Keesokan harinya, Eli bangun pagi-pagi sekali karena dia tidur lebih awal. Mengusap matanya yang agak mengantuk, dia melempar selimut di tubuhnya. Dia bingung harus berbuat apa, jam di dinding masih pukul 5 pagi. Dia ingat bahwa Gerald akan membangunkannya pukul 6 pagi.
Jadi.. apa yang harus dia lakukan selama 1 jam a..
Eli tak ingin kerasukan karena terlalu lama menunggu. Jika ini dikehidupan sebelumnya, dia akan mandi sekarang kemudian membuatkan sarapan untuk saudara-saudaranya.
Eli akan mati kebosanan bila harus menunggu Gerald 1 jam lagi. Jadi Eli memutuskan untuk mandi. Dia akan mandi sendiri.
Eli turun dari ranjangnya yang tingginya disesuaikan dengan tubuh kecilnya tanpa harus takut jatuh. Kini dia mengerti kenapa dan apa guna dari miniatur kamar serba orange ini. Eli dengan mudah melakukan apapun di kamarnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
Eli berjalan menuju lemari, berniat untuk mengambil pakaiannya. Dia terpaku ketika pintu lemari terbuka. Dia lupa bahwa ini pakaian perempuan!
Lebih tepatnya, dia lupa bahwa dia sekarang seorang gadis kecil yang imut.
Percaya atau tidak, Eli memerah. Dia malu karena faktanya sebelum dia hidup kembali, dia adalah pria a.. Dan sekarang dia memerah karena melihat pakaian perempuan.
Walapun dikehidupan sebelumnya, Eli pernah merawat adik perempuannya dari bayi hingga berumur 2 tahun tapi dia agak canggung mengetahui dia 'harus' merawat dirinya sendiri.
Eli menghela nafas, tidak mudah baginya menerima kenyataan bahwa dirinya yang sekarang adalah seorang perempuan. Namun seiring berjalannya waktu, Eli yakin dia akan terbiasa dengan tubuh dan dunia barunya sekarang.
Eli bergegas mengambil baju, dia berlari kecil menuju kamar mandi. Dia menjijit meraih kenop pintu kemudian memutarnya. Eli perlu tenaga ekstra untuk membuka pintu, mencoba beberapakali dia berhasil membuka pintu kamar mandi.
Eli melipat kedua tangannya di dada kemudian mengangkat dagunya, tersenyum bangga.
Entah karena dia tubuh anak kecil, pikirannya menjadi ikut kekanakan. Dia merasa bangga karena bisa membuka pintu kamar mandi sendiri.
Eli bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Dia melepaskan baju tanpa melihat tubuhnya. Dia agak malu karena merasa tidak sopan mengintip tubuh 'Eli'. Tapi cepat atau lambat, dia akan terbiasa memandikan tubuh ini.
Tak mau berlama-lama di kamar mandi, Eli mandi secepat kilat. Meski tubuh Eli kecil namun pemikirannya adalah orang dewasa, dia bukan anak kecil yang akan mandi bebek di bak mandi. Serta kebiasaannya yang dulunya sebagai laki-laki masih melekat padanya, dia tak suka mandi lama-lama, cukup 15-20 menit saja.
Dengan cekatan Eli membasuh tubuhnya. Mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya, tak lupa Eli menutup matanya. Dia mengenakan pakaian secara perlahan, wajahnya agak cemberut karena semua pakaian di lemari 'Eli' sulit untuk dia kenakan sendiri.
Sebagian besar pakaiannya adalah gaun dan baju yang beresleting di belakang punggungnya. Jadi dia hanya mengenakan kaos panjang selutut bergambar kucing putih.
Tak lupa pikiran kekanakannya muncul, Eli memandang dirinya dicermin sambil tersenyum. Kedua tangannya berada di pinggang, dia dengan riang memutar-mutar tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Dia menyukai penampilan imut 'Eli', tak ada yang bisa mengalahkan pesona imutnya.
Ouw.. sungguh kekanakan.. Entah berapa lama lagi pikiran Eli akan berubah menjadi pemikiran 'si kecil Eli'.
Belum seminggu dia berada di dunia ini, Eli bisa merasakan perubahan pada dirinya. Seperti sifat Eli bercampur dengan 'si kecil Eli'. Contohnya seperti sekarang Eli tanpa sadar membuat banyak ekspresi imut didepan cermin. Seperti sedang belajar menjual 'keimutannya' atau bisa dibilang kedepannya Eli akan menjadi narsis?
Setelah Eli puas, dia sadar bahwa dia tak bisa lepas dari sifat si kecil Eli. Dia ingin membenturkan kepalanya ketika dia dengan santainya membuat ekspresi tak wajar bagi jiwanya yang seorang laki - laki.
Eli dengan cemberut mengambil handuknya yang basah dan menjemurnya secara sembarangan di kursi riasnya. Eli berjalan menuju pintu kamar, dia ingin keluar dari kamar miniaturnya.
Tapi sebelum dia membuka pintu, pintu itu sudah dibuka oleh orang lain. Gerald yang masih mengenakan piyama tidur masuk ke kamar Eli. Rambut agak berantakan terlihat sekali, dia baru bangun dari tidurnya.
Gerald berniat membangunkan putri kecilnya namun dia mendapati putri kecilnya sudah mengenakan baju yang berbeda dari semalam dan rambutnya masih basah.
Dia tak pernah berpikir bahwa putrinya sudah bisa mandi sendiri. Sejak beberapa hari yang lalu, Eli mandi sendiri. Pada hal, selama ini, Eli selalu dimandikan oleh Suster pribadinya, Kina.
"Eli, apakah kamu mandi sendiri?" Tanya Gerald dengan nada yang salah.
Eli mengangguk linglung, apa yang salah? Dia hanya mandi sendiri.
Gerald melihat putrinya linglung, dia tersenyum kemudian memuji putrinya yang sekarang sudah bisa mandi sendiri. Meski dia tak yakin bahwa putrinya mandi dengan bersih.
"Eli sudah dewasa"
Gerald merentangkan tangannya. Meraih Eli kecil, mencium bau wangi dari putrinya yang sudah mandi. Gerald tak tahan ingin meminta ciuman rutin dari anak gadisnya.
"Sayang, beri papa ciuman" kata Gerald sambil mendekatkan pipinya ke wajah bulat Eli.
Namun Eli menahan pipi Gerald, dia juga seorang laki-laki meski dia dulu gay tapi dia juga orang yang pemilih. Gerald memang terlihat masih muda san tampan tapi dia bukan selera Eli.
Sesaat Eli lupa jika Gerald adalah Papanya di masa sekarang, bukan kandidat untuk menjadi kekasihnya.
Dengan cemberut Eli memberi beralasan, "Papa bau! Papa belum mandi. Eli gak suka orang bau!"
Ketika mendengar anak gadisnya berbicara ketus tentang dirinya yang bau. Hati Gerald hancur.
Apakah dia sebau itu hingga putrinya tidak mau memberikan ciuman rutinnya?
Dengan sedih Gerald menurunkan Eli. Kemudian dia berkata cepat, "Eli, maafkan Papa. Tunggu di sini, papa akan mandi dan menjemputmu"
Pintu tertutup, keheningan mengisi kamar miniatur. Eli mengerutkan alis, dia mulai berpikir apakah dia menyakiti hati Papanya?