Sarapan

Pintu yang tak jauh dari kamar Eli terbuka, Yohan sambil menguap keluar dari kamarnya. Dia memandang Papanya yang baru bangun menuju kamar Eli.

Seperti biasa, Gerald mengemban tugas untuk menjemput Eli. Yohan yang masih mengantuk, sedang tidak tertarik untuk mengambil tugas Papanya.

Dia berjalan pelan di koridor dengan setengah mengantuk. Yohan memperlambat langkahnya untuk menunggu Papanya dan adiknya keluar. Dia ingin berjalan bersama dengan Eli.

Ingat dia hanya ingin adiknya bukan papanya.

Terdengar pintu terbuka, Yohan mengira Papanya akan menggendong adiknya tapi yang dia lihat adalah Gerald dengan tampang seriusnya, berlari tergesa-gesa kembali menuju kamarnya. Papanya nyaris membuat keributan dipagi yang tenang.

Tapi.. Ada apa? Dan dimana adiknya, Eli?

Kenapa Papanya meninggalkan Eli dikamar?

Yohan memutar balik tubuhnya, menuju kamar adiknya. Melihat ekspresi Papanya yang serius membuatnya Yohan khawatir pada Eli. Dia berpikir Papanya melakukan sesuatu yang buruk pada adiknya.

Kemudian Yohan mempercepat langkahnya. Menemukan pintu kamar Eli tidak tertutup rapat, dia langsung masuk. Mendapati adiknya yang duduk manis dan sudah berpakaian rapi, Yohan lega melihatnya.

Jika Seseorang benar-benar melakukan hal buruk pada adiknya, Yohan tidak segan-segan untuk membalas 10 kali lipat. Tidak peduli siapapun itu, teman, keluarga atau kekasih masa depannya, dia tetap akan memprioritaskan Eli daripada lainnya.

Eli memikirkan perilakunya barusan. Dia sadar bahwa dia agak berlebihan, Gerald mungkin sakit hati padanya. Eli yang tahu dirinya salah tidak menyalahkan dirinya sendiri. Nanti dia akan menghibur Papanya, Eli yakin Gerald akan melupakan kejadian tadi.

Baru saja dia duduk di kasur, Eli melihat Yohan yang tiba-tiba masuk. Ekspresi Yohan awalnya buruk penuh dengan kekhawatiran namun sedikit membaik setelah cukup lama menatapnya dari bawah hingga atas.

Mendapati adiknya yang sudah mandi dan berpakaian rapi, dia tersenyum. Adiknya sudah mandiri, Eli bisa bagun pagi dan pergi mandi sendiri. Walaupun pikirannya sama seperti Gerald, Yohan meragukan kebersihan Eli saat mandi tapi dia menghargai mandi bebek pertamakali adiknya.

Mengetahui rambut Eli setengah basah, Yohan mengambil handuk di lemari kecil Eli, seakan dia tau semua letak barang-barang Eli. Mendekati Eli kemudian membantu adiknya mengeringkan rambut, dia juga mengecek apakah rambut adiknya masih licin atau sudah bersih. Yohan dengan lembut, dia mengeringkan rambut Eli.

Eli merasakan Yohan mengelap rambutnya dengan lembut seolah-olah dia adalah barang langkah. Dia kurang suka diperlakukan seperti princess, dia mulai berpikir untuk mengomeli sikap Yohan sekarang tapi bagaimana jika Yohan akan sakit hati seperti Papanya tadi?

Mendapati hal ini, Eli cemberut. Pemikirannya terpengaruh oleh tubuh kecil, membuat dirinya bertingkah layaknya anak seusia tubuhnya. Tapi yang Yohan lihat adalah adiknya ngambek karena dia terlalu lama mengeringkan rambutnya. Dia dengan gemas mencubit pipi Eli.

Yohan meletakkan handuk setelah yakin rambut adiknya agak kering, dia mengulurkan tangannya agar Eli menggengamnya. Eli dengan enggan meraih tangan hangat Yohan, dia turun dari kasur miniaturnya.

Mengikuti langkah Yohan, mereka baru saja melewati pintu kamar Eli. Ketika Gerald dengan rambut yang masih basah, terpaku menatap kedua anaknya.

