"Adel, aku pergi ke WD ya. Mgk besok aku ngga ke sini lagi, kerjaanku numpuk di WD lagian Andika besok uda mulai masuk kerja kan", ujar Nathan sambil mencium pucuk rambut istrinya.
"Hati-hati ya sayang. I love you, see you at home", ujar Adelia manis.
"Love you too. Nanti pak Mul akan jemput kamu ya sayang", ujar Nathan lagi.
"Engga usa, nanti aku minta antar sama sopir AN aja", ujar Adelia.
"Ya Uda, hati-hati ya. Aku lembur hari ini, mungkin pulang larut malam. Kamu pulang ke rumah apa ke rumah mama kamu?", tanya Nathan lagi.
"Eh itu sayang. Disamping rumah mama ada rumah yang mau dijual, kira-kira kamu mau liat engga?", ujar Adelia senang.
"Oke, besok kita lihat", ujar Nathan lalu kemudian berjalan keluar ruangan kerja Adelia.
Adelia tetap duduk ditempatnya menyelesaikan pekerjaannya. Selang beberapa lama, Andika masuk ke ruang kerja Adelia, tapi kemudian mukanya langsung muram.
"Kemana dia?", tanyanya kepada Adelia.
"Siapa? Naomi? Uda pulang dari tadi", balas Adelia tanpa melihat ke arah Andika.
"Oh", hanya keluh yang keluar dari mulut Andika.
"Kamu masih kangen? Telepon aja", goda Adelia.
"Engga. Tadi si hantu putih kabarin aku, aku kira dia masih ada. Aku ngga lihat chatnya soalnya Yuni lagi bawel banget. Dia minta semua oleh-oleh dibungkus rapi. Mana banyak banget lagi. Ni buat kalian", ujar Andika sambil melemparkan sebuah tas paper bag ke meja Adelia.
"Wah senengnya aku dapat oleh-oleh juga", ujar Adelia lalu membuka tas paper bagnya. Tangannya mengeluarkan satu kain pantai yang indah dan satu set perhiasan perak yang cantik.
"Seriously, Ini bagus banget. Sampaikan terimakasih ku sama Yuni ya", ujar Adelia senang.
"Itu ngga seberapa dibandingkan hadiah Nathan waktu itu. Apalagi kalau melihat kalungmu itu, itu mah cuma seharga satu butir berlian yang ada diuntaian liontinmu. Kamu tuh gampang banget senengnya", ujar Andika sambil menunjuk ke arah kalung berlian Adelia.
"Andika, bukan masalah mahal atau murahnya oleh-oleh tapi perhatian nya itu yang bikin aku senang. Aku ngerasa jadi orang yang bahagia karena masih diingat saat kalian membeli oleh-oleh", ujar Adelia tersenyum.
"Kamu memang pintar buat hati orang senang. Mana Nathan? Uda kabur ya", ujar Andika lalu duduk di sofa di depan Adelia.
"Dia Uda ke WD, kerjaannya menumpuk katanya. Lagian dia harus kerja keras lagi, aku mau minta dia beli rumah di samping rumah mama", ujar Adelia.
"Wah bagusnya aku ngga nikah sama kamu ya, kalo ngga bisa kurus kering mencukupi kebutuhan mu", ujar Andika meledek.
"Yakin? Aku ini istri yang bawa keberuntungan loh. Buktinya aja WD makin maju sejak Nathan menikah dengan ku", ujar Adelia bangga.
"Masa si? Nyesel dong aku", ujar Andika dengan muka lesu.
"Hahaha ngga kali. WD makin maju karena Nathan makin kerja keras, dia prinsipnya harus mencari nafkah untuk anak istrinya", ujar Adelia sambil tertawa.
"Aku bisa ngga ya kaya Nathan, mencari nafkah giat buat istri dan anak aku?", ujar Andika.
"Bisa aja. Kamu bisa kok. Apalagi kamu bergaulnya sama Nathan pasti ketularan workaholic nya dia. Liat aja", ujar Adelia menyemangati.
"Naomi mau apa ke sini?", tiba-tiba Andika bertanya.
"Itu, dia katanya mau mencari pekerjaan, dia tanya apa AN ada lowongan. Aku bilang aku tanya kamu lagi. Uda itu aja", ujar Adelia.
"Uda bilang aja ngga ada", ujar Andika lagi.
"Tapi dia di sini masih di rumah lama atau Uda pindah ya? Kira-kira bakalan ketemu lagi ngga ya?", gerutu Andika.
"Tanya aja sendiri. Ni nomor HP nya", ujar Adelia sambil menyodorkan satu kertas post it yang tertulis nomor HP Naomi.
Andika menerimanya lalu memasukkan nomor tersebut ke dalam contact HP nya. Tapi kemudian dia menghapusnya lagi dan mengembalikan post it tersebut kepada Adelia.
"Ngga usah aja deh nanti ketahuan Yuni berabe", ujar Andika lagi.
"Jujur aja katakan sama Yuni apa adanya. Aku rasa dia orangnya open minded kok", ujar Adelia.
"Ya Uda kamu aja yang pegang. Nanti kalau aku mau baru aku minta sama kamu. Uda akh aku pulang. Ini kan masih hari cutiku", ujar Andika sambil berjalan keluar ruangan Adelia.
"Dasar ngga mau rugi", gerutu Adelia.