Note 1

Bandung, Indonesia.

Bel pulang mulai berdering. Setiap pintu di ruang kelas terbuka. Diantara siswa muda yang berhamburan keluar, tampak seorang pemuda yang cukup mencolok. Dia tinggi dengan perawakan yang tegap. Memiliki tampang blasteran dengan warna rambut pirang pasir adalah pemandangan bagi mata.

Sebenarnya tidak terlalu jarang untuk melihat darah campuran di sekolah bergengsi itu. Tapi latar belakang menentukan segalanya.

Tidak ada yang tidak mengenal Adam. Sebagai keluarga yang telah menjaga perekonomian negara, Valerian dibelakang namanya membuatnya menjadi seorang pangeran.

Tapi bahkan jika kita mengesampingkan itu, dengan kepribadian Adam sendiri, seseorang masih perlu menundukkan kepala ketika mendengar namanya. Tenang, dingin, dan langsung. Adam tidak pernah tertarik dengan kehidupan orang lain selama kau tidak mengganggunya. Dia cukup penyendiri yang membuat banyak gadis ingin membongkar kemisteriusannya.

Siang ini Adam tampak hilang, yang tidak seperti dirinya yang biasa. Beberapa kali tatapannya kosong. Ketika dia tidak sengaja menyenggol anak lain, dia akan meminta maaf. Hal itu menarik banyak pandangan aneh padanya. Adam tidak memperhatikan. Dia terus melangkah menuju gedung yang memiliki rooftop dengan pandangan seluruh kota.

"Hei, bukankah itu Yellow Devil?" Anak-anak yang masih duduk bergerombol di depan kelas mulai melebarkan mata untuk bergosip.

"Dimana? Oh, benar, itu Yellow Devil," kata yang lain.

"Siapa? Maksudmu Adam?"

"Bodoh, siapa lagi kalau bukan cowok pirang tampan itu?"

"Bukankah ayahnya baru saja meninggal?"

"Dengan kekayaan itu, dia pasti satu-satunya pewaris."

"Apa yang kau bicarakan? Bahkan jika dia mendapatkan semua saham ayahnya di Valerian Grup, itu akan menjadi pertempuran berdarah."

"Benar, ayahku bilang dia hanya anak pungut. Semua anggota keluarga sah Valerian pasti tidak akan membiarkan bisnis keluarga jatuh di tangan orang lain."

Ketika kalimat ini diucapkan, gadis-gadis bergidik ngeri. Mereka mencari Adam untuk memastikannya tidak mendengar.

"Sssst, kecilkan suaramu. Apa kau ingin mati?"

Setelah yakin aman, mereka mulai mengubah topik. "Ngomong-ngomong, apa yang dilakukannya disini? Bukankah kelasnya ada di gedung sebelah?"

"Apakah seseorang sedang sial karena menyinggungnya?"

Sebenarnya Adam mendengar semuanya, tapi pikirannya terlalu terganggu untuk peduli tentang itu.

Sudah seminggu sejak kematian ayahnya, Adam masih tidak bisa merasakan apa-apa. Tidak ada kehilangan, tidak ada kesedihan, itu hampir seperti tidak ada pemakaman yang pernah terjadi. Tidak ada yang tau, tapi Adam memiliki keyakinan ini di hatinya. Bahwa Daniel Valerian masih bernafas di suatu tempat. Konyol, dia sadar. Kecelakaan benar-benar terjadi. Bahkan dia melihat sendiri tubuh ayahnya yang tak bernyawa.

Adam berpikir bahwa dia hanya sedang membohongi dirinya sendiri. Tapi sesuatu terasa salah tentang kematiannya. Dan percakapan mereka malam itu sebelum kecelakaan, terus mengusiknya.

"Apa kau percaya tubuh manusia menyimpan kekuatan dan umur panjang?"

"Apa yang kau bicarakan? Semua orang akan mati," Adam tidak terlalu menganggapnya serius.

"Lalu kau tidak akan percaya kan, jika aku bilang peradaban bumi saat ini hanyalah kemunduran gaya hidup?"

"Aku pikir kau sedang melantur."

"Yah, aku hanya ingin mengingatkanmu selagi aku masih ada disampingmu. Segera temukan cara untuk mendamaikan hatimu dan belajar menerima apa yang kau miliki. Terkadang apa yang kau anggap kutukan akan membawakanmu jalan menuju dunia yang tidak akan pernah kau bayangkan."

Dititik ini Adam melongo memandangnya. Kadang-kadang Daniel bisa sangat tidak masuk akal, tapi apa itu? rasanya seperti ucapan perpisahan. Adam ingin mengoloknya ketika menyadari betapa serius ekspresi Daniel.

