Berpacaran dengan Laki-Laki

Mo Lisi saat ini sedang berbaring di tempat tidurnya, sambil melakukan video call dengan Tong Lele secara serius, dengan menggunakan headphone. 

Disisi lain, Mo Qijue membuka pintu kamar Mo Lisi dengan menggunakan kartu universal, tanpa Mo Lisi sadari. Dia kemudian berdiri di samping tempat tidur anaknya, sambil menatap layar tablet Mo Lisi dengan tatapan dingin. Dalam video tersebut, tampak seorang anak kecil yang memiliki gaya rambut hampir sama seperti anaknya. 

Kemudian Mo Qijue membungkuk dan langsung melepas headphone milik anaknya. Mo Lisi sangat kaget, lalu dia menoleh kebelakang. Saat melihat ayahnya, dia sangat ketakutan dan cepat-cepat menyembunyikan layar tabletnya, sambil menatap ayahnya dengan panik. "Pa... Papi... Bagaimana bisa papi masuk?" tanyanya. Padahal, jelas-jelas dia sudah mengunci pintu kamarnya.

"Pengurus Feng mengatakan padaku, bahwa kamu pacaran. Jadi, aku masuk untuk melihatnya." Kata Mo Qijue sambil menoleh ke arah pengurus Feng sebentar, lalu mengedipkan mata.

Sedangkan mendengar hal itu, pengurus Feng yang saat ini sedang berada di pintu, membuat hatinya menjerit dengan kepahitan, Tuan, saya tidak mengatakan hal ini. Padahal saya mengatakan bahwa Tuan Muda berteman. Tuan sendiri yang berkata bahwa Tuan Muda pacaran! batinnya. Tapi sayangnya, kepahitan itu tidak bisa keluar dari mulutnya. Mo Qijue bisa merasakan, jika ada keluhan di balik diamnya pengurus Feng. Dan ketika melihat semburat aura dingin itu, membuat pengurus Feng benar-benar lebih merasa dirugikan.

"Papi, mana ada aku pacaran?" Kata Mo Lisi menjelaskan.

"Halo? halo? haloooo? Hei Mo Lisi si bocah bodoh! Apakah kamu masih di situ?" kata seseorang. Suara itu terdengar dari layar tablet, yang saat ini sedang Mo Lisi sembunyikan. Karena suara perkataan bodoh ini terdengar sangat manja dan manis, membuatnya berpikir kalau hal itu akan membuatnya merasa, kalau pasti Mo Qijue dan pengurus Feng semakin salah paham. Dengan cepat, dia segera mematikan video call tersebut, dan itu membuat Mo Qijue semakin geram. Kemudian Mo Qijue, segera mengangkat anaknya dan mendudukkannya di pahanya.

Mo Lisi terlihat sangat kaget dan takut, "Papi, papi mau melakukan apa?" tanyanya.

Tak banyak bicara, Mo Qijue langsung memukuli pipi kecil anaknya. Mo Lisi yang saat itu sedang dipukul, dengan agresif memprotes dengan wajah dinginnya, "Papi, kenapa papi memukuliku? Aku salah apa?" tanyanya.

Dengan wajah dingin dan muram, Mo Qijue pun memarahi anaknya "Kamu masih kecil sudah pacaran dan juga melakukan kencan online. Bahkan kamu juga kencan dengan anak laki-laki?" tanyanya.

"Bagaimana bisa papi? Papi jangan bicara sembarangan!" teriak Mo Lisi dengan kesal. 

"Anak kecil bodoh, kamu kira papi ini tuli?" tanya Mo Qijue sambil memukul pipi kecil Mo Lisi lagi.

"Papi, kenapa papi memukulku berkali-kali?" tanya Mo Lisi sambil mengerutkan kening. Tapi, dia tidak terlihat menangis dan tidak teriak, "Papi memukul terlalu keras!" katanya. Dia hanya merasa, kalau ayahnya terlalu banyak memukul seolah-olah seperti orang yang sedang kecanduan.

Mo Qijue kemudian mengalihkan pandangannya, dia terlihat menatap dengan serius, lalu lanjut memukuli Mo Lisi, "Sekarang tak ada aturan yang dipatuhi, setiap hari semakin aneh. Semua yang kamu pelajari hilang kemana? Bahkan, kamu sempat memanggil papi dengan panggilan yang buruk. Kamu telah mempelajari hal-hal buruk! Sudah mengirimmu ke sekolah, tapi kamu malah seperti ini. Kenapa aku harus melahirkan anak seperti ini." katanya.

Mo Lisi terlihat sedang melawan, lalu dia segera duduk di sebelah ayahnya, dan mengangkat kepalanya, "Aku bukan dilahirkan papi! Aku dilahirkan oleh mami. Papi tahu, apa yang dikatakan orang luar tentang aku? Aku seperti seekor anjing yang malang, karena tidak ada mami yang mengurusku dan mengajariku" Katanya dengan sedih, lalu dia keluar dari kamarnya...