Saat dalam mobil pun aku masih menatap wajahnya yang menjadi walpaper hp. Aku mengusap wajahnya bersamaan air mataku keluar.
"hiks..maafin aku sayang, maafin aku.." bisikku pelan.
"seharusnya aku mengerti dengan sikap kamu ini.."
"kamu harus sembuh sayang, hiks..harus sembuh sayang.." isakku pelan, ternyata suara isakku terdengar juga oleh dirles dan khristal yang duduk di kursi depan.
"bang.." khristal memegang tanganku, bermaksud menguatkan aku. Namun aku ga menjawabnya hanya isak aja semakin terdengar jelas.
"hiks..hiks..istriku harus sembuh..aku masih menginginkan dia, hiks..hiks.." aku masih mengusap wajahnya dilayar hp.
"sera pasti sembuh bang, abang harus kuat supaya sera juga kuat melewatinya." aku hanya mengangguk lalu menatap dia senyum kemudian aku menghapus kasar air mataku.
"iya, aku harus kuat karena istriku membutuhkan aku saat ini, dia harus sembuh." mencoba tegar, Khristal pun mengangguk.
"gue yakin sera kuat bro.." sahut dirles dari depan aku dan l lagi-lagi mengangguk.
Kami pun sampai di rumah sakit, aku langsung keluar dan berlari ke ruangan sera, sementara dirles dan khristal masih dibelakang.
Terlihat josh di luar duduk dengan julia, aku pun menghampiri mereka.
"josh, julia.."
"james, lo datang.." aku pun mengangguk.
"istri gue mana? kenapa kalian di luar?" aku kembali panik.
"tadi sera sempat kritis namun reigns berhasil menanganinya dan sera kembali tenang meski memungkinkan lagi dia akan kumat."
"huh, jadi sera udah tenang."
"iya.." jawab julia.
"josh, julia gimana dengan sera?" kenapa kalian diluar? yang nemani dia siapa? anak gue mana?" kristal tiba-tiba ngerocos dari belakang.
"sera di dalam kok lagi tidur, anak lo tadi udah bosen jadi gue telpon tante sharon. Jadi anak lo udah sama oma dan opanya di bawa pulang."
"ya Tuhan syukurlah, jadi kenapa kalian di luar?" tanya khristal lagi.
"hemm, mama dan mertua james ada di dalam."
"apa? mereka di dalam?" kagetku.
"iya james, tadi hp sera berbunyi terus ternyata telpon dari mamanya. Mau ga mau kita angkat telponnya dan katakan yang sejujurnya."
Aku pun langsung masuk ke dalam dan bener aja orang tua kita berada di dalam.
"mama, papa.."
"james.." sahut mama.
Plakk..plakk..!!
"ma.." kagetku saat mama menampar aku.
"bisa-bisanya kamu pergi ninggalin istri kamu yang berjuang sendirian di sini hah?" aku hanya menunduk.
"dimana tugas kamu jadi seorang suami? malah sahabatnya yang mendampingi dia, malu mama sama kamu james."
"maafin james ma.."
"mama udah tahu semua apa yang terjadi sama menantu mama. Hiks..hiks..mama sedih melihat dia menderita penyakit ini tapi kamu malah pergi." sentak mama.
"mba..mba udah, semua udah terjadi dan ga semua salah james. Aku tahu bagaimana cintanya james sama anakku, aku tahu itu mba dan aku sangat berterima kasih sama james karena masih mau datang." ucap mertuaku, aku hanya menatap mama tirinya sera.
"james.." ucap mertuaku.
"ya ma?"
"apa kamu akan meninggalkan anakku setelah mengetahui penyakitnya? apakah kamu akan berhenti mencintai dan menjaganya? hiks..hiks..mama hanya mau tahu nak dan kalau iya pergilah, kita bisa menjaga sera kok." aku langsung menggeleng kepala berkali-kali lalu mendekati kedua mamaku.
"sebelumnya maafkan james karena ga pernah menemani dia selama sakit. Sama dengan kalian, james juga baru tahu tadi. Sera menyembunyikan penyakitnya dari aku. Dan yang harus mama tahu begitu juga papa, james sangat-sangat mencintai istri james bahkan dengan kondisi dia sekarang james masih mencintai dia." ucapku dengan mata berlinang.
"dan james ga ada sedikit pun niat untuk meninggalkan dia, engga ada, justru james menerima dia dengan segala kekurangannya dan james ingin menjaga dia. Hiks..hiks..james terlalu mencintai sera." kedua mama aku pun langsung memelukku dan aku membalas pelukan mereka.
"mama tenang aja ya, james janji akan menjaga dia dan kita akan berjuang bersama."
"james?"
"ya ma?"
"reigns bilang sera harus angkat rahim, apa kamu tahu?"
"iya, james tahu ma."
"lalu, apa kamu siap kehilangan anak selamanya dari darah daging kamu dan sera?"
