Iri Hati

"Selamat Pagi", ujar Xena saat memasuki ruang meeting sementara Xavier hanya diam saja diikuti seorang pria dengan berjas rapi seperti Xavier. Mereka kemudian duduk berhadapan dengan Wahyu dan Deffy.

"Selamat Pagi Bu Xena, pak Xavier", ujar Wahyu dan Deffy berbarengan.

"Jalan jam berapa dari Resort pak?", tanya Xena berbasa-basi.

"Dari jam 2 Bu, jalanan masih sepi banget jadinya kami bisa cepat sampai", ujar Wahyu sopan. Deffy hanya diam saja, berpura-pura sibuk dengan Laptopnya.

"Oh iya, ini pak Rudi Hartono, pengacara WD Group yang akan ikut meeting kita kali ini", ujar Xena yang membuat Wahyu terheran-heran dan tentu saja membuat raut muka Deffy berubah.

"Baiklah kita mulai saja langsung ya. Meeting kali ini, kami menemukan hal-hal yang diluar dugaan kami sama sekali. Hal seperti ini tidak pernah terjadi di Hotel ataupun Resort manapun milik WD Group", ujar Xena berhenti sejenak sambil memperlihatkan raut muka Wahyu dan Deffy. Ada perubahan yang signifikan dalam raut muka Deffy.

"Saya mau konfirmasi dulu ni sama pak Wahyu, apakah hanya bapak yang mempunyai otoritas untuk melakukan cancel resevasi kamar di Resort A?", tanya Xena kepada Wahyu.

"Iya Bu Xena, tanpa otorisasi saya, maka reservasi akan diproses untuk pembayaran", ujar Wahyu.

"Proses cancel itu harus lewat bapak kan ya? Apa orang lain bisa pakai komputer bapak?", tanya Xena menyelidik.

Wahyu kebingungan, sementara Rudi dan Xavier hanya diam memantau. Rudi walaupun diam tapi melakukan perekaman selama proses diskusi tersebut.

"Hanya saya Bu yang bisa pakai komputer saya, kan sudah di lock oleh pak Xavier terakhir kali Bu", ujar Wahyu.

"Bapak yakin kalau bapak ngga pernah share password bapak ke orang lain?", tanya Xena lagi makin menyelidik.

"Jawab aja pak sejujurnya, di sini kami perlukan kebenaran", ujar Xavier tenang.

"Iya pak, sebenarnya saya pernah share password saya ke Deffy karena kalau saya sedang tugas keluar kantor, dia bisa bantu saya buat menyelesaikan beberapa pekerjaan saya", ujar Wahyu tenang.

"Sekarang saya ke ibu Deffy. Ibu Deffy apakah pernah melakukan otorisasi untuk cancel resevasi? Apakah itu sudah diketahui oleh pak Wahyu?", tanya Xavier sambil menatap tajam ke arah Deffy. Wanita itu mulai pucat pasi dan tampak gemetaran. Ia hanya diam menunduk dan tidak menjawab pertanyaan Xavier.

"Ibu Deffy, saya tanya ibu. Apakah ibu pernah melakukan otorisasi untuk cancel resevasi?", tanya Xavier lagi namun tetap tenang.

"Iiiiiya pak Xavier. Saya pernah melakukan cancel reservasi", ujar Deffy agak terbata-bata namun tetap menunduk tanpa mau melihat ke arah Xavier atau Xena.

"Apakah pak Wahyu tahu soal ini?", tanya Xavier beralih kepada Wahyu.

"Iya pak saya tahu", ujar Wahyu namun terlihat keraguan dalam suaranya.

"Baiklah saya langsung pada bukti yang kami punya ya pak", ujar Xavier langsung menghubungkan Tabnya dengan projector dan ditampilkan di screen protector. Xena memberikan Wahyu dan Deffy masing-masing satu documen untuk mereka lihat dan baca.

"Bapak bisa lihat di masing-masing kamar yang sudah ada note cancel pada hari-hari weekend, kita akan samakan dengan rekaman CCTV pada hari yang sama dengan nomor kamar yang sama", ujar Xavier sambil matanya dengan tajam menatap Wahyu dan Deffy bergantian.

Wahyu yang kebingungan tampak kaget melihat projector screen sementara Deffy mulai terduduk lemas dan terlihat makin pucat. Wahyu bergantian melihat layar dengan melihat ke arah Deffy seperti meminta penjelasan dari istrinya itu.

