Bu Mega dan Mbo Minah membawa bubur ayam ke atas dan bergabung bersama Murni dan Richman. Sebenarnya mereka juga belum makan sejak pagi karena cemas memikirkan dua sejoli ini.
Wajah Riichman dan Murni cerah ceria, seakan-akan tidak pernah ada masalah sebelumnya.
Mbo Minah dan Bu Mega mengajak mereka berunding mengenai persiapan pernikahan mereka berdua.
Murni dan Richman menginginkan pernikahan sederhana yang di hadiri keluarga dan teman dekat saja. Pernikahan di rumah baru mereka.
Tiba-tiba suara orang banyak yang berkumpul di muka toko, Mbo Minah membukakan pintu, ternyata teman-teman Murni di PKBM, mereka mendengar pernikahan mereka di percepat, jadi mereka datang ingin menjadi panitia. Mbo Mibah mempersilahkan mereka bergabung rapat diatas.
Awalnya pernikahan Richman dan Murni dilaksanakan secara sederhana, dengan banyaknya yang bergabung membantu dan berpartisifasi agenda acara berubah menjadi pesta meriah seperti pesta rakyat. Richman menyerahkan mereka sepenuhnya mengatur acara itu, lalu pamit diri mengurus persiapan pembukaan pangkalan minyak di rakit.
Sementara panitia pernikahan sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Richman sibuk menyiapkan usaha barunya yang menarik perhatian warga. Papan nama "PT Cahaya Murni Abadi" ukuran 1x2 terpasang dengan megah di atas pintu.
Babak baru Juragan Richman telah di mulai.
Richman yang sekarang bukanlah Richman yang dikenal orang 3 bulan sebelumnya. Richman yang sekarang adalah juragan kaya yang memiliki karyawan lebih dari 10 orang. Perubahan yang begitu singkat dia sudah tokoh terpandang yang menggegerkan masyarakat sekitarnya.
Kabar tentang Richman telah sampai ke telinga H Ahmad, ia tidak percaya dengan berita yang di dengarnya. Akhirnya dengan sengaja dia turun kembali membawa KM Saribulan berlayar dan menyaksikan kenyataan kemajuan Richman yang jauh dari fikirannya. Kenapa bisa. Kok bisa. Dia tidak habis fikir mengapa hal ini bisa terjadi. Richman jauh melampaui batas kemustahilan yang tak bisa H Ahmad raih.
Tak seorangpun bisa mengira bahwa sebenarnya perubahan Richman disebabkan seorang wanita yang menjadi cahaya jalan hidupnya.
Menjelang 2 Hari pernikahan Persiapan pantia pimpinan bu Mega Sudan rampung melaksanakan tugas-tugasnya. Rumah panggung milik Richman Sudan di hias dengan indah.
Keluarga H Ahmad tiba dari Samarinda melalui jalan darat. Jalan kotabangun-kotaraja sudah lama di rintis, sekarang jalan tersebut sudah bisa di tempuh dengan mobil, meskipun masih banyak yang rusak, tetapi hal ini sudah membahagiakan warga. Mereka dengan mudah bepergian pulang balik ke kota dalam satu hari.
Dengan demikian angkutan air seperti Kapal bukan angkutan utama, tetapi masih banyak digunakan karena belum tersedia angkutan umum menuju kota.
Kapal Saribulan tiba membawa tamu undangan dari Samarinda. Richman dan H Ahmad menyambut mereka di dermaga. Para tamu ini ditampung di rumah-rumah warga kecuali keluarga H Ahmad mereka menginap di rumah Mbo Minah.
H Ahmad mengajak Ricman ngopi di kapal Saribulan. Richman membuat 2 kopi untuk mereka berdua di dapur kapal. Sudah lama mereka tidak menikmati suasana begini, minum kopi di atas kapal sambil menikmati aroma sungai yang mengalir deras.
H Ahmad menghirup kopi dengan nikmat matanya menatap kemudi kapal. Wajahnya menunjukkan kegalauan hatinya.
Perdagangan dengan kapal sudah tidak banyak menguntungkan, kalah dengan pedagang-pedagang yang menggunakan truk atau mobil box yang bisa masuk ke desa-desa di pedalaman.
H Ahmad bercerita dengan sendu. "Aku sudah membeli beberapa truk pengganti kapal untuk perniagaan ini dan menjual kapal Saribulan", H Ahmad berkata sambil mengusap-ngusap kemudi kapal Saribulan. Richnan terkejut. 'Menjual kapal'. Dia harus membeli kapal ini sebelum orang lain yang akan membelinya.
