Menyusul

"Baiklah kita makan sekarang", ujar Xavier menyerah.

Ia lalu bangun dan kemudian membersihkan celananya dari pasir. Rene berjongkok lalu dengan hati-hati membersihkan pasir dari kaki Xavier.

"Tak usah Rena, nanti juga bersih sendiri. Ayo", ujar Xavier mengambil lengan Rena untuk bangun lalu ia berbalik dan berjalan menuju ke arah mobil.

Sampai di depan mobil ia menepuk-nepuk ujung kakinya baru kemudian dia masuk ke dalam mobil. Sopir telah standby duduk dibelakang kemudi dan Rena tampak masuk duduk disamping sopir.

"Pak kita ke restoran yang biasa ya, yang saya biasa ajak pak Made makan siang", ujar Rena kepada sopir.

"Oh yang di jalan itu ya Bu Rena. Oke Bu", ujar sopir lalu menjalankan mobil menuju jalan yang dimaksud.

"Maaf pak Xavier, pulangnya kita mampir ke toko sepatu ya pak, soalnya saya belum sempat beli sepatu bapak tadi pagi. Di toko teman saya dia ngga jual sepatu dan saya tadi takut bapak nunggu terlalu lama jadi saya tunda membeli sepatunya", ujar Rena dengan cueknya.

Xavier tidak menghiraukan perkataan Rena, pikirannya masih melayang pada kejadian tadi malam. Xavier hanya memandang keluar mobil. Ada telepon masuk ke HPnya, panggilan video call dari Xena.

"Paaapaaa", teriak Kirana.

"Eh anak papa telepon. Hai sayang. Papa miss you so much", ujar Xavier sambil menghadap kan mukanya ke arah kamera HPnya.

"Bro ... kami akan menyusul ke Bali ya", ujar Pras tiba-tiba muncul di layar HP.

"Woii loe ngagetin gw aja. Gw lagi seneng-seneng liat muka anak gw langsung berubah jadi muka loe yang menyebalkan", gerutu Xavier.

"Aaalaaa loe pasti kangen kan sama bawelan gw dan Xena. Kita susul elo Bro. Kami tiba di Denpasar pakai pesawat malam ya bro biar anak-anak ngga rese. Anak gw kan sekarang 3 bro", ujar Pras cuek.

"Ya Uda, loe kasih tau aja nomor penerbangan loe ntar biar dijemput sopir. Anak loe cuma dua, yang paling cantik itu anak gw, enak aja loe ngakuin anak gw", omel Xavier.

"Eh kakak, kan aku Uda bilang Kirana sekarang anak aku. Enak aja mau ambil lagi anak aku", omel Xena tiba-tiba.

"Iya Kirana anak kamu tapi dia bukan anaknya si bawel. Aku ngga mau anakku ketularan bawel", ujar Xavier.

"Uda terlambat, dia Uda ikutan bawel kaya kak Pras kak. Ya Uda nanti kami kabarin kalau kami Uda di Bandara ya", ujar Xena lalu mematikan sambungan telepon.

"Pak Sopir nanti tolong jemput Xena dan suami serta anak-anak nya di Bandara. Mereka pakai penerbangan malam katanya", ujar Xavier.

"Baik pak Presdir", ujar sopir dengan sopan.

Akhirnya mereka tiba disebuah rumah makan. Rena menunggu di depan pintu saat Xavier dengan malas keluar dari mobil. Xavier lalu duduk di pojok resto dan kemudian memilih menu makanan yang akan dimakannya. Rena dengan cueknya duduk di depan Xavier. Xavier melihat ke arah Rena lalu mencari sopirnya.

"Kemana si sopir? Suruh dia ke sini juga, makan bersama kita", ujar Xavier.

"Tadi sudah saya ajak pak tapi dia ngga mau", ujar Rena dengan cueknya lalu menuliskan menu pilihan.

"Berapa nomor HP si sopir? Tolong telephon dia, saya yang bicara", kata Xavier.

Rena mengeluarkan HP nya lalu memencet sejumlah angka dan melakukan panggilan telepon kepada sopirnya.

"Pak Amir, ini pak Presdir mau bicara", ujar Rena sambil kemudian memberikan HPnya.