"Pak Wahyu dan Bu Deffy bisa lihat pada layar, kamar-kamar yang sudah ada note cancel otomatis tidak akan ada pembayaran sehingga tidak akan keluar kwitansi print out sebagai tanda terima. Tetapi dari rekaman CCTV terlihat ada orang yang keluar masuk dari kamar-kamar itu dan mereka bukan pegawai Resort A", ujar Xavier.

"Jadi kalau melihat ini, kita bisa simpulkan kalau sebenarnya kamar-kamar ini benar digunakan tetapi kemana uang yang diberikan oleh costumer yang sudah memakai kamar-kamar ini karena kami mengecheck tidak ada pembayaran atas kamar-kamar ini", ujar Xavier lagi.

"Kami minta penjelasan dari kalian berdua. Menurut kami ini sudah menyangkut masalah besar makanya kami membawa pengacara WD Group siap untuk menuntut orang yang bertanggung jawab atas masalah ini", ujar Xavier tegas.

"Maaf pak Xavier apakah saya diijinkan untuk mengecek dulu masalah ini agar saya bisa menentukan jalan selanjutnya", tanya Wahyu hati-hati.

"Kami punya bukti yang lain. Bapak silakan lihat tanggal dan jam otorisasi cancel yang dilakukan dari komputer bapak, kita cocokkan dengan tanggal dan jam CCTV di ruangan bapak", ujar Xavier sambil memutar rekaman CCTV. Wahyu sangat kaget melihat rekaman CCTV yang memperlihatkan Deffy sedang menggunakan komputer nya untuk melakukan cancel resevasi.

"Apa maksud nya ini? Deffy jelaskan", ujar Wahyu melihat ke arah Deffy yang terus menunduk. Deffy hanya diam saja sambil mulai terisak.

"Deffy ngomong jangan hanya menangis", teriak Wahyu sambil mengguncang lengan Deffy.

"Iya ... Iya ... Iya, aku yang mencuri uangnya. Iya aku yang mengambil uang dari kamar-kamar itu", teriak Deffy kepada Wahyu.

"Deffy apa yang ada dalam pikiran mu? Kenapa kamu melakukan itu?", ujar Wahyu sambil mencengkeram erat kedua lengan Deffy.

"Aku perlu untuk bayar hutang-hutang kartu creditku. Uang yang kamu kasih dengan gajiku tidak cukup untuk bayar", ujar Deffy lagi.

Xavier dan Xena hanya diam sambil tersenyum sinis melihat mereka berdua bertengkar, sementara Rudi sepertinya sudah tau mengarah kemana kasus ini mengeluarkan sejumlah dokumen dari tas kerjanya.

"Gara-gara aku membeli baju dan perhiasan saat menghadiri pesta pernikahan Luna, hutang kartu kredit ku menjadi berlipat-lipat", ujar Deffy dalam isaknya.

"Tadinya aku pikir aku bisa membuat iri Luna dengan tetap bersamamu namun ternyata Luna mendapatkan yang lebih baik lagi yang membuat aku semakin iri. Aku kesal, aku sakit hati karena Luna menjadi menantu orang kaya sedangkan aku cuma mendapatkan kamu", ujar Deffy sambil terisak. "Plaaaak", suara tamparan keras di muka Deffy yang terdengar saat tangan Wahyu melakukannya.

"Kenapa kamu tidak pernah bersyukur untuk apapun yang aku berikan. Kita sudah cukup menyakiti Luna dulu, bahkan sampai sekarang pun aku masih merasa bersalah pada Luna atas perbuatan kita dulu. Kenapa kamu malah menambah masalah seperti ini, aku benar-benar kecewa sama kamu", ujar Wahyu. Xena dan Xavier bangun dari duduknya.

"Pak Rudi, sesuai pembicaraan kita kemarin, saya serahkan penyelesaian nya ke bapak ya", ujar Xavier.

Xena menggandeng tangan Xavier keluar dari ruangan meeting meninggalkan Wahyu dan Deffy yang masih bertengkar. Security yang memang sedari tadi menunggu di luar ruangan lalu masuk ke dalam ruangan meeting.

Xena dan Xavier lalu masuk ke dalam lift dan naik ke lantai ruang kerja mereka. Di depan ruangan kerja mereka, tampak Ririn, sekertaris tangguh 3 Vice Presdir WD Group sedang mengerjakan tugasnya sementara tampak Prasetya sedang santai membaca buku di ruang tunggu di depan meja Ririn.

