di andalkan

sorenya, saat kelas selesai, Angga yang melihat Ranita selalu tidak fokus merasakan kekhawatiran yang mendalam. saat di jalan pulang menuju asrama, Angga dan Ranita berjalan paling belakang. Angga memperhatikan setiap gerakan Ranita.

Ranita yang biasanya berjalan model di atas panggung kini berjalan dengan menundukkan kepalanya. sesekali tangannya memainkan ujung-ujung seragamnya. ini sesuatu yang jauh sekali dari kebiasaan Ranita. semuanya sudah jauh didepan, Angga menggunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan Ranita.

Ranita berjalan satu langkah di depannya, jadi, Angga menggenggam tangannya dari belakang untuk menghentikan langkah Ranita. Ranita tahu kalau Angga ada di belakangnya, jadi tidak merasa kaget kalau ada orang dari belakang menggenggam tangannya.

Ranita membalik badannya, senyum terbit di bibirnya, sebelah alisnya terangkat menandakan pertanyaaan. melihat Angga belum juga mulai bicara, Ranita mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Angga dan akan melanjutkan langkahnya. sebelum berhasil meloloskan tangannya, Angga akhirnya berbicara,

"apa terjadi sesuatu denganmu kemarin? kenapa kamu berbeda dengan biasanya?" tanya Angga. Ranita hanya senyum untuk menjawab pertanyaan yang sama berulang kali di tanyakan Angga hari ini. saat berpikir Angga akan membiarkannya lagi, Angga malah mendekatkan wajahnya untuk melihat mata Ranita. itu adalah salah satu kelemahan Ranita, dia tidak suka orang secara langsung menatapnya. meski sudah mulai terbiasa karena tuntutan, tapi terlalu dekat begini terlebih untuk orang yang sudah kenal lama sulit di hadapi.

" jangan menghindar dari pertanyaanku lagi. jawab!!!."perintah Angga pada Ranita yang tak bisa berkutik. Ranita meyerah,

"ok, tapi jaga jarak mu dulu!, ..." Ranita mendorong Angga menjauh sebelum mulai bercerita,

sebagai seorang sahabat, sangat mungkin mengetahui apa yang di sembunyikan sahabatnya bahkan hanya dengan mendengar nada bicaranya, jadi hampir mustahil Ranita bisa memiliki rahasia yang tidak di ketahui Angga. sadar hal itu, Ranita tidak mau buang-buang waktu dengan bertele-tele. dia ceritakan tentang diskusinya bersama Findra di atap, juga rencana untuk mencari manager untuk tim boy bandnya. wajah Ranita memerah sampai ke telinga saat menceritakan saat Findra mengantarnya pulang lebih dahulu.

Angga hanya bisa geleng-geleng kepala, sebelum menyadari poin penting. "kamu bilang kamu akan menemui si Chika itu hari ini. tapi aku tak melihatmu keluar kelas dan menemui orang, jangan bilang kamu lupa!." ucap Angga teringat tentang cerita diskusi Ranita dan Findra.

mata Ranita membesar seketika, gawat, aku lupa. setelah beberapa saat menyadari kelalaiannya, Ranita mengubah mata terkejutnya menjadi mata anak anjing dan menatap Angga dengan ekspresi memelas.

Angga menyunggingkan salah satu sudut mulutnya dan mengangkat sebelah alisnya, "jadi benar kamu lupa! dan dengan matamu itu, kamu mengharap bantuan ku?" Ranita mengangguk masih dengan wajah memelas. Angga mengulurkan tangannya dan mencubit pipi Ranita. digoyangkan beberapa kali sampai Ranita merasa sakit di pipinya bekas cubitan Angga.

"kamu udah janji mau bantuin aku buat deketin dia lho, anggap saja ini salah satunya." gemas sendiri melihat tingkah laku sahabatnya, Angga menggeram sebelum akhirnya menghela nafas panjang. di angkatnya tangan yang sedari tadi belum menjauh dari pipi Ranita menjadi lebih tinggi dan mendarat di atas kepala gadis di hadapannya. di acak-acak rambut Ranita sebelum akhirnya melangkah terlebih dahulu.

"kamu yang terbaik, bisa di andalkan dalam situasi apapun." ucap Ranita mengejar langkah Angga dengan berlari-lari kecil. ini kebiasaan Angga saat sudah tidak bisa menolak permintaan Ranita.

