Mission: Day 5 (2)

Di saat aku dan Rick berisirahat di Eternal Castle...

Rumah 'keluarga'-ku...

"Lindungi aku, Avery," Suara genit itu membuat amarah Avery memuncak. "Tetap tinggal di sini, ya..."

"Tinggalah di sini, Nak," bujuk Chad. "Siapa tau monster itu masih mengejar."

Ibu tampak melamun.

"Tidak ada monster lagi, Mr.Lynch," geram Avery. "Berapa kali harus saya katakan bahwa Azalea sudah membunuhnya."

"Azalea pasti bohong!" lengking Bella. "Dia itu cuma pengecut. Mana mungkin bisa membunuh monster sekuat itu!"

Avery menggebrak meja, membuat Bella dan Chad tersentak kaget. Jelas bahwa mereka ketakutan melihat raut wajah Avery yang murka.

Isla menahan Avery.

"Jangan buat ini semakin rumit, Avery," gumam Isla. "Kita tunggu konfirmasi terakhir dari Rick dan Azalea."

Avery berbalik menghadap Isla.

"Kita tidak tau apakah mereka selamat atau tidak!" seru Avery.

"Avery, Azalea kuat," desah Isla, tidak yakin. "Rick juga lumayan. Setidaknya, dia bisa menahan serangan beberapa saat. Mereka tidak akan mati semudah itu."

Avery menghempaskan tubuhnya ke sofa dan mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Mereka belum mengirimkan konfirmasi," ujar Avery pelan. "Bagaimana kalau-"

"Kamu terdengar seperti pacar yang amat khawatir," kekeh Isla. "Aku sudah melihatnya."

Avery mendongak.

"Akan kuberitau nanti," Isla tersenyum. "Kita harus menyelesaikan misi dulu."

"Kalian tetap di sini, kan?" tanya Bella.

Isla tersenyum dan mengangguk.

"Hanya sampai konfirmasi terakhir muncul," geram Avery.

Wajah Bella kembali tertekuk, tapi dihibur oleh ayahnya.

Ibu menghela nafas.

"Aku harap dia baik-baik saja," gumam ibu. "Ini salahku."

Semuanya menoleh.

"Lupakan kejadian itu!" desis Chad.

"Mana mungkin!" Ibu terisak-isak. "Aku yang menghancurkan masa depannya, Chad. Aku melupakan janjiku dengan Necro."

"Jangan panggil dia," geram Chad.

"Kamu tidak bisa mengelak bahwa aku punya anak dari Necro!" seru ibu. "Aku melupakan janji itu."

"Janji apa?!" seruan Bella mengagetkan Isla.

"Janji bahwa akan merawat dan menyayangi Azalea seperti kamu, Bella," ujar ibu.

Bella hendak protes, tapi ditahan oleh ayahnya yang tampak pasrah.

"Necro akan mengambilnya!" seru ibu. "Aku tidak mau!"

Layar seperti hologram muncul.

Berlatar belakang kamar yang mewah dan gelap.

"Apakah terhubung?" Suara Azaleamembuat semuanya mendongak. "Ah! Sudah. Rick, cepat kemari. Kamu harus kembali ke kamar secepatnya."

Sosok Azalea dan Rick muncul.

"Wah, kalian masih di rumah Azalea, ya," kekeh Rick.

"Pergi setelah matahari terbit," ujar Azalea. "Aku sudah mengabari Justin dan Will."

"Lalu, kalian?" tanya Isla.

"Kami tak apa," Rick tersenyum.

Suara pintu diketuk terdengar dari kejauhan.

"Suruh pelayanmu pergi dulu, Azalea," desis Rick.

"Michaelis, pergi dulu! Akan kupagil kalau aku perlu sesuatu!" seru Azalea.

Suara ramah bercampur dingin terdengar.

"Daulat, Nona," ujarnya. "Panggil saya kalau ada perlu, atau saya akan diubah menjadi makanan roh oleh Master."

"Tentu, Michaelis!" seru Azalea.

