Chapter 15 : Siuman

" Ruang Administrasi - Rumah sakit Adyatama "

Pukul 08.00 WIB

Keesokkan paginya bunda rosmawati berjalan menuju ke ruangan administrasi untuk melunasi kekurangan biaya operasi putra tercintanya. Namun, hal mengejutkan justru ia dapatkan saat pihak administrasi mengatakan kalau seluruh biaya operasi, pengobatan dan perawatan sudah di tanggung oleh seseorang yang bernama ardiyanto bagaskara.

"permisi, mbak. Saya mau mengurus kekurangan pembayaran putra saya yang bernama muhammad alvar rusydi...", ucap bunda rosmawati.

Sang petugas administrasi segera mengecek berkas dokumennya yang ada diatas meja, "muhammad alvar rusydi yang kemarin operasi pneumothorax?"

Bunda rosmawati mengangguk, "iya betul..."

"oh, baru saja dilunasi tadi"

Deg. Seketika, bunda rosmawati langsung tertegun. Kedua matanya langsung membulat, "benarkah?"

Sang petugas administrasi mengangguk, "iya. Baru saja dilunasi oleh bapak ardiyanto bagaskara"

"mbak yu...!"

Bunda rosmawati langsung berbalik badan ketika mendengar ada yang memanggil dengan sebutan mbak yu dan rupanya adik laki-laki yang memanggilnya.

"mbak yu, Alvar bagaimana? Siapa yang jaga disana?", tanya kombes.pol haryo, "sedang apa disini...?".

Bunda rosmawati menghela nafas terlihat begitu sedih, "alvar sampai sekarang belum siuman. Aku menitipkan sama farida sama bagus yang kebetulan menjenguk alvar. Oh ini, aku ingin membayar kekurangan biaya dari operasi nya alvar. Tapi, aku mendengar dari petugas administrasinya kalo biaya operasi, perawatan dan pengobatan alvar sudah di lunasi oleh bapak ardiyanto bagaskara...", jelas bunda rosmawati.

Duar. Sebuah petir di pagi hari langsung menyambar kepala kombes.pol haryo. "ardiyanto bagaskara?" katanya yang tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"kamu kenal dengan nama itu...?"

"dia salah satu Investor Indonesia dari ARK Group dan orang yang di tolong alvar kemarin...", jawab kombes.pol haryo.

Mendengar itu bunda rosmawati bertambah terkejut, kombes.pol haryo memegang pundak kakak perempuannya, "mbak yu. Tidak perlu khawatir, urusan itu. Biar haryo saja yang mengurusnya. Mbak yu fokus dengan penyembuhan alvar..."

~~~

" Di Ruang ICU - Rumah sakit Adyatama "

Setelah 48 jam menunggu, akhirnya alvar sadar juga. Alvar membuka mata yang masih terasa berat. Kepalanya mendadak didera rasa pening. Suara Bedside monitor menggema di ruang kamar. Pandangan alvar mengedar, aroma obat-obatan menyeruak. Dalam sekali lihat, alvar sudah tau bahwa ia berada di ruang ICU. Alvar lantas memejamkan mata tatkala tidak menemukan siapapun di sekitarnya.

Alvar menyentuh selang endotrakeal yang terpasang pada mulut sampai batang tenggorokan kemudian berpindah menyentuh selang nasogastrik yang terpasang pada lubang hidung sebelah kanan.

Ia berkedip lambat, sedikit menolehkan kepala dan menurunkan tangan. Ditatapnya jarum jam dinding yang bergerak. Suara bedside monitor memenuhi ruang ICU. Alvar mengernyitkan dahinya saat kepalanya berdenyut-denyut.

Pintu ruangan terbuka masuklah seorang dokter dan perawat untuk memeriksa keadaan alvar.

"ada nyeri pada dada?"

Alvar lantas sedikit menoleh, menatap dokter yang berdiri disampingnya, "balqis...", panggilnya tak bersuara.

Balqis menyambung kalimatnya, "kalau iya. Kak alvar kedipkan mata satu kali. kalau tidak, kedipkan mata dua kali..."

Alvar mengedipkan mata dua kali.

Balqis lantas tersenyum serayap menatap alvar, "syukurlah alhamdulillah, kondisi vitalnya kak alvar sudah bagus. Besok pagi selang yang terpasang sudah bisa dilepas. Setelah itu, kak alvar bisa langsung di pindahkan ke ruang rawat inap biasa..."

Alvar membalas dengan menganggukkan kepala samar-samar. Mata alvar menatap langit-langit bangsal dengan tatapan menerawang, "sudah berapa hari aku tidak sadar...?", tanyanya yang tak bersuara.

"kak alvar 2 hari tidak sadar...", jawab dokter balqis yang seakan tau dari tatapan mata alvar.

Pintu ruang ICU terbuka. Masuklah bunda rosmawati dengan matanya seketika berkaca-kaca melihat putranya telah membuka mata. Dia mendekat dan langsung memeluk putra tercintanya. 

"kamu sudah sadar, sayang, apa ada yang sakit? Kalau ada yang sakit bilang ya biar bunda panggilkan dokter buat meriksa kamu...", ucap bunda rosmawati dengan cemas.

Alvar dengan keadaan lemah, dengan di bantu alat Ventilator dia menarik bibir membentuk senyuman menatap bundanya. Karena alat penunjang pernafasan tersebut alvar tidak bisa berbicara untuk menjawab pertanyaan dari bundanya. Dia hanya membalas dengan gelengan kepala dan mengacungkan jari jempol tanda bahwa dia baik-baik saja.

