki itu? Ia belum pernah lihat sebelumnya.
"Kabarnya sih murid pindahan dari Aussie"
Jawab Marchel seraya memakan batagor pesanannya yang baru tiba, seakan membaca pikiran Revan.
Revan mendengar itu dengan kerutan di dahinya, entah kenapa ia melihat lelaki itu selalu menatap Anna. Apa lelaki itu menyukainya? Revan menggelengkan kepala cepat. Tidak! Ia tidak boleh peduli mau laki-laki itu suka ataupun tidak. ia sudah berjanji tidak akan melibatkan perasaannya selama menjalin hubungan dengan gadis itu.
Karna apa?
Karna hanya gadis masalalu nya sajalah seorang yang boleh menetap di hatinya.