Dia menepuk bahu Adam. "Aku berharap saat lain kita bertemu, kau akan menemukan tempatmu."

Senyum yang dia tampilkan mengatakan banyak rahasia. Itu bukan kalimat kosong, Daniel jelas percaya bahwa dia akan pergi dan ini bukan kematian.

Adam mendesah. Masih berenang di sungai waktu, pikirannya semakin mengembara. Dia pernah menjadi anak sepuluh tahun. Seorang bocah kecil yang hilang dan rusak. Dibesarkan oleh sekelompok gangster yang pekerjaan rutinnya memukulimu akan melakukan itu. Ibunya hanyalah pelacur gila yang tidak bisa diandalkan, dan ayahnya bisa siapa saja dengan rambut pirang dan mata biru, siapa yang peduli?

Itu masih keajaiban ketika dia menyerah untuk kematiannya, ada tangan yang terulur. Daniel Valerian menemukannya dalam tumpukan berdarah. Mengangkatnya, membimbingnya, dan membantunya mendapatkan pijakan. Baginya, Daniel lebih dari seorang ayah, dia adalah guru sekaligus penyelamat.

Mengingat itu, melegakan Adam dalam keputusan. Mungkin memang sudah waktunya belajar apa yang dia mampu. Sesuatu memberitahunya bahwa hal itu terkait dengan kemisteriusan Daniel.

Dia menghela nafas dan membuka pintu rooftop. Merasakan udara kebebasan dengan pandangan langsung ke langit, Adam mulai menenangkan diri.

Dengan pikirannya yang terfokus, dia merasakan bumi yang tiba-tiba bergetar. Awalnya lambat. Tapi Adam terkejut dengan kekuatan goncangan yang semakin keras. Teriakan panik orang-orang di dalam gedung membuatnya yakin bahwa dia telah menyebabkan gempa.

Meskipun begitu Adam tidak berhenti. Dia terus memanuver pikirannya pada bumi dibawahnya. Dalam radius 1 km gempa terjadi. Tidak cukup keras untuk menghancurkan bangunan, tapi cukup lama untuk menyebabkan kekacauan. Pengerahan penuh kekuatan Adam untuk pertama kalinya menyebabkannya terengah-engah. Dia takjub. Itu adalah bakat aneh yang dimilikinya sejak lahir.

Kendali terhadap Bumi.

Adam selalu menghubungkannya dengan tanda lahir yang dimilikinya di bahu kiri. Terkadang dia melihatnya bercahaya ketika pikirannya tersambung terhadap esensi alam. Perasaan itu aneh sekaligus ajaib. Adam memperhatikan bahwa esensi alam selalu membuatnya merasa lebih baik. Tapi hal ini juga membuatnya ketakutan.

Karena sekali waktu Adam kehilangan kendali, seseorang terbunuh.

Kejadian itu sudah lama berlalu. Dan para gangster pantas mendapatkannya. Namun itu tidak menghentikan Adam dari trauma. Bahwa ada yang aneh dalam dirinya. Manusia tidak seharusnya terhubung dengan bumi. Oleh karena itu, sepanjang hidupnya, Adam selalu menyangkal kekuatannya.

Dan hari ini pertama kali baginya mencoba kekuatan yang dia tau ada padanya.

"Rasanya enak," gumamnya memperhatikan kekacauan yang disebabkannya di sebagian kota.

Orang-orang berlarian panik. Mobil-mobil terlantar menghalangi jalan. Semua barang berhamburan mengotori seluruh kota. Ini akan menjadi berita. Tapi Adam tidak peduli, dia justru ingin tau apakah ada seseorang yang akan menanggapi hal luar biasa yang bisa dilakukannya? Jika apa yang ditemukannya benar, Adam pasti bukan satu-satunya yang memiliki keterikatan terhadap esensi alam.

Buku itu, yang ditemukannya secara misterius di laci mejanya, pada dasarnya telah menjungkir balikkan apa yang dia tau dan percayai tentang dunia.

Bumi yang kita kenal hari ini adalah kemajuan yang terjadi setelah Epocalipstik. Peradaban manusia sebelum itu hanya bisa digambarkan ajaib. Sebuah dunia yang sangat menakjubkan, dimana manusia hidup hanya untuk mengejar kekuatan dan umur panjang.

Melalui Kultivasi, meditasi untuk memperkuat tubuh dan pikiran, dan memecahkan setiap hambatan dalam perjalanan panjang dan berbahaya untuk mencapai Immortalitas.

Orang-orang ini disebut Kultivator.

Dan para kultivator masih hidup diantara kita.