"WAHH....!"
Suara tangisan Eli memenuhi satu ruangan, yang menarik perhatian guru. Wanita itu menghampiri Eli dan 2 bocah laki-laki itu. Dia melihat Eli yang kehabisan suaranya namun dia tetap menangis. Kedua bocah itu terus menarik Eli dan terus berdebat akan menikahi Eli. Mereka tak memperhatikan Eli yang kesakitan, menangis keras disamping mereka.
Dia menatap Eli dengan ekspresi khawatir. Wanita itu berjongkok kemudian menepuk pundak kedua bocah itu, "Apa yang kalian lakukan?"
"Miss! Aku ingin menikahi Eli tapi Johan tiba-tiba datang dan mengatakan Eli akan menikah dengannya!" kata bocah yang menarik tangan kanan Eli
Anak yang bernama Johan yang menarik tangan kiri Eli, menggelengkan kepala. Dia melakukan pembelaan "Eli mengatakan tidak menyukaimu, dia tak mau menikah denganmu!"
Kedua bocah itu saling menuduh dan menghina bahwa Eli akan menikahi salah satu diantara mereka. Wanita itu menghela nafas, ini bukan pertamakalinya anak-anak meributkan soal pernikahan. Wanita itu menepuk pundak mereka sekali, "Sudah, sudah. Apa kalian tidak melihat Eli? Lihat, Eli kesakitan karena kalian menarik tangannya"
Kedua bocah itu, langsung menoleh ke arah Eli yang sekarang sesenggukkan. Mereka melepaskan tangan Eli yang sekarang sudah memerah. Kedua bocah itu merasa bersalah, tanpa disuruh Guru, mereka meminta maaf pada Eli dengan ekspresi sedih.
"Eli, maafkan aku"
"Maaf, Eli"
Eli kelelahan karena menangis. Dia sudah berhenti menangis tapi masih sesenggukkan. Eli melihat tangannya yang putih dan mungil telah memerah. Karena kulitnya yang putih pucat, merah ditangannya terlihat jelas.
Disini, Eli tidak mengerti mengapa tangannya mungil dan kenapa ia diperebutkan oleh bocah. Apa yang terjadi, apa ini hukuman alam?
Yang ada dipikiran Eli, hanyalah hukum alam bawah yang dia terima. Dia masih belum sadar bahwa dia telah dipindahkan ke tubuh gadis kecil yang nama panggilannya sama seperti dia, Eli.
Wanita itu melihat Eli mengerut alis dan matanya yang bulat memerah. Eli menatap bekas merah yang ada ditangannya, dia berpikir Eli ketakutan melihat tangannya yang memerah. Wanita itu mendekati Eli, kemudian mengulurkan tangannya "Eli, ayo ikut Miss Tere. Miss akan mengobati tanganmu"
Miss Tere menggendong Eli dan membawanya ke ruang kesehatan. Eli yang kebingungan didalam gendongan Miss Tere, tak henti-hentinya bertanya 'APA YANG TERJADI?!'
Diruang kesehatan, Eli duduk di kursi empuk. Kursi itu awalnya kecil namun saat Eli duduk, kursi itu sangat besar hingga bisa diduduki 3 Eli lainnya. Tangan Eli mungil meraih gagang kursi. Dia menempatkan dirinya keposisi yang lebih nyaman.
Meski awalnya Eli tak yakin, Eli merasa bahwa dirinya berada di tubuh anak-anak. Dan melihat warna seragamnya yang pink dengan rok besar, dia yakin bahwa sekarang, dia adalah anak perempuan. Ingat anak perempuan. Dan Rohnya adalah laki-laki!
Laki-laki ditubuh perempuan? Mustahil, apa ini hukum alam bawah?
Tak bisa bertanya pada siapapun, Eli lebih memilih diam seribu bahasa. Membiarkan Miss Tere mengobati dirinya. Mendekati pukul 3 dimana kelas telah dibubarkan. Dibawah gendongan Miss Tere. Dia menyiapkan tas kecil yang dibawa 'Eli' setiap hari.
Miss Tere telah menelepon orang tua 'Eli' karena kejadian tadi. Jadi Eli tidak perlu menebak yang mana orang tuanya. Karena tubuhnya masih anak-anak dan dia sudah menghabiskan energinya untuk menangis. Dia tidur dipundak Miss Tere dengan wajah cemberut. Bulu matanya yang lentik dan pipinya agak memerah karena efek menangis menambah keimutan Eli, semua orang berpikiran seperti itu.
Seorang wanita berjas merah dan pria berjas hitam berjalan dengan cepat. Wajah mereka menampilkan kekhawatiran yang tak terbendung. Melihat gadis kecil yang digendong sekilas seperti anaknya, mereka sekali mempercepat langkah.
"Eli..." kata wanita itu penuh dengan kecemasan, Miss Tere mengalihkan Eli kegendongan pria berjas hitam "Ada apa dengan tangannya?"
"Ah.. Seperti yang saya katakan, anak anda terlalu manis hingga diperebutkan menikah oleh Johan dan Varel" Miss Tere memberikan senyum canggung, dia takut mengatakan yang salah.
"Dimana kedua bocah itu?" suara pria berjas hitam sudah jatuh, wajahnya agak menggelap. Dia tak terima anak gadisnya yang masih berusia 6 tahun sudah diperebutkan untuk menikah, dia tak rela!