Aku masih merasakan ketakutan yang amat luar biasa. Tubuhku masih bergetar, air mata terus mengalir membasahi pipi.
⤵⤵⤵
Sedangkan disisi lain Leon hanya duduk manis tersenyum melihatku dari monitor. Leon sanggat senang karena bisa menghancurkan mentalku.
"Sean" kata Leon memanggil tangan kanannya yang telah ia anggap seperti keluarganya sendiri
"Ya apa?" tanya Sean
"Suruh anak buahmu untuk menyuntikkan obat tidur berdosis tinggi ke Luna" perintah Leon
"Baiklah" jawab Sean
Begitu memberi perintah kepada Sean, Leon langsung berdiri meninggalkan ruangan untuk pergi menemui seseorang.
⤵⤵⤵
Aku masih terduduk sambil menutupi kedua telinga dengan tangan. Rasa gemetarnya lama kelamaan mulai menghilang begitupun dengan rasa takut. Tubuhku mulai kembali normal.
Secara perlahan aku menurunkan kedua tangan yang menutupi telinga. Rasanya benar benar kembali normal, gemetar dan rasa takut sudah menghilang dari tubuhku. Aku kembali tenang.
Tetapi beberapa menit kemudian ada dua orang berjas putih seperti dokter masuk dan menyuntikku.
Saat itu juga pandanganku mulai kabur. Lama kelamaan semuanya berubah menjadi hitam.
⬇⬇⬇
Aku mendengar seperti ada seseorang yang berjalan kearahku.
"Bangun" kata orang tersebut yang tak lain adalah Leon
Secara perlahan aku membuka mataku. Aku melihat Leon duduk 7 meter di depanku.
"Mataku terasa berat. Susah sekali untuk membuka mata. Rasanya tidurku masih kurang" kataku dalam hati sambil menutup mata kembali.
Tiba tiba saja aku terbangun dan langsung terduduk.
"Tunggu. Kapan aku tertidur? Perasaan kemarin?....Kemarin apa yang terjadi...kenapa aku tidak bisa mengingatnya" batinku heran
Leon hanya tersenyum seperti dia telah tau apa yang terjadi padaku
"Kamu pasti bingung karena kamu telah lupa dengan apa yang terjadi kemarin bukan?" kata Leon tersenyum.
"Dia tau dari mana? Apakah dia bisa membaca pikiranku" tanyaku dalam hati.
"Aku tidak bisa membaca pikiran"
"Hah..? Apakah barusan dia menjawabku. Apakah dia benar benar bisa membaca pikiran seseorang" batinku, Aku benar benar terkejut.
"Jangan kamu pikir aku bisa membaca pikiran. Aku tidak memiliki kemampuan seperti itu" kata Leon dengan santainya.
"Si..siapa yang berfikir seperti itu. Aku tidak berfikir bahwa kamu bisa membaca fikiran kok"
"Benarkah? Lalu kenapa dari tadi kamu terlihat seperti orang yang sedang berfikir?" tanya Leon
"A..apa, aku tidak sedang berfikir. Aku hanya sedang melamun"
Leon hanya diam dan memperhatikanku. Dirinya terlihat kesal kalau dilihat dari raut wajahnya. Dia kesal karena aku telah membaik, mentalku telah kembali normal.
"Apakah kamu lapar? Aku telah menyiapkan makanan yang pasti kamu suka" kata Leon sambil tersenyum
Aku hanya mengangguk pelan. Aku tidak tau makanan apa yang akan Leon berikan padaku.
Aku mulai berfikir bahwa Leon tidak seburuk yang aku kira. Walau awalnya dia menyiksaku dengan sangat kejam. Tetapi jika aku terus menurut kepadanya dia akan berperilaku baik kepadaku.
Leon menepuk tanganya sebanyak dua kali dan ada dua orang pelayan yang masuk. Salah satu dari kedua pelayan tersebut membawa nampan berisi daging mentah yang telah dicuci bersih tentunya dan yang satunya lagi membawa meja kecil.
Pelayan yang datang membawa meja meletakan meja tersebut tepat dihadapanku. Dan pelayan yang membawa nampan berisi daging meletakkan nampan tersebut di atas meja yang dibawa pelayan satunya.
"Wahh... Leon baik sekali. Tapi mana alat untuk membakar daging ini. Kenapa pelayan tadi cuma membawa dagingnya saja tidak membawa alat bakarnya sekalian" batinku
Aku melirik ke arah Leon dan dia hanya tersenyum padaku.
"Mana alat untuk membakar daging ini" tanyaku kepada Leon dengan perasaan yang senang
"Alat untuk membakar? Apa maksudmu?"
"Bukankah kita mau BBQ-an"
"Siapa yang bilang mau BBQ-an"
"Terus daging ini mau diapain" tanyaku heran
"Tentu saja untuk kamu makan seperti itu" jawab Leon dengan santai
"Apa? Apakah kamu gila? aku bukan binatang"
"Kata siapa kamu bukan binatang. Bukankah kamu telah mengakui bahwa kamu itu binatang" kata Leon sambil mengrenyitkan dahinya
"Mengakui? Kapan? Aku tidak pernah mengakuinya"
"Benarkah? Bukankah saat aku memanggilmu anjing kecil kamu tidak menolaknya?" tanya Leon kepadaku
"Sudah makan saja, jangan banyak tanya atau aku akan membunuh sahabatmu yang telah kamu anggap seperti keluarga itu"
"Huh.. kemarin dia menganggapku vampire sekarang dia menganggapku anjing yang benar saja. Bahkan dia membawa bawa nama Aqila walaupun dia tidak menyebutkan namanya secara langsung" batinku kesal
Aku menuruti perintah yang Leon berikan dan memakan daging daging itu. Memang rasanya aneh tapi aku menganggapnya seperti memakan sushi agar rasanya tidak terlalu aneh.