"Pak Amir, turun pak ke sini, kita makan sama-sama. Saya lagi ngga mau makan sendiri pak, tolong temani saya. Terimakasih ya pak", ujar Xavier lalu mematikan panggilan HP dan memberikan kembali HP Rena. Taklama pak Amir si sopir tergopoh-gopoh datang mendekati.

"Duduk pak disini. Kita makan sama-sama", ujar Xavier lalu menunjuk menu agar dituliskan Rena untuk ia makan.

Pak Amir juga akhirnya memilih makanan dan mereka bertiga akhirnya makan bersama-sama. Selesai makan siang, mereka bertiga kembali ke Villa. Sesampainya di Villa, Xavier membuka pesan di HP nya.

"Pak Amir, Xena dan Pras memajukan jadwal penerbangan mereka. Bapak langsung ke Bandara ya jemput mereka sekarang ya pak", ujar Xavier.

Pak Amir mengangguk lalu kembali masuk ke dalam mobil dan keluar dari halaman Vila menuju ke Bandara. Xavier melihat ke arah Rena yang sedang berdiri disampingnya.

"Tuh kan bapak lupa. Saya belum siapkan sepatu buat bapak besok", ujar Rena cemas.

"Tenang saja. Saya sudah chat Xena untuk bawakan sepatu saya buat besok. Lagian adik ipar saya juga akan ikut saya buat memantau", ujar Xavier tenang lalu berjalan masuk ke dalam Villa.

Didalam Villa, ia langsung duduk di sofa depan TV dan menyalakan TV menonton salah satu acara. Walaupun matanya melihat ke arah TV namun pikiran nya tidak tertuju pada TV. Rena meletakan secangkir teh hangat didepan Xavier lalu ia ikutan duduk di samping Xavier.

"Memangnya bapak suka sama acara ini?", tanya Rena.

"Ngga. Saya asal pencet doang", ujar Xavier.

"Saya ganti ya pak. Ada acara TV yang menarik sebentar lagi", ujar Rena sambil mengambil remote TV dan memindahkan saluran TV.

"Loh jam segini kan belum waktunya jam pulang kok kamu bisa tau acara ini?", tanya Xavier.

"Pak ini kan jam istirahat siangnya saya. Saya kan gantian jam istirahat nya sama asisten yang lain biar tetap ada yang menjaga di front office pak", ujar Rena menjelaskan.

"Masa si?", tanya Xavier tak percaya.

"Tanya pak Made aja pak kalo ngga percaya", ujar Rena dengan cueknya.

"Baik besok saya tanya pak Made", ujar Xavier menggoda.

"Pak, saya lapar mau buat mie instan, bapak mau ngga?", tanya Rena.

"Emang kamu bisa masak?", tanya Xavier. Entah mengapa, Xavier begitu nyaman saat bersama Rena.

"Buatan Rena paling enak deh pak kalau soal mie instan", ujar Rena lalu berjalan ke dapur.

Setelah agak lama, dia membawakan dua mangkok di atas baki dengan dua gelas air putih. Dengan cueknya Rena memakan satu mangkok mie instan lengkap dengan sayur, telur dan bakso. Melihat mangkoknya, Xavier seperti tergiur. Saat mengambil mangkoknya, tibalah rombongan Xena, Pras, Kirana dan si kembar masuk ke Villa.

"Paaaapaaaa", teriak Kirana lalu menghampiri Xavier.

Xavier menaruh kembali mangkoknya ke atas meja dan langsung menggendong serta menciumi Kirana.

"Wah wanginya enak banget, makan enak ni", ujar Pras dengan cueknya duduk dan akan mengambil mangkok mie instan Xavier.

"Woiii itu punya gw, datang-datang loe main sabot aja", teriak Xavier.

"Sayaaaang, kamu ngga boleh makan mie instan. Kalau berani makan, aku ngga mau tidur sama kamu lagi ya. Aku tidur sama anak-anak", teriak Xena mengancam yang menghentikan tindakan Pras.

Pras langsung menaruh kembali mangkok mie instan di atas meja.

"Rasain loe", ledek Xavier yang langsung menurunkan Kirana dan membiarkan anaknya duduk bersama Raffa dan Mika.

