Chapter 14 : Operasi Pneumothorax

" Rumah Sakit Adyatama-Jakarta "

Bunda rosmawati berjalan dengan cepat. Ia mencari putranya di rumah sakit. Matanya sembab oleh air mata yang terus mengalir. Berita tentang putranya yang masuk ke rumah sakit telah sampai di telinganya dan sekarang putranya sedang menjalani serangkaian operasi. Di depan ruang operasi kombes.pol haryo menatap nanar seorang wanita yang tengah berlari kearahnya.

"mbak yu...!!", panggil kombes.pol haryo.

"bunda ros...!", panggil serempak dari tim alpha yaitu kapten ervin, sersan satu simon, kopral patimura dan letnan satu akhdan.

Kombes.pol haryo segera menangkap tubuh kakak perempuannya yang hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan.

"alvar, bagaimana haryo...?", tanya bunda rosmawati dengan airmata yang tiada henti membasahi kedua pipinya.

"sabar, mbak yu. Dia mendapatkan penanganan yang baik. Insyaallah dia baik-baik saja. Dia sedang menjalani operasi. Kita doakan saja agar alvar baik-baik saja...", kombes.pol haryo memberikan penghiburan.

Kapten ervin langsung mendekat kepada bunda sahabatnya itu, "bunda, alvar pasti akan baik-baik saja. Bunda, tidak perlu khawatir. Alvar sangat kuat, dia pasti bisa melewati semua ini...", ucapnya mencoba untuk menghibur.

"iya bunda, bang alvar pasti akan baik-baik saja...", sahut dari ketiga anggota tim alpha.

~~~

" Ruang Operasi "

"ada udara bocor antara paru-paru dan dinding dadanya, sudah di pastikan pasien mengalami pneumothorax...!", beritahu dokter basuki, "bagaimana hasil CT Scan nya...?"

Salah satu suster memberikan hasil CT Scan dari pasien bernama muhammad alvar kepada dokter basuki, "pasien mengalami tension pneumothorax dan mengalami gegar otak ringan. Lakukan penyelamatan dengan airway, breathing, circulation segera...!!"

Tension pneumothorax adalah bentuk yang lebih serius dari pneumothorax di mana udara masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar, sehingga tekanan dalam rongga pleura terus meningkat. Ini dapat mengancam nyawa dan memerlukan tindakan medis segera. Dan penyelamatan dengan 3 cara yaitu : 1. Airway adalah memeriksa jalan napas, perhatikan apakah terdapat sumbatan jalan napas seperti adanya bunyi napas tambahan seperti gargling yang mengindikasikan adanya perdarahan di saluran napas, atau stridor yang mengindikasikan adanya obstruksi saluran napas atas. 2. Breathing adalah menilai usaha bernapas (breathing) yang diperhatikan adalah ekspansi dada, laju pernapasan, saturasi oksigen perifer. Ekspansi dada yang tidak simetris dengan laju pernapasan cepat dapat ditemukan pada pneumothorax. Pada pneumothorax traumatik, lakukan juga penilaian terhadap tanda trauma pada dada, seperti memar, luka. 3. Circulation adalah Kegagalan sirkulasi dengan ditemukannya tanda syok seperti hipotensi, takikardia, akral dingin atau sianosis menunjukan kemungkinan terjadinya tension pneumothorax ataupun tamponade jantung.

"dokter balqis, lakukan pemasangan kateter intercostal, segera...!", perintah dokter basuki.

"baik...", jawab dokter balqis, "kak alvar, bertahanlah. Ya Allah, tolong selamatkanlah kak alvar...", doanya dalam hati.

Pemasangan kateter intercostal (chest tube) atau yang dikenal juga sebagai prosedur tube thoracostomy bertujuan untuk melakukan drainase udara atau cairan dari kavum interpleura. Tindakan ini sering dilakukan pada kasus pneumothorax, hemothorax, efusi pleura, empiema, dan chylothorax.

"kita mulai lakukan operasi Torakotomi Aksila...", ucap dokter basuki.

Sebelum dilakukan operasi, pasien terlebih dahulu disuntikan anestesi secara total agar pasien tertidur dan tidak merasakan sakit selama prosedur berlangsung.

"pasien sudah tertidur...", ucap suster kinanti.

Dokter basuki memasang tabung kecil di tulang belakang (tabung epidural) untuk memberikan obat pereda nyeri selama operasi. Selanjutnya, melakukan prosedur operasi Torakotomi atau operasi membuka rongga dada adalah prosedur operasi besar yang digunakan untuk mengakses organ-organ yang ada di dalam rongga dada, seperti paru-paru, jantung, dan kerongkongan. Kanker paru-paru merupakan salah satu kondisi yang sering ditangani dengan operasi ini.

Pada torakotomi aksila, dokter akan membuat sayatan di dekat ketiak (aksila) agar bisa mengakses rongga dada. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengobati pneumothorax serta sebagai prosedur penunjang beberapa operasi paru-paru lainnya dan operasi jantung.

Setelah sayatan dibuat, dokter basuki membuka otot dan mengangkat tulang rusuk agar dapat mencapai isi rongga dada. Tindakan operasi selesai, bagian tulang rusuk sudah di perbaiki. Prosedur operasi torakotomi memakan waktu 4 jam lama nya.

"operasi selesai. Dokter balqis, tolong lanjutkan jahitan nya...", ucap dokter basuki yang langsung keluar dari ruang operasi.

"baik, dokter basuki...", jawab dokter balqis.

Dokter balqis menjahit dan merekatkan kulit pasien kembali menggunakan jahitan, kawat, atau staples bedah di bantu dengan para suster disana.