"Yohan! Kamu mencuri tugas Papa lagi!" Gerald kesal, dia sudah cepat-cepat mandi agar bisa menerima ciuman kecil dari putrinya namun yang dia dapati, Yohan mengambil tugasnya dan lagi, Yohan belum mandi! Kenapa Eli mau dengan Yohan?!

Eli yang mendapati suasana hari Papanya yang buruk, dia merasa bertanggung jawab pada apa yang dia lakukan pada Gerald. Tanpa sadar dia menjual keimutannya, Eli berkata "Papa harum! Eli suka Papa yang wangi!"

Gerald yang awalnya kesal karena Yohan, langsung bahagia mendapati Eli yang memeluk kakinya, benar-benar kecil dan imut.

Gerald langsung melupakan amarahnya pada anak laki-lakinya. Dia langsung mengangkat tubuh kecil Eli. Kemudian mencium pipinya dengan penuh kasih sayang.

Kedua orang itu berjalan meninggalkan Yohan sendirian. Yohan yang awalnya terpaku karena tindakan Papanya yang tiba-tiba merebut Eli darinya.

Dia hanya menghela nafas, menyusul Papa dan Adik kecilnya menuju ruang makan. Sampai di ruang makan, Yohan duduk di samping Eli yang memberikan segala pujian kepada Gerald.

Disisi lain, Mamanya hanya makan dengan tenang tapi tak lupa memperhatikan keluarga kecilnya. Anna memberikan sayur kesukaan Gerald, memilah ikan kesukaan Eli dan mengambil daging panggang kesukaan Yohan. Anna puas setelah membagikan kesukaan mereka masing-masing kemudian dia lanjut memakan makanannya. Rutinitas ini, tak pernah dia lupakan dan akan selalu dia lakukan untuk keluarganya tercinta.

Kekuarga itu makan penuh dengan 'keributan' yang pelaku utamanya adalah kepala keluarga sendiri. Tidak belajar dari hari kemarin, Gerald memberikan wortel lagi kepada Eli. Hal ini membuat sang kakak, Yohan marah. Dia tidak suka Papanya usil dengan Adiknya. Bagaimana jika Eli mati karena tersedak makanan yang tidak dia sukai?

Yohan marah sambil mengancam Papanya akan mengambil tugas favoritnya. Eli sebagai korban keributan hanya biasa saja, dia merasa baik-baik saja, sungguh kedua pria ini berlebihan. Bahkan Anna sebagai Istri Gerald dan Mama Yohan berpura-pura tidak melihat seakan dia tidak kenal mereka.

Mama apa yang kamu lakukan? Jangan menghindari tanggung jawabmu sebagai istri dan mama!

Batin Eli kesal, tak sanggup melihat perdebatan konyol pria kecil dan pria besar. Dia juga melakukan hal yang sama seperti Anna. Dalam hatinya tertulis 'Aku Tidak Kenal Mereka'.

Pria kecil dan pria besar masih berdebat hingga Anna dan Eli selesai makan. Anna berdiri dari tempat duduk, begitu juga Eli yang turun dari kursinya secara perlahan.

"Eli sudah selesai makan?" Tanya Gerald yang berhenti berdebat.

Eli hanya mengangguk kemudian menghampiri Mamanya, dia menggandeng tangan Anna. Anna yang sigap langsung menggendong putrinya. Kemudian mulai meninggalkan ruang makan.

"Mama, Eli, mau kemana?" Tanya Yohan yang agak panik karena ditinggal oleh mereka.

Secara serempak, Mama dan anak langsung menjawab dengan nada ketus, "Sekolah".

Kedua pria itu menjadi panik ketika mendengar jawaban mereka. Terlalu banyak berdebat membuat mereka lupa untuk makan, keduanya mulai berusaha menghabiskan sarapan mereka.

Dalam moment ini, Eli dan Anna saling memandang satu sama lain sambil menyipitkan mata karena senang membuat kedua pria itu panik.

Sepertinya, kehidupan ini tidak buruk. Eli merasa dia mendapat Mama yang cocok dengan karakternya.

He he..