"Ngapain tu bocah disitu? Wah ngelaba sama Ririn tu anak", bisik Xavier kepada Xena yang membuat Xena tersenyum. Mereka berdua hanya berdiri didepan pintu masuk sambil memperhatikan Prasetya yang belum menyadari kehadiran mereka.

"Kalo Ririn mau ama dia, aku kasih kak. Bawelnya minta ampun", ujar Xena sambil mengelus perutnya.

"Bawel tapi kamu masih mau", ledek Xavier lagi.

"Terlanjur kak, masa mau dibuang, sayang lah", bisik Xena lagi. Sementara orang yang diomongin baru menyadarinya dan menutup bukunya dengan tersenyum dan menghampiri Xena dan Xavier.

"Uda selesai ya?", tanya Pras sambil mencium pucuk rambut istrinya.

"Kok ngga nyusul?", tanya Xena.

"Aku baru datang, lagian aku malas melihat orang yang bermasalah", ujar Pras. Xavier membuka pintu ruangan lalu Xena dan Pras berangkulan mengikuti langkah Xavier.

"Bilang aja mau ngelaba sama Ririn", ledek Xavier sambil duduk di meja kerjanya.

"Ada juga Ririn yang ngelaba sama aku", ujar Pras dengan pedenya.

"Oh gitu ya. Mentang-mentang aku lagi buncit gini, kamu mau ngelaba lagi", sindir Xena.

"Tadi katanya mau dikasihkan kalo Ririn minta?", ledek Xavier.

"Iya ngga apa kalau Ririn mau sama kak Pras, aku kasih kak", ujar Xena ketus

"Jangan dong sayang, jangan kasih aku sama siapapun juga, aku ngga bisa hidup tanpa kamu dan little Bean", ujar Pras memelas.

"Gombal", ujar Xena.

"Aku ngga pernah gombal karena aku ngga punya kamus gombalin perempuan dalam hidupku", ujar Pras tegas.

"Eh kak, mama tadi chat aku. Katanya dia mau diskusi sama kamu, dia mau buka warung makan baru, ada tempat strategis yang dia bilang bakalan rame. Kamu telepon dia ya, dia masih takut mau nanya-nanya kamu", ujar Xena.

"Mama loe tuh yang punya warung makan di perumahan itu kan ya Pras? Dia mama kandung loe ya? Kalau Tante Wendy tuh mama sambung loe ya?", tanya Xavier.

"Iya, gw punya 2 ibu, Mama Yani Shu dan Mami Wendy. Iya nanti aku telepon mama. Makin maju usaha dia", ujar Pras.

"Makan gratis dong", ujar Xavier.

"Bayar loe, enak aja mau yang gratisan", ujar Pras dengan sewot.

"Biasa aja kale. Eh dia mau coba buka catering ngga? Dia bisa masukkin ke aula gw sebagai supplier catering. Lumayan loh tiap Minggu ada aja yang sewa aula gw", ujar Xavier.

"Boleh juga, nanti gw usul ke dia deh", ujar Pras senang.

"Kalo ngga weekend ini kita ajak Daddy, Mommy, Kak Luna dan Kak Xavier makan di warung makan mama. Sekali kali makan di sana. Sekalian ajak Anthony deh, kasian tuh dia tinggal sendirian di apartemen gitu", ujar Xena.

"Maunya dia hidup mandiri katanya. Aku ajak pindah sama kita, dia bilang nanti aja kalau kita Uda masuk ke rumah yang diseberang, dia ngga enak sama Daddy dan Mommy kalau menumpang juga", ujar Pras.

"Astaga Anthony kaya sama orang lain aja. Kedengaran Daddy bisa ngamuk dia, bisa langsung diseret pulang ke rumah sama Daddy tuh si Anthony", ujar Xavier.

"Makanya jangan bilang-bilang Daddy. Biarin, dia Cowo ini, biar kuat bertarung sendirian. Gw aja dulu kuliah di state sendirian", ujar Pras cuek.

"Iya deh. Terserah kalian. Ya Uda weekend ya kita ke warung makan mama kamu. Jangan bilang-bilang dulu, biar suprise", ujar Xavier.

"Oke deh", jawab Pras.

"Sayang, kamu bisa tiruin tanda tangan aku ngga? Cape Ni tanda tangan mulu", tanya Xena kepada Pras.

"Ngga mau. Tanda tangan kamu susah ditirunya. Mending aku kerjain ini aja, ngechek data yang kemaren kamu kasih", ujar Pras.

Kemudian mereka bertiga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sampai sore menjelang.