~~~

" Di Luar Ruang Operasi "

4 jam kemudian, operasi pun selesai. Lampu tanda operasi pun telah padam. Dokter basuki keluar dari ruang operasi dan bertemu dengan keluarga dari pasien yang dia operasi. Kombes.pol haryo, bunda rosmawati, kapten ervin, sertu simon, lettu akhdan, kopral patimura mendekati dokter, untuk menanyakan apakah operasinya lancar atau tidak.

"dokter, bagaimana operasi putra saya? apakah berhasil? Putra saya baik-baik saja kan, iya kan dokter...?", tanya bunda rosmawati bertubi-tubi.

"iya dokter, bagaimana dengan keponakan saya...?", tanya Kombes.pol haryo

Dokter basuki menarik nafas dalam-dalam, dia menarik bibirnya membentuk senyuman, "Alhamdulillah operasi nya berjalan lancar pak, bu kalian tenang saja. Nanti suster akan memindahkan putra ibu ke ruangan ICU untuk beberapa hari sampai kondisinya benar-benar stabil..."

Bunda rosmawati, kombes.pol haryo dan keempat anggota tim alpha menghela nafas lega mendengar itu seketika kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan tadi sirna hilang bagai debu tertiup angin.

"sebelumnya, bapak dan ibu. Bisa bicara sebentar di ruangan saya...?", tanya dokter basuki. Bunda rosmawati dan kombes.pol haryo membalas dengan menganggukan kepala.

"mari silakan...", ucap dokter basuki langsung melangkahkan kaki pergi.

Kombes.pol haryo langsung menarik kaka perempuannya, "mbak yu, tunggulah disini. Biar saya yang ke ruangan dokter nya...", pintanya.