Ranita sebenarnya merasa bersalah, sudah tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya. aku sepertinya harus mengubur dulu perasaanku sampai tahun depan. kalau aku bekerja dengan bayang-bayang seperti ini aku tidak bisa membantu pekerjaan Findra malah mungkin menjadi beban untuk yang lain. sekarang hal sepenting untuk menemui Chika saja lupa apa lagi nanti jika sudah benar jatuh terlalu dalam. sekarang biarlah berteman saja. nasib baik masih ada Angga.

di kamarnya Ranita merenung tentang apa yang terjadi padanya hari ini. setelah bersih-bersih dan masak sambil menunggu pemberitahuan dari Angga, ingatan saat Findra mengantarnya pulang setelah berdiskusi di atap kembali berputar di otaknya.

saat di mabuk kepayang, tindakan kecil pun bisa menjadi sesuatu yang berdampak besar bagi orang yang merasakannya. dan itu terjadi pada Ranita yang biasanya alergi pada cowok. nggak Mandang status atau kedudukan nya.

malam akhirnya sempurna di lingkup gelap, bintang malu di balik awan mendung yang sepertinya enggan untuk menyingkir dari pandangan orang, menabah dingin suasana malam.

malam benar-benar hening hari ini. tapi di atas atap gedung asrama, sosok wanita yang menemui Findra waktu itu berdiri tegak, seolah menantang dinginnya malam dan menikmati kesunyian yang di bawanya. sikap tubuhnya selalu waspada. penampilannya terlihat ringkas saat cahaya senter menerangi tempatnya berdiri.

tahu bahwa yang datang adalah tuannya, gadis itu segera berlutut dengan satu kaki, "siap melaksanakan perintah." ucap gadis itu menundukkan kepalanya patuh.

"sudahlah, tidak ada orang dari organisasi di sini, tak perlu bersikap terlalu formal. berdiri!,.." ucap Findra sembari menyenderkan tubuhnya pada pintu yang sudah tertutup. gadis itu ragu sejenak, tapi mana berani dia membantah orang yang sudah melindunginya.

"bagus, aku butuh bantuan mu untuk menyelidiki dua orang dari kampusku. tolong dapatkan informasi tentang orang bernama Chika dann Zi Yi. aku mau besok sore sudah aku dapatkan. untuk selanjutnya akan kuberi tahu lima jam sesudahnya." kata Findra dengan santai masih ber-sender di pintu yang tertutup, meski begitu tak mengurangi wibawa dan ketegasan dalam ucapannya.

"baik." ucap gadis itu singkat. gadis itu berjalan menuju bagian paling gelap di atap kampus, saat akan melompat dari ketinggian suara lembut Findra yang jarang di dengarnya menyusup tiba-tiba ke pendengarannya, "Aini, jaga dirimu. bagaimanapun keselamatan nomor satu." kata Findra sebelum membuka pintu itu dan berjalan menuju asramanya. sedang Aini masih membeku beberapa saat sampai suara pintu tertutup terdengar barulah dia tersadar, wajah manisnya yang jarang tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. sayang keindahan itu tak tampak oleh seorang pun di telan gelapnya malam.

Angga menelpon Ranita jam delapan, untuk mengabari bahwa dia sudah melakukan tugasnya seperti yang dua minta. barulah saat itu Ranita berani keluar kamar. Ranita ingin segera memberi tahu Findra bahwa Chika setuju untuk memberikan jawabannya besok, bertepatan dengan jawaban dari Zi Yi. Ranita tidak akan berbohong bahwa dia lupa untuk memberi tahu Chika tentang tawarannya. jadi segara setelah menerima panggilan itu, Ranta langsung bersiap-siap menggunakan jaket untuk menemui Findra. saat membuka pintu, ranita menatap lantai dan berjalan cepat sampai tak menyadari ada orang di depan pintu kamarnya.

dugk, kepala ranita membentur dada bidang Findra. "auw....," Ranita mengusap dahinya, dan saat akan mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang di tabrak nya dan meminta maaf pada orang itu, suara yang sudah akrab di telinganya terdengar,

"kamu mau kemana, buru-buru gitu?" Findra, itu suara Findra. ucap Ranita dalam hati.

sebenarnya Findra datang ke kamar Ranita karena ingin menanyakan tentang Chika. tentu saja hal itu hanya alasan yang di karangnya, nyatanya dia tidak terlalu peduli dengan masalah manager itu. tidak mendapat sekutu juga tidak masalah, khusus untuk urasan kampus. alasan sebenarnya karena hari ini dia belum melihat Ranita.

tentu Findra sadar jika Ranita menyimpan perasaan untuknya.