Bukan Saingan

Malam menjelang, Viola dan Riri yang tidak bisa menahan kantuk sudah tertidur dikamarnya, demikian juga Wati. Sementara yang lain masih bercengkrama dengan akrab di teras Villa sambil memandang bintang dilangit.

Sengaja mereka menggelar karpet besar di halaman depan Villa. Adriana, Michael, William, Wilma, Delon, Lily dan Anthony tampak bercengkrama. Leon bersama Cindy ngobrol berdua dipojok teras, sementara Xena menyandar manja dengan Pras yang asyik membaca bukunya. Luna sedang bermain game online bersama Xavier di pojok teras yang lain dari Villa. Malam ini mereka ingin menghabiskan malam terakhir liburan mereka di luar Villa menghirup udara pantai sepuasnya.

"Wilma, mobil Alphard dan mobil Vellfire punya siapa? Kalian ke sini naik itu?", tanya Delon kepada Wilma.

"Itu Alphard punya Daddy nya Xena dan kalo Vellfire itu punya kak Pras, suaminya Xena", ujar Wilma sambil tetap mengunyah makanannya.

"Hah? Dosen honorer punya Vellfire? Ngajar di berapa tempat dia?", tanya Delon mengejek.

"Eh Delon, babe loe kerja dimana?", tanya Adriana tiba-tiba yang daritadi hanya mendengarkan pembicaraan Delon dan Wilma.

"Kenape loe mau tau?", tanya Delon.

"Ngga, gw cuma mau tanya aja. Babe loe kerja dimana bisa beli mobil mewah buat loe", ujar Adriana tersenyum.

"Babe Gw manager di PT.Lexi Group, Finance Manager", ujar Delon.

"Kak Pras, perusahaan milik kamu namanya apa kak?", teriak Adriana lagi tetap tersenyum.

"Kenapa? Bukannya kamu pernah datang ya?", tanya Pras tak mengerti.

"Iya, nama PT nya apa yang kamu punya kak, yang kamu jadi CEO nya?", tanya Adriana lagi.

"PT. Lexi Group", ujar Pras singkat namun membuat Delon terkejut.

"Maksudnya pak Pras ini CEO Lexi Group? Jangan boong pak", kata Delon tak percaya.

Wilma dan Lily yang akhirnya mengerti maksud pertanyaan Adriana tertawa cekikikan, Xena bertanya dengan isyarat kepada kedua temannya.

"Terserah mau percaya atau ngga", ujar Pras cuek sambil tetap meneruskan membaca bukunya. Xena tetap menyandarkan tubuhnya dibahu Pras sambil memainkan jemari suaminya yang ia pegang dengan tangannya.

"Kalau bapak CEO Lexi Group pasti tau dong Finance Manager bapak, siapa namanya?", tanya Delon.

"Pak Erik Sugiono. Kenapa? Kamu kenal?", tanya Pras tetap cuek. Ia hanya tersenyum melihat istrinya masih asyik memainkan jemarinya dan Pras menutup buku yang dibacanya.

"Akh bapak pasti liat data saya di sekretariat makanya tau nama bapak saya", ujar Delon.

"Oh itu bapakmu. Sebentar", ujar Pras lalu mengeluarkan HP nya dan membuat panggilan telepon dengan HP nya dan sengaja ia pakai speaker di HP nya. Terdengar nada tunggu beberapa kali sebelum akhirnya telepon Pras di angkat penerimanya.

"Selamat Malam pak Presdir. Ada apa ya pak malam-malam telepon saya. Maaf tadi saya dikamar mandi jadi lama angkat telepon nya", ujar suara penerima yang Delon tau dengan pasti itu suara Papanya.

"Pak Erik, saya mau tanya, apa bapak punya anak namanya Delon? Dimana dia sekarang?", tanya Pras tenang.

"Iya pak, darimana bapak kenal Delon? Dia tadi pagi pamit katanya mau ketemu gadis yang dia suka di Pantai. Walaupun saya ngga begitu percaya, tapi saya ijinkan karena dia anak laki-laki kami satu-satunya", suara Erik terdengar di speaker HP Pras.

"Sayangnya gadis yang dia suka istri saya pak. Jadi saya mesti apakan ya anak bapak?", ujar Pras tenang sementara Delon langsung memucat mendengarkan perkataan Pras.

"Mati gw", keluh Delon.

"Apa pak? Delon suka ibu Xena? Mohon maaf sekali pak kalau Delon kurang ajar pak. Akan saya hukum dia saat dia pulang nanti pak. Mohon maaf pak, mohon maaf", ujar Erik begitu hormat lalu Pras langsung mematikan sambungan teleponnya dengan senyum sinis ke arah Delon. Wilma, Lily dan Adriana mulai cekikikan.

"Rasain loe Delon", bisik Lily.

Tak lama ada telepon masuk ke HP Delon dan itu panggilan dari papa Delon. Delon tidak berani mengangkat telepon dari Papanya karena ia tahu papanya pasti akan marah besar.

"Gila loe Pras, anak orang loe bikin mati kutu gitu", ujar Xavier yang ternyata mendengarkan.

"Kan Uda gw bilang, dia bukan kriteria saingan gw, anak kecil", celetuk Pras cuek sambil melirik istrinya yang sekarang cekikikan melihat tingkah Delon.

"Seneng banget ya pacarnya dibully suaminya", sindir Pras.

"Siapa si sayang yang pacar aku. Pacar aku kan sekarang Uda jadi suamiku yang paling aku cintai", ujar Xena merayu.

"Bener banget itu. Kamu harus selalu ingat itu, Kamu cuma cinta sama aku ngga ada pria lain", bisik Pras tegas di telinga Xena.

"Iya sayang, I will always love you", bisik Xena yang membuat Pras tersenyum.

Suara panggilan telepon dari papa Delon masih terdengar, tapi karena terlalu takut Delon tidak berani mengangkat teleponnya. Buru-buru ia matikan HPnya saat panggilan telepon berhenti.

"Pak Pras ampun pak. Beneran deh pak, saya ngga bakalan ngangguin Xena lagi. Tapi Papa saya jangan dihukum juga ya pak", pinta Delon memelas.

"Siapa yang mau hukum papa kamu? Dia orang terbaik saya buat apa saya hukum cuma gara-gara anaknya rese kaya kamu", ujar Pras datar.

"Aduh gw mesti gimana ne, pasti papa gw marah besar ne besok gw pulang", ujar Delon hampir menangis. Semua kawan tertawa terbahak melihat kepanikan Delon.

"Makanya jadi orang jangan sok Delon. Rasain loe", ledek Wilma.

"Gw kapok deh ngga bakalan gangguin Xena lagi", ujar Delon.

Makin keraslah tertawa semua kawannya termasuk Xena yang dipeluk Pras dengan erat. Bahkan Luna yang tadi serius main game online ikutan tertawa melihat tingkah Delon.