"baiklah...", jawab bunda rosmawati setuju.

~~~

" Di Ruang Dokter Basuki "

Setelah sampai di ruangan dokter, kombes.pol haryo mendengarkan penuturan dokter basuki tentang kondisi dari keponakannya alvar.

"keponakan bapak yang bernama muhammad alvar mengalami shock wave atau gelombang kejut...", ucap dokter basuki.

"apa itu shock wave, dok...?", tanya kombes.pol haryo.

"Shock wave adalah gelombang dengan energi yang hebat serta mampu menembus benda padat. Energi yang kuat ini antara lain dapat dihasilkan dari pesawat supersonik, ledakan bom, petir...", jelas dokter basuki.

"apa memiliki dampak berbahaya pada keponakan saya, dok...?"

Dokter basuki mengeluarkan sebuah map cokelat dan mengeluarkan hasil rontgen milik pasien bernama muhammad alvar, dua film rontgen itu ia taruh ke LED film viewer yang memiliki fungsi untuk melihat hasil dari pemeriksaan rontgen dengan jerni, jelas dan terang.

"ini hasil rontgen milik keponakan bapak, rontgen yang satu ini kondisi paru-paru nya. Karena ledakan hebat pada tubuhnya menyebabkan udara bocor antara paru-paru dan dinding dada atau di sebut pneumothorax..."

"tetapi, bapak tenang saja. Operasi pneumothorax pada keponakan bapak berhasil lancar, sebelumnya saya mendapatkan kabar bahwa keponakan bapak mengalami kecelakaan di jalan raya dengan mobil truk...", ucap dokter basuki.

"iya betul, dok..."

"ini rontgen kedua yang terjadi pada kepalanya. Karena benturan keras dan di perparah oleh shock wave dari ledakan bom keponakan bapak mengalami gegar otak traumatik. Gegar otak traumatik ini adalah gangguan pada fungsi otak yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti benturan, pukulan, atau luka tembus di kepala...", jelas dokter basuki.

"walaupun gegar otak traumatik nya ringan tidak bisa dianggap sepele. Karena bisa mengakibatkan kehilangan kesadaran, kelumpuhan bahkan sampai kondisi koma, untuk itu lebih berhati-hati agar kepalanya tidak mengalami benturan keras lagi...", ucap dokter basuki memberi pesan kepada kombes.pol haryo.

"usai menjalani operasi torakotomi, keponakan bapak perlu menjalani rawat inap selama 5–7 hari sampai kondisinya benar-benar stabil. Jika terjadi sesuatu pada keponakan bapak segera hubungi kami..."

Kombes.pol haryo begitu terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka keadaan keponakannya alvar begitu sangat parah. Kombes.pol haryo menarik nafas lalu menghembuskannya pelan, "baik dok, terimakasih banyak. Kalau begitu saya permisi..."

"iya silakan..."

Kombes.pol haryo beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan tersebut, berkali-kali dia menghembuskan nafasnya berat. Dari kejauhan ia bisa melihat kakak perempuannya begitu gelisah, cemas dan khawatir dengan kondisi putranya alvar.

"haryo, gimana?", tanya bunda rosmawati langsung berjalan kearah adik laki-lakinya.

"mbak yu, gimana alvar...?", tanya kombes.pol haryo.

"alvar baru aja di pindahkan ke ruang ICU...", jawab bunda rosmawati, "haryo, gimana keadaan alvar? Dokter bilang apa...?"

Kombes.pol haryo langsung memberikan map cokelat berukuran sedang kepada kakak perempuannya.

"apa ini...?"

"itu hasil rontgen milik alvar, mbak yu. Dokter tadi menjelaskan alvar mengalami pneumothorax dan gegar otak traumatik karena efek dari ledakan bom dan kecelakaan yang dia dapatkan...", jelas kombes.pol haryo.

Bunda rosmawati, kapten ervin, sertu simon, kopral patimura dan lettu akhdan terbelalak mendengarnya. Bunda rosmawati menepuk dadanya beberapa kali untuk menghilangkan rasa sesak yang menggunung.

"Allah, Allah, Allah..."

Kombes.pol haryo langsung memeluk dan menepuk punggung kakak perempuannya beberapa kali. Pertahanan bunda rosmawati runtuh, dia menangis dalam pelukan adik laki-laki nya, mengeluarkan segala rasa sesak di dada.

Kombes.pol haryo melepas pelukannya, "sabar, mbak yu. Kamu harus kuat! Kalau alvar liat kamu begini, alvar pasti bakal sedih. Mbak yu harus kuat...", ucapnya memberi semangat.

Drttt...!

"sebentar, mbak yu. Ada telepon...", ucap kombes.pol haryo langsung mengangkat panggilan masuk di ponselnya, "hallo..."

"komandan, pelaku sudah membuka mulut...", ucap laki-laki yang berada di seberang sana.

"baik, saya akan segera ke kantor sekarang...", jawab kombes.pol haryo langsung memutuskan panggilan, ia berjalan mendekat kepada kakak perempuannya, "mbak yu, aku pamit pergi dulu karena masih ada urusan di kantor kepolisian. Jika alvar sudah sadar, beritahu aku..."

"iya, hati-hati di jalan..."

"kalian tolong jaga alvar selama saya pergi...", perintah kombes.pol haryo kepada keempat sahabat dari keponakannya.

"iya om, tenang saja. Kami akan menjaga alvar disini...", balas kapten ervin.

Kombes.pol haryo tersenyum sambil menepuk pundak kapten ervin, langsung melangkah pergi dari rumah sakit.

~~~

" Di Ruang Interogasi - Polres Metro Jakarta Pusat "

Ruang interogasi memiliki bilik bersekat kaca yang memisahkan ruang interogasi dan ruangan sebelahnya, yaitu tempat dua petugas polisi berada, kaca nampak tembus pandang sehingga ruangan samping dimana seorang detektif bernama satria tengah mengorek informasi dari pelaku penjualan narkoba. Dua petugas polisi mengamati dengan teliti setiap percakapan serta tindakan yang terjadi di balik sana.

Terlihat detektif satria memencet sebuah benda, yaitu alat perekam suara sekaligus video untuk mendokumentasikan proses penyidikan terhadap pelaku tersebut. Berbagai macam pertanyaan dilontarkannya sesuai prosedur dengan sedikit pertanyaan memojokan pelaku. Namun jawaban dari pelaku hanya pengalihan pembicaran dan malas-malas dalam menjawab.

Tak lama, kombes.pol haryo masuk ke bilik interolasi, "satria, kau boleh meninggalkan ruangan. Biar saya yang menginterogasinya..."

"baik, komandan...", jawab detektif satria langsung melangkah keluar dari bilik interogasi.

Pelaku yang duduk ditengah ruangan dengan kedua tangan dan kakinya di rantai agar tidak kabur, "kamu adalah kepala mereka...?", tanya pelaku yang bernama juwandi.

"iya..."

