Bab 1

Telat!

Satu kata untuk seorang Yuki, jika saja kejadian semalam tidak terjadi, maka Yuki tidak akan bangun kesiangan. Dia tidak akan berangkat sekolah jika matanya saja masih sembab seperti ini.

Papahnya, Bara, masuk kedalam kamar untuk memastikan apakah anaknya sudah bangun atau belum. Waktu menunjukkan pukul 07.15 mungkin Yuki akan merengek agar tidak masuk sekolah hari ini.

"Yuki, kamu ngga sekolah?" Tanya Bara yang membuat Yuki memalingkan wajah kearah jendela.

"Ngga Pah, Aku masih ngantuk, hari ini izin ya." Yuki enggan menghadapkan wajah kearah Papahnya karena tidak ingin memperlihatkan matanya yang sembab.

"Mentang-mentang kamu anak pemilik sekolah jadi ngga berangkat sekolah, kenapa sih? Cerita dong sama Papah." Bara menarik selimut milik anaknya lembut.

Yuki langsung memeluk Papahnya, dia menangis, lagi, "Pah, ak..aku sakit." Tangisannya semakin keras. Walaupun Yuki tidak memberitahukan bagian mana yang sakit, tapi Bara akhirnya mengetahui, bahwa Yuki, sedang patah hati. Dia juga pernah mengalami hal yang sama.

"Kamu tau? Bagaimana Papah dan Mamahmu bisa bertemu?" Tanya Bara yang membuat Yuki bingung. Pasalnya Yuki tidak pernah melihat Mamahnya sejak lahir.

"Papah ngga pernah ngasih tau Yuki, bahkan foto Mamah, Papah ngga pernah ngasih Aku buat liat." Yuki masih memeluk Papahnya erat.

Bara mulai bercerita, "Dulu, Mamah bukan kekasih papah. Dulu Papah sama Mamah ngga tau kalau bakalan ketemu, sebelum sama Mamahmu, Papah pernah punya pacar, dia cantik, baik. Papah sangat menyayanginya, tapi cinta Papah sama dia harus berhenti karena Papah harus dijodohkan, sama wanita lain, yang ngga lain adalah Mamahmu. Ketika pacar Papah tau, dia marah besar. Papah bingung harus ngelakuin apa, akhirnya Papah memutuskan untuk meninggalkan wanita yang sangat Papah sayangi, dan Papah memilih menikahi Mamahmu," Yuki masih mendengarkan,

"sebelum menikah, Papah mencoba untuk bisa mencintai Mamahmu, tapi gagal, bahkan Mamahmu juga sudah berusaha untuk ngebuat Papah jatuh cinta, tapi hasilnya nihil, akhirnya Papah menikah tanpa dilandasi rasa cinta." Yuki menghentikan perkataan Bara.

"Berarti, Aku bukan terlahir dari rasa cinta kalian berdua." Yuki ingin menangis rasanya.

"Papah belum selesai cerita, setelah menikah, Mamahmu selalu berusaha untuk membuat Papah jatuh cinta, Tapi gagal, setelah papah tau kalau Mamahmu punya penyakit kanker otak dan meninggal saat melahirkanmu, papah baru sadar, ternyata ada sedikit rasa cinta papah buat mamah."

Yuki meneteskan air matanya, Papahnya tega, tidak mencintai Mamahnya yang telah melahirkan anak dari darah dagingnya sendiri. Ternyata laki-laki itu sama saja, Batinnya.

"Kamu tau, setelah lama papah merenungkannya, ternyata Papah, sangat mencintai Mamahmu, Papah juga tidak bisa melupakan mantan papah, dan pada akhirnya Papah melupakan semuanya, bahkan Mamahmu. Tapi, Papah memilih hanya akan menyayangimu, papah tidak akan membiarkan dirimu tidak dicintai oleh siapapun, belajarlah dari papah, kamu boleh melupakan seseorang tapi tidak dengan kenangannya."

Satu kata yang Yuki ingat, "Lelaki itu tidak bisa melupakan kekasih pertamanya, tapi seorang lelaki juga bisa mencintai dua wanita bahkan lebih, Papah yakin, kamu akan mendapatkan laki-laki yang hanya mencintai dua wanita, kamu dan anakmu kelak, lupakan sakit hati sekarang, masih banyak lelaki yang lebih baik, Move on."

