Adel kembali duduk sambil menunduk setelah Celin dan Rey benar-benar menghilang dari pandangan nya.
Diruangan itu tinggal tersisa dua orang. Adel dan Emer yang sedang mengusap-usap kepalanya mencolok memberikan kekuatan walau nyatanya tak bereaksi apapun.
Flashback_on
Adel asik tertawa tanpa suara. Dua ekor kucing sedang bertengkar seperti memperebutkan sesuatu. Seseorang seketika memeluknya dari belakang membuatnya sedikit terkejutnya.
Adel mengangkat wajah nya dan melihat orang yang memeluknya adalah seseorang yang sudah dianggap nya sebagai kakak. Dia mengganti tawa palsu itu menjadi senyum penuh kebahagiaan. Lalu balas memeluknya. Namun tak sengaja Adel melihat seseorang berada diluar bersandar pada dinding. Adel mengenal postur tubuh yang membelakangi nya. "apa kak Rey marah sama aku gara-gara aku minta disuapin? " tanya Adel dalam hati.
Adel melepaskan pelukannya "kenapa kakak baru datang sih? ".
" mending kita duduk dulu! "
"sebenarnya aku bukan cuma mau jenguk kamu aja! "
"Terus apa dong??? " tanya Adel mulai resah.
"pertama aku memang mau jenguk kamu, karena aku kangen adikku yang manja ini.. "Celin mencubit pipi Adel gemas.
" Yang kedua, aku mau pamit (suaranya sedikit menurun) aku mau pamitan"
"Pergi kemana? " setelah sempat berdiri karena reflek, Adel kembali duduk dan bersandar di bahu Emer. Emer sedikit terkejut namun tetap diam dan ikut menyimak adalah pilihan yang cukup bijak.
"Reynand sayang, kamu gak akan masuk? "
Setelah Celin memastikan Rey duduk tidak jauh darinya, Celin malah mendekat kan diri ke Adel.
"Aku harus ke Prancis mencari banyak inspirasi dari negara yang kaya akan parfum itu.. Dengan begitu jika aku dapat banyak inspirasi perusahaan ku akan tambah berkembang"
"Sayang kamu kok gak ngasih tahu aku sihhhh"
"Aku udah ngasih tahu kamu kok, cuma kamu aja terus memotong tidak mau mendengar"
"Aku bakal kesepian dong"
"Ada Emer" Celin melirik Emer yang tersenyum lalu bergantian melirik Rey yang penasaran menunggu perkataan Celin selanjutnya.
"Rey juga akan ke sini menggantikan aku untuk jenguk kamu! "
Rey tersentak sejenak. Ia sendiri mengakui kalau ia adalah orang yang sangat emosian, sehingga selama Celin memaksanya untuk datang kesini ia tidak mendengar apapun selain Johan yang memintanya untuk ikut Celin saja. Hanya entah kenapa, dihadapan Adel ia bisa menahan itu. seperti sekarang ini.
"Sayang aku tahu kamu sayang banget sama Adel, aku juga sayang dia. tapi... "
"oke lah.. " ucap Rey setelah melihat ekspresi Celin yang memohon.
"Adel kamu mau denger penjelasan aku selanjutnya kan? "
Adel menatap orang-orang disekitarnya. Emer dan Celin yang menanti jawabannya. Serta Rey yang tersenyum menenangkan ketika mereka tak sengaja saling bertumpu pandang.
Adel mengangguk kemudian bersandar kembali di bahu Emer.
Pemandangan seperti itu yang tidak mau dilihat Rey. Ia akan merasa cemburu padahal Rey tahu pasti kalau hatinya hanya milik Celin dan tidak akan berubah. "Kenapa kamu memaksa ku untuk ikut, aku hanya ingin menjaga perasaanmu! " ucap Rey dalam hati.
flashback_off
"Dia bukan menolak mu, dia hanya butuh waktu.! "
Adel mengangguk lalu mengusap satu tetes air mata yang sempat mengalir.
* * * *
Emer menghisap lebih dalam rokoknya. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam, ketika ia ke Rooftop rumah sakit tempat ia bekerja untuk sekedar menenangkan diri. Mengobati puluhan pasien cukup membuatnya lelah
Matanya menerawang sendu pada gedung pencakar langit yang ada di hadapan nya. Bola mata berwarna coklat teduh itu berkabut memandang langit gelap kota Bandung.
Di tempat lain...
Sesudah Rey memastikan kalau Celin sudah memasuki rumah nya. Ia memutuskan untuk kembali ke kantor.
Begitu sampai di ruangan nya, Rey langsung memeriksa berkas-berkas yang sempat ditinggalkan nya.
"Arghhh... "Teriakannya lolos begitu saja. Sungguh yang diamanatkan Celin jauh dari ekspetasi nya. Bukan gengsi atau apapun itu, yang Rey ingin kan hanya menjaga perasaan Celin dan melindungi perasaan nya sendiri.
" Nape loe bos? "tanya Johan yang baru masuk lalu duduk dihadapannya sambil memberikan berkas yang diminta Rey.
" udah jam delapan malam, napa gak langsung balik! "
"ini semua gara-gara loe, jadi gue gak bisa nolak Celin! "
"para karyawan udah pada balik! " ucap Johan mengacungkan keluhan Rey.
"Gue bingung, satu sisi gue gak bisa nolak keinginan Celin,, satu sisi lagi gue gak mau kesana tapi gue ingin. "
* * * *
Emer membuang rokok yang hanya tersisa ujungnya saja. Lalu menginjak puntung nya agar api yang masih menyala padam. Ia mengecek jam di pergelangan tangannya. Jam setengah sepuluh malam, ia terhenyak sesaat. Ketika ia mengingat ada seseorang yang harus ia temui diruangan no tiga puluh delapan sekarang.
Emer lantas berdiri dan meraih jas dokter yang ia gantungkan dikursi yang sudah disiapkan pihak RSJ dan berjalan melewati beberapa ruangan.
.
.
.
.
.
Baru sampai sini saya menyalurkan ide saya membuat sebuah alur cerita. Mungkin ber belit-belit. Tapi saya harap readers suka..
Maaf yaa buat para readers kebingungan, kalau kalian punya ide untuk alur yang selanjutnya, silahkan di kolom komentar.
Jangan sungkan kritik saya apabila ada typonya. Jangan lupa juga pake bahasa sopan yaa😊😊
cukup sekian dan trimakasih, selamat menunggu chapter selanjutnya 😊😊