~~~

" Ruang Rawat VVIP - Ardiyanto Bagaskara "

Pintu ruang opname berkelas VVIP dari ardiyanto bagaskara terbuka masuklah seorang laki-laki berseragam polisi yang tidak lain adalah kombes.pol haryo.

"selamat pagi pak ardiyanto. Saya haryo dari pihak kepolisian metro jakarta pusat, kedatangan saya ingin menanyakan terkait kronologi kejadian kemarin di hotel manhattan. Sebelumnya saya minta maaf menganggu waktu bapak pagi-pagi dengan keadaan bapak yang masih dalam penyembuhan karena kejadian kemarin...", ucap kombes.pol haryo, 

"selamat pagi pak. Oh ya tidak apa-apa pak, sama sekali tidak menganggu dan keadaan saya sudah jauh lebih membaik. Saya merasa senang sekali bisa membantu pihak kepolisian untuk memberikan keterangan pada kejadian kemarin di hotel manhattan...", jawabnya ardiyanto dengan senyum ramah.

"rudy. Tolong buatkan kopi...!"

"baik, pak...", jawab asisten rudy.

"tidak perlu repot-repot pak sampai membuatkan kopi untuk saya, saya tidak apa-apa...", tolak kombes.pol haryo dengan halus.

"tidak apa-apa pak. Oh ya lebih baik kita berbicaranya duduk di sofa saja akan lebih nyaman, mari silakan...", kata ardiyanto.

Asisten rudy dengan sigap membantu tuannya untuk berdiri dan menuntunnya ke sofa, dengan perlahan ia menurunkan tuannya untuk duduk di sofa.

"segera buatkan kopi...!", perintah ardiyanto.

 Asisten rudy mengangguk, "mohon maaf pak. Kopi nya manis atau pahit...?"

"pahit saja..."

Setelah itu asisten rudy langsung beranjak pergi dari ruangan untuk membuatkan kopi. Tak menunggu lama asisten dari ardiyanto masuk kedalam ruang opname dengan membawa secangkir kopi pahit, ia menaruh cangkir kopi pahit itu tepat didepan kombes.pol haryo.

"silakan diminum kopinya, pak..."

"terimakasih banyak...", jawab kombes.pol haryo langsung mengambil cangkir kopi pahit itu dan menyeruputnya pelan, "pak ardiyanto. Mari kita mulai saja, sebelumnya saya jelaskan ini hanya prosedur kami sebagai pihak kepolisian untuk meminta keterangan dari saksi yang bersangkutan. Apa bapak siap...?"

