"Berapa lama kita harus menunggu sebelum menyerbu masuk?" Lee Joon adalah komandan yang bertanggung jawab dalam pengepungan. Dia menerima telepon di tengah malam tentang dugaan teroris. Meskipun seluruh rangkaian kejadian sedikit aneh, perintah itu datang dari atas. Banyak negara juga terlibat.
Dia sedikit khawatir tentang putranya yang terdaftar sebagai anggota. Dan cukup lega menemukannya tidak tertangkap di dalam gedung. Anak-anak ini akan melalui banyak penyelidikan sebelum dijatuhi hukuman atau dilepaskan.
Dia sedang menunggu jawaban di ujung sambungan telepon, ketika keributan terjadi di kerumunan. Beberapa bawahannya jatuh satu persatu di sepanjang jalur seorang pemuda. Dia terkejut oleh momentum pemuda itu. Tidak ada serangan agresif atau upaya penuh baginya untuk menurunkan seseorang dua kali ukurannya. Dia bahkan terkesan malas dan sangat meremehkan disetiap gerakannya. Ketika mata mereka bertemu, Lee Joon bergidik. Sebagai seseorang yang selamat dari kengerian medan perang, dia bisa merasakan tekanan luar biasa seolah berdiri di depan pasukan musuh. Dan itu tidak masuk akal. Pemuda itu jelas berdiri disana dengan santai tanpa aura yang mengancam. Karena ketakutan, dia mengangkat pistol kearahnya.
"Jika kau terus bergerak maju, aku akan membidikmu!" Teriaknya.
Hiro melepaskan cengkeramannya pada pria malang yang hampir membiru kehabisan nafas, sebelum berbalik menghadap Lee Joon. Dia bisa menduga posisi pria itu sebagai orang yang memegang perintah.
Tanpa terpengaruh semua senjata yang menghadapnya, Hiro menguap. Semua pasukan tercengang, berpikir bahwa pemuda ini orang gila yang tersesat.
"Nak, kembalilah, kau tidak ingin terlibat." Lee Joon kembali berbicara.
Tapi Hiro sekali lagi tidak mendengarkan. Dia menggaruk kepalanya menyebabkan rambutnya yang berantakan semakin kacau.
"Aku mendengar orang-orang yang mengaku sebagai penjaga perdamaian sedang menggertak kelompok anak-anak di dalam." Dia menunjuk pusat pengepungan. "Aku ingin tau apakah kau bahkan mampu?" Alisnya terangkat dalam penghinaan.
Aura malas yang dibawanya berubah dalam sekejap. Di depan mata banyak orang dia melakukan segel tangan. Dalam radius 500m disekelilingnya, udara tersendat. Semua orang tidak bisa bergerak. Debu yang beterbangan berhenti di udara. Mata-mata melebar ketakutan. Dan Hiro bertindak sebagai Grim Reaper yang bangga.
"Aku tau ini akan terjadi," katanya. "Orang lemah tidak seharusnya bertindak sombong." Dia mengintip pistol ditangan Lee Joon. Seperti anak kecil yang penuh rasa ingin tau, Hiro memasukkan satu jari ke dalam moncong pistol.
Meskipun Lee Joon tidak bisa menggerakkan badan, matanya masih berfungsi. Dia mulai membuat skenario dikepalanya tentang kemunculan alien dengan kekuatan super. Dan ketika Hiro bermain-main dengan pistol ditangannya, dia ketakutan.
"Apa? kau khawatir sekarang?" Dia tersenyum, "Yah, ini hanya awal."
Bersamaan sosoknya menghilang, tombol pause kembali ditekan. Semua orang jatuh gemetar. Mereka yakin tidak melihat hantu. Tapi pemuda itu benar-benar menghilang didepan mata mereka.
Keheningan meredam semua tempat. Seperti sekawanan ayam yang dibebaskan dari kandang, para penonton mulai berlari panik. Awak media kebingungan. Anggota militer gemetar. Dan para orang tua yang mengkhawatirkan anak-anak mereka di dalam, menangis ketakutan.
Sementara itu, Hiro memindahkan dirinya di depan ruangan penuh anggota Triangle Lightning. Dia membuka pintu menakut-nakuti semua orang. Ada sekitar 100 kepala di dalam ruangan. Anak-anak, remaja, orang dewasa, semua dari berbagai kelas beladiri.
"Apakah ada yang terluka?" Tanyanya memerhatikan setiap tanda-tanda kesakitan.
Seorang pria paruh baya yang menjadi Master di pelatihan beladiri maju. "Kami baik-baik saja." Dia tidak mengenal pemuda itu, tapi dia tau bahwa dia seseorang yang telah dikirim Guild. Pria paruh baya itu adalah salah satu kultivator yang ditempatkan di aula pelatihan, yang secara otomatis tau tentang keputusan Triangle Island.