"Hai kamu pasti Rena ya", ujar Xena menghampiri Rena yang langsung berdiri saat melihat kedatangan mereka.

"Iya Bu Xena. Saya Rena Bu", ujar Rena langsung mengulurkan tangannya yang disambut hangat Xena.

"Terimakasih ya sudah temani kakak saya. Wah kamu yang masak mie instan nya? Kayanya enak ya", ujar Xena sambil melirik mangkok Rena dan mangkok Xavier.

"Sayang kan tadi kamu bilang ngga boleh makan mie instan", ujar Pras merenggut.

"Kamu yang ngga boleh makan, kamu baru sembuh dari Typus. Mau masuk RS lagi?", herdik Xena.

Rena melihat ke arah Pras dan tampak ia terpesona melihat ketampanan Pras namun buru-buru ia menunduk wajahnya malu.

"Rena, kalau kamu mau pulang, silakan aja. Kami yang akan menemani kak Xavier disini. Besok jadwal meninjau hotel kan? Kak Xavier akan pergi bersama Pras", ujar Xena.

"Baik Bu, saya pulang ya. Permisi bu, pak Presdir, pak Pras", ujar Rena lembut lalu membawa mangkoknya ke dapur dan kemudian kembali lagi dan keluar dari Villa. Sebelum pergi, Rena sempat melirik ke arah Pras dan itu tertangkap oleh mata Xavier yang langsung tersenyum.

"Pantas langsung jadi penurut", gumam Xavier sambil juga melirik ke arah Pras yang sedang duduk sambil digelayuti kedua anaknya sementara Kirana dengan cueknya duduk dipangkuan Pras.

"Itu si bawel jadi tempat mainan anak-anak?", sindir Xavier kepada Xena.

"Emang, tiap hari dia jadi begitu, jadi patung buat tiga anak itu. Biasanya Kirana duduk dipundaknya, tumben sekarang cuma dipangku", ujar Xena cuek.

"Ayo Raffa, Mika, Kirana duduk sendiri. Papa masih belum sehat. Kalian lapar ya? Mama pesan pizza aja ya, bentar tunggu ya nanti ada yang antar delivery", ujar Xena. Pras tersenyum menatap Xena manja.

"He, mending kalian kerubutin Uncle Xavier tuh. Dia lebih sehat dari papa", bisik Pras kepada ketiga anaknya.

Raffa, Mika dan Kirana tersenyum jahil langsung mereka berlari ke arah Xavier dan dengan cueknya mereka menggelayuti Xavier yang gelagapan diserbu ketiga anak kecil itu.

"Eh Bawel kenapa loe suruh mereka keroyok gw?", ujar Xavier kesal.

"Raffa, Mika mending pada mandi deh. Tadi dari rumah ngga mandi kan? Kalau abis mandi enak deh, Pizza nya pasti datang langsung makan dan langsung tidur. Besok baru kita jalan-jalan ke pantai. Kirana nanti mandi bareng mama. Kak Pras temani kedua anakmu", ujar Xena lalu duduk di sofa.

Dengan malas Pras masuk ke kamar mandi menemani kedua anak kembarnya mandi. Kirana dengan cueknya duduk dipangkuan Xena lalu memeluk tubuh Xena yang langsung memeluk nya erat.

"Pantas kamu bilang anak ini anakmu. Bahkan dia tidak seperti itu pada Luna. Kirana terlihat nyaman dalam pelukanmu", ujar Xavier pelan. Dia kembali teringat almarhum Luna.

"Kak, sudah ya. Jangan diingat lagi yang sudah lalu. Jalan terus ke depan. Jangan patah arang. Biarkan Kirana bersamaku. Kamu sekarang pikirkan kebahagiaan mu sendiri", ujar Xena.

"Eh itu mienya jadi mangkak, makan lah dulu kak", ujar Xena.

Xavier melihat mie instan nya lalu ia mengambil mangkoknya dan kemudian memakannya dengan lahap. Taklama datanglah pesanan Xena dan Xavier yang mengambil serta membayarkannya. Saat ia menaruh Pizza diatas meja, ketiga anak kecil itu dengan semangat masing-masing mengambil sepotong pizza dan memakannya dengan lahap.