Ardiyanto mengangguk, "siap pak..."

"baik. Jika tidak keberatan, bisa bapak menceritakan kronologi kejadian, sampai atas dasar apa pelaku menculik bapak dari hotel manhattan pada hari kamis kemarin. Silakan pak...", ucap kombes.pol haryo.

"hari kamis kemarin, saya dan mas satya pergi untuk ke toilet selepas acara seminar istirahat, kami berbincang-bincang biasa. Setelah itu, dari dalam salah satu toilet keluar laki-laki memakai penutup masker, laki-laki itu sempat mencuci tangan bersama kami. Saat kami berniat untuk beranjak dari toilet dengan tiba-tiba laki-laki itu menembak betis mas satya...", jelas ardiyanto.

Kombes.pol haryo mendengar dengan seksama penjelasan lelaki didepannya mengenai kronologi kejadian kamis kemarin di hotel manhattan, "apa bapak melakukan percakapan dengan pelaku saat itu...?"

"iya. Saat itu saya menanyakan pada laki-laki itu, siapa kamu? apa maumu? dan saya juga menawarkan uang. Tapi jawaban laki-laki itu tidak membutuhkan uang. Dia menyuruhku untuk menuruti perintahnya. Dia juga mengancam akan membunuh saya dan mas satya jika tidak mengikuti perintahnya...", jawab ardiyanto.

Kombes.pol haryo mengangguk dan sedikit mengerti motif dari pelaku hassan, "lantas. Saat anda berada dalam mobil, apa yang terjadi disana? Bisa bapak ceritakan...?"

Ardiyanto mengusap-usap dagu berpikir mencoba untuk mengingat kejadiannya saat didalam mobil bersama pelaku itu, "saya tidak begitu jelas mengingatnya. Saat itu yang saya ingat. Dia meminta saya untuk memakai rompi bom, kemudian menyuntikan suatu cairan ke dalam tubuh saya dan... Setelah itu, semuanya gelap saya tidak sadarkan diri"

Ardiyanto menunduk sedih sambil mengela nafas, "mengenai mayor alvar. Saya mendengar anda pamannya. Saya benar-benar minta maaf yang sebesarnya, karena berusaha menolong saya keponakan anda kondisinya begitu parah..."

Kombes.pol haryo sedikit terkejut saat pak ardiyanto meminta maaf padanya kemudian menarik bibir tersenyum, "bapak tidak perlu merasa bersalah seperti itu, sudah menjadi resiko dan tugasnya sebagai abdi negara untuk melindungi masyarakat..."

Ardiyanto mengangguk dengan tersenyum, "keponakan anda begitu sangat pemberani dan hebat...", pujinya.

"tentang biaya rumah sakit...?"

Ucapan kombes.pol haryo terputus saat ardiyanto menyela, "bapak tidak perlu khawatir tentang hal itu. Saya sudah menanggung semua pengobatan dan perawatan keponakan bapak, anggap saja sebagai rasa terimakasihku dan balas budiku kepada keponakan bapak karena sudah menolong saya..."

"saya sangat-sangat berterimakasih untuk hal itu. Terimakasih banyak pak ardiyanto...", ucap kombes.pol haryo. 

Ardiyanto mengangguk sambil tersenyum lebar, "sama-sama, pak. Tenang saja keponakan bapak pasti akan kembali sehat. Saya sudah memerintahkan semua dokter terbaik di rumah sakit ini untuk menangani keponakan anda..."