******

-Dara-

Eh Bocah? Ngapa Lo ngga masuk sekolah?!!

Pesan dari Dara, sahabat Yuki satu-satunya yang ada disekolah. Yuki tersenyum, untung saja masih ada Dara yang mampu membuatnya melupakan kejadian semalam, Yuki tidak membalas pesan, melainkan dia pergi keluar rumah untuk membeli cemilan yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya.

"Gue ngga akan cerita ke Dara deh, tentang masalah ini, toh Dara ngga tau, kalo gue punya pacar terus putus." Yuki mengelus dadanya, dia bergumam sendiri.

Jalan kaki, dengan mata sembab, menuju supermarket terdekat, Papahnya sudah berangkat ke sekolah, jadi Yuki harus pergi sendiri untuk membeli cemilan.

Banyak lelaki yang sedang nongkrong di depan supermarket, Yuki berlari kecil dan masuk ke dalam toko cepat.

Kebiasaan Yuki, membeli minuman bersoda dan cokelat, tanpa itu mungkin Yuki tidak akan pernah ingin membeli jajan apapun.

"Mau ditambah apalagi Bu?" Penjaga kasir yang asal ceplos mengeluarkan Kata Bu, yang membuat Yuki bergidik ngeri.

"Sejelek inikah Aku?" Yuki bertanya kepada penjaga kasir.

Penjaga kasir hanya menggaruk keningnya yang tidak gatal, dan memberikan struk belanjaan.

Yuki keluar, dia bingung, kenapa banyak sekali anak-anak berseragam sekolah didepan supermarket, terutama sekolah milik Wirajaya.

"Loh Yuki, Lo juga bolos sekolah?" Suara yang tidak asing terdengar ditelinga Yuki.

Yuki menepuk jidat, Kak Andi, dia kakak kelasnya, teman mantan pacarnya. Yuki memutar tubuhnya menghadap Kak Andi. "Eh kak Andi, aku masih sakit, ini aku juga terpaksa beli cemilan sendiri." Yuki memperlihatkan plastik yang ditentengnya.

"Oh lagi sakit, jangan-jangan Lo sakit karena Lo diputusin sama Andre ya?" Andi menebak, mungkin mantan pacarnya itu memberi tahu Andi. Jika Yuki dan Andre telah putus hubungan.

"Kak Andi sok tau banget sih, aku sakit ya karena udah takdir. Lah kak Andi ngapain kok bolos sekolah? mau aku laporin ke kepsek?" Yuki mengangkat sebelah kanan alisnya mengejek.

"Laporin aja, gue ngga takut, toh gue bolos, izin dulu ke BK." Orang aneh, bisa-bisanya dia bolos sekolah dengan meminta izin ke BK, bolos ya bolos saja tidak perlu sampai meminta izin, bukan bolos namanya jika meminta izin. Kalo Yuki, pasti dia tidak akan begitu, Yuki tidak akan meminta izin, toh dia yang akan menjadi penerus ketua sekolah.

"Kak andi gila," Yuki tertawa, dia melanjutkan kalimatnya "Kak Andi sendirian?" Sudah pasti jika Yuki mencari Andre.

"Lo nyari Andre? Bukannya gue peramal, tapi insting gue kuat, pasti Lo nyari Andre kan? Dia dibelakang Lo." Andi menunjuk belakang Yuki, sigap.

Yuki membelalakkan mata, dia memutar tubuhnya ke belakang sehingga dia bisa dengan mudahnya melihat Andre, matanya bertemu pandang dengan mata Andre, bingung, Yuki tidak tahu harus melakukan apa. Yuki berlari, tapi tangannya di cekal oleh Andre.

"Pergi itu ngga bakalan buat Lo lupa dari kenyataan bahwa kita bukan lagi pasangan."

Yuki membeku, dia meneteskan air mata, melepaskan tangannya kasar dan lari sekuat tenaga.

"Andre, kamu jahat." Yuki menangis, masuk kedalam rumah dan mengunci dirinya dikamar.

Jika saja semuanya tidak terjadi, dari awal, Yuki tidak akan mengenal Andre.