"Oke, semua orang bisa tenang sekarang. Senior, sementara menunggu Guild menyiapkan tempat kita, kau bisa mulai menjelaskan keadaan agar semua orang tidak khawatir."
Tidak ada yang perlu ditutupi lagi sekarang, jadi pria itu mulai menjelaskan apa yang terjadi, lengkap dengan apa Triangle Lightning itu sebenarnya, dan kemana mereka akan pergi untuk sementara waktu. Hiro memerhatikan reaksi semua orang. Itu mengingatkan semangatnya sendiri di awal perjalanan. Jelas mereka akan mencoba dunia baru ini tanpa berpikir, bahkan jika mereka tau resikonya.
Masa depan tidak jelas yang tadinya menyelimuti semua orang telah terangkat. Mereka tertawa dan mulai tidak sabar melihat dunia yang hanya pernah mereka mimpikan.
Namun, saat-saat ganduh itu rusak oleh suara tembakan.
Hiro berdecak kesal. Orang-orang itu masih belum belajar! Mengabaikan ketegangan, dia membuat beberapa gerakan tangan sebelum menampar telapak tangannya ke lantai. Diagram muncul di bawah gedung pelatihan. Tanah bergetar. Tapi semua orang di dalam gedung sama sekali tidak terpengaruh. Mereka membelalakkan mata bersemangat. Kemudian terperangah, ketika secara ajaib material bangunan menghilang. Lahan itu sekarang kosong, sehingga setiap butir peluru yang datang mengepung, berlari langsung kearah mereka.
Pola pada diagram berputar. Sebuah layar transparan terbentuk untuk melingkupi semua orang seperti kubah. Peluru-peluru yang menyentuh kulit kubah terkikis dalam partikel kecil. Mereka menjadi debu yang melayang di luar kubah. Pemandangan itu sangat kuat. Bahkan pria paruh baya yang mendapat posisinya sebagai Master terkejut. Kultivasinya cukup tinggi di Guild, tapi dia yakin masih tidak bisa melakukan pertahanan semacam itu. Dia menyadari bahwa pemuda itu jenius yang tidak bisa dia singgung.
"Seharusnya itu cukup untuk membuat mereka diam sebentar." Hiro acuh tak acuh dengan hasil karyanya.
Dia mengeluarkan FlexiBall-nya di udara. Layar virtual terbentuk. Hiro mengetikkan kata-kata. Di layar huruf-huruf berubah. Dia bisa melihat keributan yang sedang terjadi di seluruh dunia. Aula pelatihan beladiri Triangle Lightning sudah memulai evakuasi. Selain California, dimana serangan awal terjadi, mereka tidak menerima korban lain. Tapi jelas momentumnya adalah yang paling mencolok.
Apa yang bisa dia katakan? Hiro sering mengeluh tentang posisi karakter utama yang selalu mengalami banyak masalah. Dan ambisinya hanya menjadi karakter pendukung yang diciptakan untuk membuat masalah. Meskipun banyak penyangkalan itu, Hiro selalu keluar sebagai karakter utama.
Dengan senyum kecut, dia menatap wajah Azura yang tiba-tiba muncul di layar. Gadis itu tampak berseri-seri. Matahari akan kalah dalam pertarungan cahaya. Tapi Hiro langsung waspada. Bahagia bagi Azura adalah masalah bagi orang lain.
"Jangan membuat wajah jelek seperti itu." Azura cemberut melihat ekspresi Hiro.
"Aku tidak akan terlibat dengan rencana busukmu." Sahut Hiro.
"Oh, diamlah," Azura memutar matanya. "Semua sudah siap disini, giliran timmu."
Portal masuk di Triangle Island hanya memiliki satu pintu, tapi itu terhubung dengan semua aula pelatihan. Mendengar bahwa giliran mereka telah tiba, orang-orang mulai berdiri menunggu instruksi.
Beberapa meter disamping mereka ada lubang tanah yang dalam. Lubang itu seharusnya tempat yang dulunya lift. Lantai tersembunyi ada dibawahnya. Hiro membuat segel tangan lagi. Kotak persegi dari logam muncul dengan suara berdebam. Seluruh pasukan kengepungan sudah mulai tenang saat itu. Mereka melihat seluruh kejadian dengan waspada.
"Senior, pimpin semua orang." Jelas dia yang akan menjaga bagian belakang.
Lift turun naik dalam sepuluh kali putaran. Setelah semua orang menghilang, Hiro mematikan pertahanan. Dia melambaikan tangan mengejek pada sekelompok orang. Ketika pintu lift membawa sosoknya turun, tembok batu naik dari tanah menciptakan ruangan untuk menyegel lift. Layar pelindung melapisi semua sisi.