"pak kepala polisi. Kamu harus percaya padaku. Aku hanya melakukan pekerjaan secara online dengan mengirim barang kepada konsumen. Aku benar-benar tidak tau ada barang-barang seperti itu didalam mobil itu...", ucap pelaku juwandi.

Kombes.pol haryo menganggukkan kepala sambil menyandarkan pantat nya di tepi meja interogasi, "aku percaya padamu, pasti sangat berat sekali untuk membawa barang-barang yang tidak kamu ketahui. Tetapi, saat kami periksa barang-barang itu. Barang itu merupakan obat terlarang yang tidak boleh di perjual belikan berjenis ganja, heroin, methamphetamine dan di tambah lagi kalian melakukan penyerangan menggunakan senjata api...", jelasnya dengan menunjukan kantong bening yang didalamnya terdapat hand gun berwarna hitam.

"bukan, pak kepala polisi..."

Kombes.pol haryo mengambil kursi lipat didepannya, dan duduk disana. Tepat didepan pelaku juwandi, dia mengambil sebuah map berisi identitas lengkap dari lelaki didepannya, "bapak juwandi, yah. usia 40 tahun. Asal bapak tau, saya sudah sering melihat orang seperti mu. Cepat, ceritakan semua yang kamu tau..."

"pak kepala polisi, aku benar-benar tidak tau. Aku hanya bekerja untuk mengantarkan barang itu, aku tidak tau barang itu obat terlarang. Sungguh pak kepala polisi...", jawab pelaku juwandi terus mengelak dan membela dirinya tidak bersalah.

Kombes.pol haryo membuka lembar berikut dari map tersebut, "rupanya bapak juwandi memiliki dua anak perempuan yang masih kecil juga istri, betul pak?"

Pelaku juwandi gemetar ketakutan, keringat dingin bercucuran di keningnya saat polisi yang ada dihadapannya membicarakan tentang keluarganya, "pak kepala polisi. Jika saya mengatakan semuanya, apa saya akan bebas dari kematian...?"

Kombes.pol haryo berdiri dari duduknya dan kedua tangannya memegang kedua bahu pelaku juwandi, "bapak tidak memiliki syarat untuk bernegosiasi. Selama bapak memberitahu kepada kami dengan jujur. Kami akan menjamin keaman istri, dua anak perempuan bapak. Ceritakan semua dengan jujur, ini adalah cara penyelamatan diri paling baik..."

Dengan menarik nafas panjang, pelaku juwandi akhirnya mau membuka mulut untuk bercerita, "baik, pak. Saya akan menceritakan semuanya..."

~~~

" Ruang Rawat VVIP - Rumah sakit Adyatama "

Di ruang opname berkelas VVIP yang didalamnya ruangan yang besar dan dilengkapi dengan ranjang tidur besar, set sofa, bedside cabinet, AC, LCD TV, meja dan kursi. Di ranjang tidur seorang dokter laki-laki bernametag cipto di bantu dengan dua orang perawat memasang infus, menyuntikan obat dan memeriksa keadaan tubuh pasien bernama ardiyanto bagaskara.

"terimakasih, dokter...", ucap ardiyanto.

Dokter cipto tersenyum, "sama-sama, pak. Jika nanti perlu sesuatu atau apapun itu anda bisa memanggil suster atau bisa memanggil saya langsung, untuk sekarang bapak istirahat terlebih dahulu. Kami permisi dulu...", pamitnya.

Ardiyanto mengangguk kepala seraya tersenyum menatap kepergian dokter cipto bersama dua perawat nya, "rudy, anak muda yang menolongku bagaimana kondisi nya?"

"saya mendengar dari dokter cipto. Anak muda yang menolong bapak mengalami pneumothorax akibat dari ledakan rompi bom itu, baru saja operasi nya selesai dan sekarang dibawa ke dalam ruang ICU...", jelas rudy yang merupakan asisten pribadi dari ardiyanto.

"oh ya, siapa nama anak muda itu...?"

"namanya muhammad alvar, dia seorang tentara...", jawab asisten rudy.

Ardiyanto merasa sedih setelah mendengar kabar tentang anak muda yang menolongnya, keadaannya lebih para darinya dan dia bersalah sekali setelah tau anak muda bernama muhammad alvar itu seorang tentara muda. Anak muda itu terluka parah karena melindungi dirinya.

"dia sudah berjasa untuk melindungiku, setidaknya aku harus menolongnya untuk membalas budi atas kebaikannya. Jadi rudy, tolong kamu urus biaya administrasi dari operasi, perawatan, pengobatan dan lain-lainnya saya yang tanggung. Kamu mengerti...?", perintah ardiyanto.

"baik pak, saya akan melaksanakan sesuatu perintah anda..."

"dan satu lagi... saya ingin dokter terbaik di rumah sakit ini untuk mengobatinya. Dia harus benar-benar sembuh!", tegas ardiyanto.

"baik pak..."

###