"james siap ma, lalu apakah mama siap kehilangan cucu kandung mama?"
"mama siap nak, anak bisa kita adopsi dan mama lebih ga siap kehilangan menantu mama."
"iya, makasih mama.."
"enghh..." suara itu, aku langsung menoleh ke suara itu.
"sera.." lirihku saat melihat dia mencoba membuka mata dari tidurnya. Aku langsung melepaskan pelukan kedua mamaku dan mendekati ranjangnya.
"sayang.." lirihku sambil genggam tangannya. Dia tampak kaget dan melihat sekelilingnya, aku pun menoleh ke arah mama.
"ma, pa bisa tinggalkan kita berdua di sini. James ingin berdua dengan istriku."
"iya, kalian memang butuh waktu berdua, kita keluar dulu ya." aku pun mengangguk.
Aku melihat sera yang masih menatap samping tepatnya jendela.
"sayang.." dia masih diam.
"sayang..sayang..aku di sini." dia masih diam namun badannya bergetar.
"hiks..hiks.." isaknya kecil, fix dia menangis. Aku pun berdiri dan memalingkan pipinya untuk melihatku.
Hatiku sakit melihat wajah pucatnya dengan mata sembab. Dia masih mengeluarkan air matanya dan aku masih menatapnya meski dia menunduk, aku menggenggam kedua tangannya mengecupnya berkali-kali.
"maaf..maaf sayang..maaf.." ucapku bergetar. Aku hanya mendengar isaknya cukup kuat, aku langsung duduk di atas kasurnya.
"aku mencintai kamu sayang, sangat mencintaimu sayang.."
"jangan menangis sayang.." aku menghapus air matanya dan sesekali memperbaiki selang oksigen di hidungnya yang tergeser.
Dia masih terisak, lalu aku menyatukan kening kita, aku mengusap lembut kedua pipinya.
"aku di sini sayang, aku di sini. Aku ga akan meninggalkan kamu meski kamu memintanya." jatuh juga air mataku meski udah mencoba untuk menahannya.
"kita akan berjuang bersama sayang, kita akan berjuang melawan penyakit kamu dan kamu harus kuat istriku.."
"hiks..hiks..james.." akhirnya dia bersuara. Air mataku pun semakin deras, aku langsung mencium lama keningnya.
"iya sayang, aku di sini. Jangan takut sayang, aku ga marah lagi kok sama kamu."
"hiks..hiks..maafin aku james." ucapnya lirih.
"ga sayang, kamu ga salah dan kamu ga perlu minta maaf, ga perlu sayang." ucapku menatap dia lalu kembali mencium keningnya.
"james, aku sakit.." lirihnya sedih.
"aku yakin kamu pasti sembuh, jangan takut sayang." lalu aku mengangkat dia pelan untuk duduk bersandar dengan menggunakan bantal di punggungnya.
Aku menghapus air matanya yang masih terus mengalir, aku mencoba tersenyum untuk dia, merapikan rambutnya bahkan mencubit pelan pipinya udah menirus.
"aku di sini sayang.." dia pun mengangguk senyum.
"gitu donk, aku kan udah kangen sama senyum kamu ini." dia pun terkekeh, aku hanya menatap dia senyum.
"james.."
"iya sayang?"
"aku minta maaf ya sama kamu, udah bohong sama kamu dengan merahasiakan selama ini penyakitku."
"dan aku juga udah mengusir kamu, aku tahu kamu udah sangat jauh kecewa sama aku. Aku tahu aku yang salah.." saat dia bicara pun aku masih setia mengusap sayang kepalanya.
"dan aku tahu alasan dibalik kamu merahasiakan ini sama aku, aku udah tahu semua sayang, jadi ga udah merasa bersalah lagi ya." kembali kecup tangannya.
"dan masalah kamu tadi usir aku, aku udah melupakan itu, aku juga tahu kamu dengan berat hati mengatakannya karena yang aku tahu kamu ga ingin aku tinggal kan?" dia pun mengangguk.
"sayang aku ingin kamu sembuh, aku ingin kamu hidup denganku dengan waktu yang sangat-sangat lama di dunia ini."
"kamu juga ingin sembuhkan?" dia pun mengangguk.
"masih ingin kita bersama lagikan?" dia pun mengangguk lagi.
"cintakan sama aku?"
"iya, aku cinta banget sama kamu." aku pun tersenyum.
"apapun yang terjadi dan apa pun resikonya aku udah siap menerimanya sayang." tampak dia bingung.
"demi kita berdua sayang, tolong kamu mau ya untuk angkat rahim kamu." terlihat dia kaget, ga lama dia melepaskan genggaman kita. Dia kembali mengeluarkan air matanya, aku sangat memahami itu dan aku akan membuat dia dan meyakinkan dia untuk ambil keputusan ini.
~••~••~
(Jamessss.....kamu romantis banget sih, baik lagi. Sera itu beruntung dapatkan suami kayak kamu😍😍😍😍😍😍😍)