Aku hanya duduk menyender di tembok sambil berfikir untuk apa darah sebanyak itu.
Pelayan itu meletakannya tepat di depanku. Warna darahnya berbeda dengan yang ada di dalam selang infus.
"Semua kantung darah ini untuk apa??? Banyak sekali kantung darahnya. 1...2...3...4....5..ada Lima kantung darah." batinku
Aku melihat kantung kantung darah tersebut, darahnya seperti bukan darah manusia karena warnanya yang berbeda. Kira kira darah apa ini??? Kalau dilihat lihat darahnya berwarna merah kehitaman tapi aku melihat ada warna ungu juga yang tercampur didalamnya.
Aku melirik ke arah Leon dia hanya tersenyum tapi tidak melihat kearahku. Aku sempat berfikir apakah dia tidak lelah tersenyum secara terus menerus. Kalau dia seperti itu terus orang akan menganggapnya gila atau stres.
"Walaupun senyum itu ibadah tapikan kalau dia seperti itu orang mengiranya dia itu orang gila" Batinku
Leon berhenti tersenyum dia menyadari bahwa dari tadi aku memperhatikannya. Aku kaget saat Leon melihat kearahku saat itu juga aku langsung mencari topik pembicaraan.
"U..untuk apa semua darah ini?" tanyaku kepada Leon
Leon hanya diam, dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku berfikir bahwa dia punya lebih dari satu rencana, tetapi dia memilih salah satu dari rencana rencana yang telah ia fikirkan itu dan mencari rencana yang paling terbaik baginya.
"Apa itu? Kenapa dia diam saja, aku kan bertanya seharusnya dijawab bukannya diam saja seperti itu" kataku dalam hati dengan perasaan yang kesal.
"Minumlah"
Aku kaget saat Leon mengeluarkan satu kata tersebut. Dia benar benar sudah gila. Aku disuruh meminum darah ini.
"Apa apaan dia, memangnya aku vampire" batinku
"Cepat minum atau aku akan-"
"Aku akan meminumnya"
aku langsung memutus kata kata Leon dan meminum semua darah tersebut. Aku terlalu takut untuk mendengar kata kata yang akan keluar dari mulut Leon
Rasanya aneh, aku ingin muntah hanya dari mencium baunya saja. Aku putuskan untuk menutup hidung dan meneguknya sampai habis. Lima kantung darah telah kuteguk. Aku benar benar mual sekarang.
"Bagus anjing kecil, kamu sangat penurut aku bangga padamu"
Begitu menyelesaikan kata katanya Leon langsung bangkit dari sofanya dan melangkah untuk meninggalkan ruangan.
"Huh. apakah aku harus menjalani hidup seperti ini setiap hari" kataku tidak percaya
Tiba tiba saja aku teringat pada Aqila. Aku khawatir padanya, pasti dia sedang mencariku. Aku yakin karena Aqila adalah seseorang yang peduli terhadap orang orang di sekitarnya apa lagi keluarganya.
Aku benar benar khawatir kepadanya. Kuputuskan untuk bertanya kepada Leon
"Tuan" kataku dengan suara yang lantang
Leon yang mendengarnya saat itu juga dia menghentikan langkahnya.
"Apa?" kata leon tanpa membalikan badannya.
"A..apa aku boleh bertemu Aqila. Sebentar saja aku janji setelah itu aku tidak akan lagi bertemu dengannya dan aku akan terus menurut kepadamu" kataku dengan sangat hati hati.
"Kau ingin bertemu Aqila?" kata Leon sambil membalikan badannya.
"I..iya Tuan"
"Kenapa kamu peduli sekali padanya. Padahal dia sendiri tidak peduli terhadapmu" kata Leon sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kata siapa dia tidak peduli terhadapku. Aku yakin saat ini dia pasti sedang khawatir karena aku menghilang begitu saja"
"Aqila sudah melupakanmu anjing kecil" kata Leon sambil tersenyum
"Apa maksudmu dia tidak mungkin melupakanku" kataku dengan nada yang cukup keras
"Kenapa kamu tidak mempercayaiku. Dia benar benar telah melupakanmu, karena aku telah menghapus semua ingatan yang mereka punya tentangmu. Ayah, Ibu, Adik, Kakak, Saudara, Teman atau yang lainya. Mereka tidak akan ingat siapa kamu bahkan ketika kamu membantu mereka mengingat tentangmu" kata Leon sambil melangkah meninggalkan ruangan.
"APA MAKSUDMU BICARA SEPERTI ITU MEREKA TIDAK MUNGKIN MELUPAKANKU.." Kataku dengan nada yang sangat keras.
"Aku tidak mengerti apa yang Leon katakan. Manamungkin Aqila melupakanku dia itu adalah orang yang baik, pengertian, penyayang dan aku yakin Aqila pasti saat ini sedang cemas karenaku. Iya Aqila pasti saat ini sedang khawatir. Leon pasti berbohong dia hanya ingin menakut nakutiku. Iya pasti dia hanya ingin menakut nakutiku. Ini pasti tidak benar" kataku dengan napas yang tidak beraturan sambil menutupi kedua telinga dengan tangan.
Aku benar benar merasa ketakutan. Otakku terus mengartikan kata kata yang keluar dari mulut Leon, tubuhku gemetar, rasa takut benar benar menghantuiku aku benar benar terlihat seperti orang yang stres.