Tameng Terburuk dalam Sejarah

Pengurus Feng bercerita pada Mo Lisi, alasan kenapa Mo Qijue membatasinya di dalam rumah, sebenarnya adalah karena dia khawatir terjadi masalah padanya. Jadi Mo Qijue tak ada pilihan lain selain membawanya pulang kerumah, lalu membatasi dirinya keluar dari rumah. 

Bahkan, Mo Lisi hanya diperbolehkan keluar dari rumah satu bulan sekali. Sebenarnya pengurus Feng juga begitu kasihan dengan keadaan Tuan Mudanya sekarang. Kemudian dengan suara berbisik dia pun berkata, "Mami Tuan Muda adalah seseorang yang baik."

Lalu dalam hati pengurus Feng kemudian berkata, Tapi sayangnya, papimu bukan orang baik. Dia merenggut kepolosan seorang gadis, lalu membawa pergi anaknya. Namun sekarang, mamimu telah menjadi koki terkenal dan memiliki bintang! Dia hanya bisa mengatakan ini dalam hati, karena di tidak mampu mengatakannya secara langsung kepada Mo Lisi.

"Aku yakin, kalau mamiku adalah orang yang baik. Dan biasanya, orang baik akan diintimidasi. Aku pikir, papi pasti mengintimidasi mami, dan membuat mami marah, lalu pergi meninggalkan papi." kata Mo Lisi dengan penuh semangat.

Tapi ketika berpikir bahwa ibunya sendiri adalah Tong Jiumo, hal itu membuat Mo Lisi sangat sedih, marah, dan tak berdaya. Karena ayahnya, begitu tega memisahkan dia dan ibunya. Ketika memikirkan akan hal ini, membuatnya menjadi sangat kesal.

Dengan cepat, pengurus Feng memperbaiki posisinya dan memberitahu Mo Lisi, "Tuan Muda, untuk selanjutnya nanti, Tuan Muda harus lebih memperhatikan aturan. Tuan Muda tidak boleh memanggil papi dengan panggilan yang tidak sopan." katanya.

"Memangnya kenapa, kalau aku memanggil papi dengan panggilan yang tidak sopan? Papi sudah memukulku, apakah kakek Feng tidak melihatnya?" Kata Mo Lisi dengan kesal, karena dia merasa dirugikan. Baginya, ayahnya sangatlah kejam, bahkan begitu tahu ada masalah yang muncul, dia langsung memukul tanpa bertanya.

Bagi Mo Lisi ini benar-benar tidak masuk akal, karena ibunya tidak sama dengan papinya. Ibunya adalah seseorang yang sangat cantik dan menyenangkan, bahkan masakan yang dibuatnya pun begitu enak. Karena dia mempunyai lidah yang seperti emas, dan kepekaan hidung yang tajam, jadi dia tahu tentang enak atau tidaknya suatu masakan, dan hanya dengan sekali lihat, dia akan tahu. Baginya, masakan sederhana yang dibuat ibunya, serta secangkir teh yang dibuat ibunya tidaklah sama. Hal itu memang benar-benar begitu sederhana, namun itu semua begitu indah dan enak.

Semakin memikirkan hal ini, membuat Mo Lisi semakin iri pada Tong Lele. Dia sudah hidup bersama ibunya selama 5 tahun. Jadi, dia hanya bisa mendengus. Lalu, ketika melihat Tuan Mudanya, membuat pengurus Feng hanya bisa tersenyum.

Melihat pengurus Feng yang berani tersenyum, membuat Mo Lisi berkata, "Kakek Feng, apa karena mentang-mentang kakek Feng sudah tua dan aku masih muda, lalu aku tak berani menghukum kakek Feng?" Katanya sambil melirik pengurus Feng.

"Tuan Muda, saya hanya berpikir bahwa sepulang dari Eropa, sepertinya membuat Tuan dan Tuan Muda menjadi lebih dekat," Kata pengurus Feng dengan lega. Sebenarnya ini semua adalah berkat Tong Lele, jika bukan karena salah menangkap orang saat di bandara, mungkin hubungan Mo Lisi dan Mo Qijue akan semakin renggang.

"Kakek Feng, hati-hati dengan kata-kata kakek di kemudian hari. Jangan berbicara omong kosong." Kata Mo Lisi memperingatkan pengurus Feng.

Walaupun terasa pahit di hatinya, namun pengurus Feng hanya bisa mengangguk "Saya mengerti tuan muda." katanya.

Ketika Mo Lisi kembali ke kamar, dia melihat ayahnya sudah keluar dari kamar. Lalu, saat melihat ayahnya, dia merasa yakin 100% bahwa ayahnya telah membuat ibunya marah, kemudian pergi meninggalkannya, dan dia juga telah memisahkan ibu dan anak. Ketika lewat, dengan nada dingin dia berkata kepada ayahnya, "Papi seperti kuku babi besar!"

Mo Qijue yang saat itu sedang berjalan, seketika langsung menoleh, dan menatap Mo Lisi, "Mo Lisi!" bentaknya.

"Kakek Feng bilang, ketika papi masih muda, papi seperti kuku babi besar!" kata Mo Lisi lagi.

Tidak jauh dari sana, pengurus Feng yang mendengar hal itu seketika membuat wajahnya memucat. Dia menatap sepasang ayah dan anak itu dengan sangat kaget, Apakah aku telah menjadi tameng untuk sepasang ayah dan anak ini? batinnya..