"Sebenarnya aku sayang sekali dengan kapal ini", H Ahmad berkata sendu.Matanya berair. Richman turut mengusap kemudi kapal bukan hanya H Ahmad yang menyayangi kapal ini, bagi Richman kapal Saribulan adalah rumah, teman dan sahabat. Tempat dia bercerita dan berkelana. Kapal ini menjadi saksi hidupnya. Tak ada yang mencintai kapal ini melebihi dirinya.
"Biarlah saya yang membeli kapal ini pak Haji", pinta Richman.H Ahmad tersenyum. Dia memang akan menawarkannya ke Richman. Jika Kapal Saribulan ini dijualnya ke Richman dia merasa tidak terlalu kehilangan.
H Ahmad menepuk pundak Richman. Bagaimanapun Richman mempunyai banyak jasa dan membantunya berniaga dengan KM Saribulan selama bertahun-tahun sejak Richman masih anak-anak. "Iya! H Ahmad setuju. Richman mencium tangan H Ahmad dengan gembira dan terharu. Airmatanya mengalir tanpa terasa. Richman menghidupi mesin kapal. H Ahmad duduk di belakang kemudi. Para awal kapal melepas jangkar. Mereka mau jalan-jalan dengan kapal ini sebagai salam perpisahan H Ahmad kepada KM Saribulan. Hari ini terakhir kalinya dia menjalankan kapal ini.
Kapal Saribulan tersayang jatuh ke tangan orang yang mencintainya
***
Dalam sekejap KM Saribulan berubah cantik seperti baru, para anak buah kapal mengetahui nahkoda kapal sudah berganti tangan dengan segera membenahi kapal atas perintah Richman.
Kapal Saribulan didandani dengan mengganti cat kapalnya dari biru tua dan kuning menjadii biru muda dan putih, menganti bendera merah putih yang sudah lusuh dengan yang baru, mengganti plang nama Saribulan yang sudah aus dengan buatan yang baru, mengganti karpet lantai kapal yang sudah kusam dengar karpet Turki, kemudian dilengkapi dengan bantal kapuk dan sudah pakai sarung bantal, mengganti dinding/gorden anti air kapal dengan yang baru.
Demikian peralatan dapur diganti dengan yang baru pula. Sehingga KM Saribulan layaknya kapal pesiar. Pekerjaan mereka selesai dalam 1 hari karena Richman mengerahkan 10 orang tukang ahli kapal dibantu 20 orang terdiri dari anak buah kapal ABK di bantu dengan pemuda setempat.
Malam hari Saribulan bersinar terang karena kapal dihiasi dengan lampu-lampu yang terang benderang dan memikat hati. Orang ramai mendatangi kapal Saribulan yang memukau. Bahkan H Ahmad hampir tidak mengenali KM Saribulan yang sudah pindah pemilik itu.
Lepas Sholat Isya Richman berusaha menemui Murni di Rumah Panggung, tetapi dihalangi para ibu-ibu yang ads dirumahnya. Karena saat ini Murni sedang di pingit, jadi Richman tidak diperbolehkan menrmuinya. Tetapi karena apa yang disampaikan Richman penting dan tidak diwakilkan, maka Richman hanya boleh berbicara di muka pintu kamar saja dan Murni tetap di dalam kamar ditemani Hasnah.
Ricman menceritan tentang KM Saribulan yang sudah dibelinya. Murni mendengarkan menjawab dengan mendehem. Meski Richman belum puas hati atas jawaban Murni tetapi merasa harus bercerita karena dia takut Murni salah paham lagi sepert sebelumnya. Richman bercerita pula tentang rencananya setelah mereka menikah, Richman akan mengajak pulang ke kampungnya dan ziarah ke makam orangtuanya di Kutai Lama.
Mendengar hal itu Hasnah berseru mengagetkan mereka, "Saya ikut ya kak!" katanya. " Saya juga!" Saya juga!" Saya juga?" beberapa orang ikut berseru mendekat mengancungkan jari telunjuk mereka membuat kaget Murni dan Richman. Rupanya ada orang ikut mendengarkan pembicaraan mereka diam-diam.
Beberapa saat kemudian terjadi ribut-ribut orang-orang berusaha masuk dan menyampaikan keinginannya ikut ziarah ke Kutai Lama¹.
-------------
¹ Kutai Lama adalah desa di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Pada awal abad ke-13, Kutai Lama merupakan pusat dari Kerajaan Kutai Kartanegara, sebelum akhirnya pindah ke ibu kota Kutai Kartanegara di Tenggarong