"terimakasih banyak pak...", balas kombes.pol haryo. 

~~~

" Ruang Pertemuan - Polres Metro Jakarta Pusat "

Ruang pertemuan Polres Metro Jakarta Pusat dipenuhi para detektif kepolisian yang sengaja dikumpulkan untuk tugas khusus tentang penyelidik obat terlarang berjenis ganja, heroin, methamphetamine akhir-akhir ini kembali beredar kencang di indonesia, khususnya sedang marak di kalangan anak muda kota Jakarta.

"seperti yang kalian ketahui. Akhir-akhir ini kota Jakarta sedang marak kembali dengan kemunculan obat terlarang berjenis ganja, heroin, methamphetamine...", ucap kombes.pol haryo sambil mengganti slide power point, disana menampilkan poto koper hitam besar berisi narkoba, "didalam koper ini total dari obat terlarang yang mereka bawa 14,1 gram, semua dikemas dalam 43 paket. Setiap kemasan memiliki berat dan harga bervariasi mulai Rp 200 juta - 300 juta..."

"para pengedar sekarang meninggalkan cara lama yang awalnya pengiriman konvensional mulai menggunakan metode baru dengan jasa pengiriman paket untuk mengelabuhi petugas. Model pengiriman narkoba dengan menggunakan jasa pengiriman paket tergolong efektif. Modus baru peredaran narkoba tersebut dinilai bisa mengalihkan kecurigaan aparat terhadap pengiriman narkoba tersebut...", jelas kombes.pol haryo sembari mengganti slide power point, slide berikutnya menampilkan 4 pelaku pengedaran narkoba, "di kasus ini ada 4 orang pelaku. Mereka bernama alex, gilang dan supardi dan juwandi. Tiga dari pelaku tersebut mencoba meracuni diri, mereka dinyatakan meninggal tak lama setelah di kirim ke rumah sakit..."

Slide berikut, seorang laki-laki dari pelaku pengedaran narkoba bernama juwandi, "selanjutnya. Dia bernama bapak juwandi, usia 40 tahun. Menurut pengakuannya, bratajaya merupakan investor sejati dari barang terlarang itu, dia adalah pria yang di panggil calvis brox. Sudah di pastikan ini merupakan sidikat narkoba jaringan calvis brox..."

Deg. Semua terkejut kala mendengar nama calvis brox disebut oleh kombes.pol haryo.

"kalian pasti tau dengan nama calvis brox? Dia tersangka pengedar narkoba dan merupakan buronan utama untuk semua kasus perdagangan narkoba yang dipimpin olehnya. Ia merupakan gembong narkoba terbesar di Indonesia. Selain itu, ia memiliki banyak nama samaran dari setiap transaksinya diantaranya cassanova, abercio, the psycho, termasuk bratajaya..."

"menurut pengakuan pak juwandi. Dia tidak pernah bertemu dengan calvis brox dan barang terlarang tersebut, dia mendapatkannya melalui seorang perantara di situs web bernama "kota impian" untuk berkomunikasi dengannya. Tugasnya hanya mengirimkan barang terlarang itu kepada alex, gilang dan supardi yang selanjutnya akan di distribusikan ke kota-kota besar dan kampung...", jelas kombes.pol haryo.

Salah satu detektif bernama brama mengangkat tangan untuk bertanya, "izin pak"

"silakan..."

"pak. Jika benar ini sindikat narkoba jaringan calvis brox, apa penculikan pak ardiyanto oleh pelaku bernama hassan ada kaitannya...?", tanya detektif brama.

Kombes.pol haryo mendaratkan pantatnya ke kursi, "iya. Menurut saya penculikan pak ardiyanto dan hassan ini sangat berkaitan. Menurut pengakuan dari pak ardiyanto dan pak satya yang sebagai saksi dan korban di kasus ini. Mereka mengatakan pelaku hanya menyuruh pak ardiyanto untuk mengikuti semua perintahnya. Setelah di dalam mobil pelaku menyuntikan cairan obat bius kepada pak ardiyanto..."

"dan disini. Sudah dipastikan pelaku melakukan penculikan itu untuk mengelabuhi agar semua polisi melakukan pengejaran kepadanya agar transaksi narkoba mereka di parkiran hotel manhattan berhasil...", jelasnya.

Detektif yang duduk di bangku ke tiga bernama romy mengangkat tangan, "pak. Informasi didapat dari Pelaku hassan ini. Dia salah satu anggota dari abu yussha yang salah satu anggota teroris perserikatan islamiyah..."

"selama 2 tahun lebih calvis brox tidak melakukan pergerakan. Tetapi sekarang dia mulai bergerakan, pastinya ini bukan sesuatu yang baik jika mereka berdua bersatu...", ucap kombes.pol haryo yang merasa cemas.

"baiklah, Kalau begitu rapat selesai. Saya akan memberitahu jadwal kerja langkah selanjutnya. Kelompok A, terus lacak keberadaan hassan. informasi terkaitnya, kirim ke pusat komando lalu lintas. Minta mereka untuk membantu memperhatikan dan mengawasi. Kelompok B, terus perhatikan petujuk dan cari tau siapa perantara dari pelaku juwandi di situs web "kota impian" dan kelompok C, tindak lanjuti tersangka calvis brox dan hassan. Selidiki hubungan antara perserikatan islamiyah dengan calvis brox. Kita harus memastikan bahwa kasus ini tidak menjadi jalan buntu...", perintah kombes.pol haryo.

"siap. Dimengerti...!!", jawab serempak para detektif kepolisian.

