Ayah memperbolehkanku kembali ke dunia fana sebulan sebelum perkemahan musim panas itu dimulai.
Keluarga Lynch berperilaku tidak seburuk dulu (kecuali Bella yang jauh lebih pongah).
Mereka mengajakku pergi ke pantai (jujur saja satu minggu Bella merengek tidak mau), walau aku juga tidak peduli karena di Last Place of Soul Spellcaster selalu mengajakku ke pantai di daerah kekuasaannya.
Pantai itu berada di sisi timur.
Sepi. Ketika Bella berenang-renang, Chad yang bermain surfing, dan ibu yang menyiapkan makanan untuk piknik... aku duduk menekuk lutut, masih mengingat betapa indahnya pantai-pantai di daerah kekuasaan Spellcaster.
Airnya biru jernih dengan pasirnya yang putih (lebih lembut dari apapun yang pernah kurasakan). Ketika keluar malam-malam, batu-batu karang akan berpendar aneka warna dan laut berpendar akibat ikan-ikan bercahaya yang menepi ke pantai.
Aku memilih berjalan-jalan di tepi pantai, duduk di salah satu karang paling tinggi dan bermain ponsel.
Isla mengirimkan foto liburannya di Hawaii. Rick sedang berada di Madrid (entah ngapain), dan Avery sedang berlibur di Amsterdam.
Avery mengirim pesan padaku.
AVERY
|Hei, apa kabarmu?
|Aku merindukanmu. Kamu akan kembali ke perkemahan kapan?
Aku mengetik jawaban secepat mungkin.
|Aku baik-baik aja, sedang liburan di pantai.
|Aku akan ke perkemahan 3 hari sebelum dimulai.
AVERY
|Tunggu sebentar
|Aku ingin meneleponmu
Chat berhenti dan disambung oleh telepon. Aku mengangkat persis ketika Bella merebutnya.
"Hallo, Sayang!" seruan Bella membuatku yakin kalau akan membuat Avery jantungan.
Bella menekan speaker.
"Kenapa kamu yang angkat, huh?!" balas Avery ketus. "Azalea, kamu ikut mendengarkan?"
"Ya," gumamku.
"Ah, ya ampun! Aku merindukan suaramu," kekeh Avery.
"Beberapa hari lagi, Anak Penjara," balasku.
"Aku tidak sabar, Puteri Kematian," sambung Avery.
"Jangan lupa untuk membawakanku oleh-oleh," ucapku.
"Kalau oleh-olehnya pelukan aja gimana?" ledek Avery.
"Enggak mau," candaku.
"Kejamnya..." Aku mendengar kikikan ibu Avery dari kejauhan.
Aku tersenyum, memikirkan bagaimana ekspresi Avery di Amsterdam.
"Apakah kamu mendapat pesan dari ayahmu?" tanyaku.
"Ya," jawab Avery. "Setiap malam. Sampai aku bosan."
"Yah, pokoknya sampai jumpa di perkemahan," ucapku.
_____________________________________
Beberapa hari kemudian...
Keluarga Lynch mengantarku hingga tiba di perkemahan. Untuk waktu yang singkat, penghalang magis akan dilenyapkan agar keluarga Lynch dapat masuk dan keluar tanpa dipanggang oleh naga logam.
Pak Jack sudah menyambut kami.
Ibu sibuk mengobrol dengan Pak Jack, tidak peduli dengan Chad dan Bella yang bingung.
"Ibu, dimana calon suamiku?" tanya Bella.
"Sudah berapa kali harus kubilang bahwa kalian tidak akan pernah bisa bersama," ujar ibu.
"Maksudmu adalah Avery?" Pak Jack melirikku sambil terus tersenyum.
"TENTU SAJA!" lengking Bella. "Dimana dia sekarang? Aku yakin bahwa dia saat ini sedang memikirkanku..."
Aku memutar bola mata.
Kami mendengar suara derap kaki yang terkesan terburu-buru. Aku menoleh ke arah sumber suara.
Avery.
Rambut hitamnya tampak berantakan (perlu kuyakini bahwa itu membuatnya terlihat lebih "panas"), bola mata legamnya berkilat antusias. Ia memakai celana training hitam dan kaus merah dengan lambang chaos.
Ia melompati 5 anak tangga terakhir dan menggendongku (dia memelukku begitu erat sambil memutarku).
"Waa!" Aku refleks memeluk lehernya. "Aduh, Avery! Turunin aku dong!"
Ia melemparku pelan dan menangkapku.
"Ah! Aku rindu sekali denganmu!" gumam Avery sambil memelukku seerat mungkin.
"Benarkah?" Aku mengangkat alis. "Bukannya kamu sudah tunangan dengan Bella?"
Aku dapat merasakan pelukan Avery semakin erat.
Aku mendorong Avery lembut, ia melepaskan pelukannya dan menjalin jemarinya dengan jemariku.
"Oh, ya?" Avery menghadap keluarga Lynch.
Aku bersumpah Bella nyaris pingsan di situ.
Avery mengecupku dan menggendonhku ke pondoknya.
Itu membuat seluruh pekemah berseru-seru.
Ah... I love you so much, My Perfect Boyfriend, Avery.