Demi senyum Bunda

Saat suasana ruang keluarga hening dan terasa canggung, bahkan yang terdengar adalah isak tangis, tiba - tiba masuk Sinta yang dengan hebohnya memeluk sang kakek nenek juga paman dan bibinya.

"kalian kenapa tidak bilang mau kesini, padahal Sinta ingin titip sesuatu" ucap Sinta merajuk .

"memangnya kamu mau apa?" Tanya sang paman sambil menarik hidungnya. "bi...."manja Sinta pada sang Bibi. "pa...jangan ganggu dia" ucap sang Bibi sambil memukul tangan sang paman yang masih menarik hidung Sinta.

"Sinta...nenek,kakek, juga paman dan bibimu kesini karena kangen dengan dirimu, kami bertanya - Tanya apa kamu hidup dengan baik disini" kata sang kakek sambil mengelus kepala Sinta.

Sinta tersenyum mendengar perkataan sang kakek. "kakek, nenek, paman, Bibi,,tenang aja,Sinta akan selalu berusaha selalu baik- baik saja, agar kalian tidak khawatir, karena Sinta tahu, kalau Ada apa - apa dengan Sinta kalianlah orang yang Paling sedih didunia ini"kata Sinta sambilemeluk sang nenek.

perkataan Sinta tanpa sengaja membuat hati orang tuanya bertambah hancur.

"lalu kenapa kamu menerima pernikahan dengan Rama?" Tanya sang Ayah. Kini sang Ayah ingin tahu apa yang membuat sang putri bungsu menerima pernikahan ini. padahal dirinya tidak memaksakan hal itu padanya.

Sinta tersenyum mendengar perkataan sang ayah. Dirinya tahu pasti nenek juga kakek nya pasti habis ngomong sesuatu pada sang ayah. "Ayah....kenapa bilang begitu,,Sinta yang mau kok dengan pernikahan ini" kata Sinta. "katakan alasanmu,,paman tahu kamu tidak menyukai anak yang bernama Rama itu kan ,,sayang....paman juga Bibi adalah orang yang dari kamu dan Sekar kecil, adalah orang yang memimpikan melihat kalian menikah dengan orang yang kalian cintai, kami ingin melihat wajah cantik kalian dibalut baju pernikahan, kami memimpikan kalian menikah Bak putri raja" kata sang paman .

perkataan sang paman membuat Sinta berkaca - kaca. sesungguhnya merekalah orang tuanya yang sebenarnya, yang selalu ada disaat dirinya sakit, sehat, berhasil, juga gagal. Disaat dirinya putus asa, disaat dirinya dibuli...karena tidak Ada orang tua, merekalah yang selalu Ada untuk dirinya.

Sinta berhambur kepelukan sang paman. "terima kasih, hanya kalianlah yang memikirkan semuanya" kata Sinta.

" karenanya nak,,kami berat melepasmu kesini,,karena kami ingin mengantarmu ketempat Sekar berada,,tapi....tiba - tiba kami mendapat kabar pernikahanmu,,padahal kamu belum mengenalkannya pada kami kan" kata sang Bibi Kali ini. "jujurlah sayang....apa kamu menyukai Rama?" Tanya sang Bibi lagi. gelengan serta tangis Sinta dipelukan sang paman membuat sang kakek bertambah murka. Dan membuat sang Ayah bertambah terpuruk.

"lalu...kenapa kamu menerimanya nak?" Tanya sang Bibi lagi lembut. " Ayah akan kesulitan jika pernikahan ini tidak dilakukan, om pras tidak akan membantu perusahaan Ayah, jika perusahaan Ayah bangkrut,, bagaimana dengan Ayah Dan yang lainnya" kata Sinta lirih.

"jadi alasan kamu menikah untuk Ayah?" Tanya sang Ayah Kali ini. "Sinta hanya ingin Bunda tersenyum pada Sinta, sekali saja....Sinta ingin sekali saja Bunda tersenyum untuk Sinta,,hanya itu ....jika dengan pernikahan ini Bunda bisa tersenyum walau sedetik untuk Sinta,,akan Sinta lakukan segalanya untuk senyum Bunda" kata Sinta.

perkataan Sinta membuat semua orang Tak kuasa menahan kesedihan hatinya. bahkan sang Bibi sudah menangis sambil memeluk sang nenek. "seberharga itukah senyum Bundamu?" Tanya sang Ayah lagi. namun Kali ini suara sang Ayah terdengar bergetar menahan tangis.

"karena Sinta tidak akan pernah berani Ayah....Sinta tidak akan pernah berani untuk meminta yang lain...Sinta tahu...tangan Bunda terlalu berharga untuk memeluk Sinta, bahkan berjabat tangan saja membuat tangan Bunda Kotor,karena itu Sinta hanya bisa berharap Bunda mau tersenyum untuk Sinta" kata Sinta lagi.

sang Bunda yang mendengarnya tentu saja menangis semakin jadi, dirinya ingin memeluk sang putri bungsu namun kini sang anak justru semakin memeluk sang paman erat.