~~~

" Di Ruang Opname - Muhammad Alvar "

Keesokkan harinya. Hari yang cerah di Ibukota Jakarta. Bunda rosmawati bersyukur karena kondisi alvar putranya semakin membaik dan telah dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Bunda rosmawati duduk di kursi samping brankar sambil mengenggam lembut tangan putranya.

"sayang, masih ada yang sakit?" tanya bunda rosmawati yang menatap putranya harap-cemas. Tanpa sadar mengeratkan genggaman tangannya.

Di brangkar alvar menarik senyum manis kepada bundanya, lalu menggeleng samar, "tidak bunda. Alvar hanya sedikit haus saja..."

"sebentar. Bunda ambilkan minum untukmu", ucap bunda rosmawati yang kini bangkit menuangkan air ke gelas. Ia lalu menyodorkan ujung sedotan ke bibir putranya sambil menatapnya lembut, "minum pelan-pelan..."

Alvar hanya menyedot sedikit air karena efek alat pembantu pernafasnya yaitu ventilator yang menyebabkan tenggorokannya sakit. Dan sebab itulah ia tidak bernafsu apapun untuk mengisi perutnya.

Tiba-tiba terdengar isakan kecil dari bunda rosmawati. Tangan alvar kembali di genggam erat. Lalu alvar menatap bundanya, "bunda kenapa menangis?" tanyanya dengan khawatir.

"bunda..."

Dengan suara serak bunda rosmawati memohon sambil terus mengenggam tangan alvar erat, "bunda takut. Bunda takut kehilangan kamu. Jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi! Jangan meninggalkan bunda! Cuman kamu satu-satunya keluarga dan hidup bunda di dunia ini..."

Alvar mengusap butiran air mata bundanya, "maafkan alvar, bunda. Alvar udah buat bunda khawatir. Tapi alvar janji sama bunda, tidak akan pernah pergi kemana-mana. Alvar akan selalu di sisi bunda sampai kapanpun. Alvar tidak akan melakukan hal yang membuat bunda khawatir lagi..."

Alvar begitu sedih dan marah kepada dirinya sendiri karena kembali membuat bundanya khawatir sampai menitikan air mata. Entah, sudah berapa banyak air mata yang di teteskan bundanya untuk dirinya.

Bunda rosmawati tersenyum tipis menatap ke arah putranya dengan mata yang sayu. Sedangkan tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala alvar sambil menganggukkan kepala, "janji yah! Awas aja, kalau ketahuan berbohong bunda akan hukum kamu lari 10 kali di lapangan...", ancamnya.

Alvar terkekeh, "iya janji bunda..."

###

Alat Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan. Alat ini umumnya dibutuhkan oleh pasien yang tidak dapat bernapas sendiri, baik karena suatu penyakit atau cedera yang parah.