Pagi Hari Yang Kelabu

Adelia terbangun pagi sekali, dia melihat jam yang ada di meja samping tempat tidurnya masih menunjukkan jam 5.00 pagi. Rupanya semalam setelah ditinggal mama dan kakaknya, Adelia menangis sampai tertidur.

Dia bangun lalu melihat wajahnya di cermin meja rias dan mendapati bekas air matanya masih tersisa di sudut mata. Dia menyapukan pandangannya ke sekeliling kamar namun ia tidak menemukan sosok pria tampan yang ia cari.

"Rupanya dia tidak tidur disini", desahnya.

Adelia meraih HPnya di meja rias dan melihat notifikasi pesan masuk. Ada notif dari nomor yang tidak dia kenal, kemudian dia membacanya. Itu sepertinya pesan tersebut datang dari Lia, yang menghujat dirinya sebagai perebut calon suami orang. Lia mencaci maki Adelia dengan kata kasar, perempuan itu telah kehilangan akalnya.

Adelia sama sekali tidak bereaksi apapun, pikirannya hanya tertuju pada kata-kata Andika semalam yang membuatnya semakin ingin menangis. Kemudian ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Hari ini dia akan menemui Andika menyelesaikan persoalan mereka. Setelah selesai mandi dan mengurus segala keperluan paginya, dia melangkah keluar kamar.

Jam telah menunjukkan pukul 6 pagi dan ia melihat Nathan sedang ada di ruang keluarga sedang membaca dokumen pekerjaannya. Adelia berjalan ke arah dapur dan membuat dua cangkir teh hangat lalu membawanya dan kemudian menaruhnya di depan meja Nathan.

Nathan tersenyum padanya, lalu menariknya duduk dekat dengan dirinya. Adelia menggeser duduknya menjauhi Nathan.

"Bukankah kita sudah membuat perjanjian tidak akan ada kontak fisik antara kita", ujar Adelia dingin.

Nathan menghentikan aktivitasnya lalu memandang ke arah Adelia dengan muka heran.

"Perjanjian lisan kita mengenai tidak akan ada kontak fisik dan kamu akan memberikan aku kebebasan tanpa syarat apapun. Tidak boleh ada skandal. Tenang saja, ini tidak akan lama hanya 3 tahun saja kok jadi kamu bisa kembali ke cintamu yang kamu tinggal", ujar Adelia semakin dingin sambil menyeruput tehnya.

Nathan duduk mendekat, "Ada apa?".

"Ngga ada apapun. Saya hanya mengingatkan perjanjian pranikah kita saja", ujar Adelia lagi.

"Sebenarnya bukan itu kan? Apa hatimu akan kembali ke cinta Andika setelah ia menyatakan cintanya padamu?", selidik Nathan yang membuat terkejut Adelia.

Nathan menatap tajam ke arah Adelia, sementara yang ditatap sama sekali cuek hanya melihat layar televisi yang sedang menyiarkan berita. Nathan mengambil remote control dan mematikan televisi.

Adelia bangun dari duduknya namun tangan Nathan telah sigap menarik tubuhnya kembali duduk dipangkuan Nathan. Lalu Nathan mencium bibir Adelia dan tidak melepaskan pelukannya, Adelia berusaha berontak sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari pelukan Nathan.

"Hentikan", jeritnya.

Nathan menghentikan ciumannya dan membebaskan Adelia dari pelukan. Plaaaaak ... Adelia menampar pipi Nathan, ada air mata berlinang di mata Adelia.

Nathan tersenyum, "Kamu mau pukul lagi? Aku makin tidak akan melepaskan mu. Kamu akan jadi istri aku sekarang dan selamanya. Perjanjian Pranikah kita aku batalkan", ujar Nathan tegas.

"Kamu ....", tubuh Adelia bergetar menahan amarahnya. Lalu ia membuka ponselnya lalu memberikan chat yang dikirimkan Lia kepadanya," Lihat ini".

Nathan mengambil ponsel Adelia dan membacanya. Dia kembali tersenyum.

"Aku akan urus soal ini, untuk kamu, jangan harap ada perpisahan di antara kita", ujarnya lalu bangkit dari duduknya dan memberikan ponsel ke tangan Adelia.

Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana pendeknya dan membuat panggilan keluar sambil berjalan dengan santai ke ruang kerjanya di sudut rumah. Adelia kesal dan melemparkan bantal sofa ke arah Nathan namun yang dilemparkan cuek saja meninggalkan Adelia sendiri di ruang keluarga. Karena kesal, Adelia naik ke atas dan membanting pintu kamarnya dengan keras. Ia lalu menjatuhkan diri diatas tempat tidurnya dan menangis.

Sementara Nathan masuk ke ruang kerjanya dan masih berdiri dibelakang pintu mematung menunjukkan raut muka sedih. Belum pernah ia merasakan hal seperti ini terhadap seorang wanita manapun, ia menyadari kalau dirinya mulai mencintai Adelia sejak pertama mereka berjumpa. Sebelumnya ia tidak percaya love at first sight namun ternyata ia merasakan dan ini membuat dunianya menjadi jungkir balik.

Hatinya tidak keruan sejak semalam ia melihat rekaman cctv yang ada di rumahnya. Ia melihat betul, Andika berbicara dengan Adelia dan Nathan mampu membaca gerakan bibir sehingga ia tau apa yang dibicarakan Andika kepada Adelia semalam.

Hatinya terasa sakit saat Adelia justru malah mengingatkannya mengenai perjanjian pranikah mereka.

Nathan sudah membuat janji bertemu dengan Lia, dia akan mempersiapkan segalanya ditempat pertemuan untuk ia jadikan bukti ke Adelia mengenai hubungan antara Nathan dengan Lia. Nathan mengehembuskan nafas panjang lalu berjalan menuju meja kerjanya dan mulai melihat lagi dokumen pekerjaannya.