"Azalea, ceritakan petualangan kalian!" seru Isla.

"Itu panjang," kekeh Azalea. "Akan kuceritakan di perkemahan. Oh, ya ampun!"

Rick menoleh dan menjerit.

"Suruh itu pergi, Azalea! Dia bukan peliharaan, tau!" pekik Rick.

"Itu peliharaan ayah!" Azalea cemberut. "Dan dia lucu!"

"Kamu sembut black mamba dan serigala salju lucu?!" pekik Rick.

"Nel, kamu keluar dulu, ya," Azalea tampak menggendong sesuatu keluar dan kembali.

"Kamu tau, Avery, Isla?" kekeh Rick.

"Apa?!" Avery terlihat kesal.

"Jangan marah, Sobat," canda Rick. "Azalea menjadi tuan putri di sini. Kami jalan-jalan berdua tadi, menyelinap, dan setiap roh selalu takut dan hormat kepada Azalea."

Wajah Avery semakin menunjukkan ekspresi kesal.

"Rick, kamu harus keluar!" seru Azalea. "Aku takut Michaelis datang untuk membangunkan kita. Cepat!"

"Iya, sabar!" seru Rick.

"Sampai jumpa," Azalea melambai dan layar itu lenyap.

Avery menggeram rendah.

"Tenang, Avery," Isla tersenyum lembut. "Akan tiba saatmu."

"Ya," Avery mengangguk.

Isla terkekeh dan berbisik, membuat Avery memukul kepala Isla dengan bercanda. Isla cemberut.

"Itu imbalan!" keluh Isla. "Ayolah, bantu aku juga!"

"Baiklah," Avery mengangguk bosan. "Tapi, aku tidak janji kalau itu berhasil. Kamu tau dia seperti apa, kan?"

Isla mengangguk dan memeluk Avery singkat.

Bella hendak ikut memeluk, tapi ditahan oleh ibunya.

"Mami?" Bella cemberut.

"Dia bukan milikmu, Sayang," gumam ibu. "Half-blood sudah ditakdirkan bersama half-blood atau orang spesial lainnya, bukan makhluk fana seperti kita."

"Aku saudara tiri dari... Azalea..." gumam Bella. "Aku spesial."

Seekor burung gagak terbang masuk dan berubah menjadi sosok lelaki rupawan berambut hitam rapi dengan mata merah darah. Ia berpakaian seperti butler dan tersenyum ramah.

"Selamat malam, Keluarga Lynch," Ia membungkuk 15°, menoleh ke Avery dan Isla. "Selamat malam, Half-blood."

"Saya datang untuk memberitahukan keputusan Master terhadap pelaanggaran janji yang kalian lakukan, Chad Lynch dan..." Lelaki itu tersenyum kaku. "Tulipia Lynch."

Ibu menunduk dan menghela nafas berat.

"Master memutuskan agar Azalea Ly-" Lelaki itu tersenyum licik. "Maaf, salah. Azalea pandora."

Ibu semakin menunduk.

"Tidak akan pergi ke sekolah manapun," ucap lelaki itu. "Ia akan tinggal di Eternal Castle dan baru kemari 2 minggu sebelum musim panas dimulai."

"Hei-" Chad tampak protes, tapi langsung bungkam ketika lelaki itu tersenyum kaku padanya.

"Nona sendiri telah menyetujuinya," ujar lelaki itu.

"Kamu siapa memangnya?!" seru Bella.

"Saya Michelis, Vampir Origin yang ditugaskan sebagai pelayan pribadi nona," Michelis tersenyum.

"Kenapa dia harus disana?" gumam ibu.

"Anda lupa perjanjian itu?" Michaelis berkata dingin. "Anda membuat Nona tidak menganggap ini rumah."

Ibu terisak.

Michaelis membungkuk dan kembali terbang dalam bentuk burung gagak.

Avery dan Isla hanya memandang itu.

Serumit itukah kehidupan seorang Azalea... Pandora?