Bodoh

Saat berjalan keluar dari kantor polisi, matahari sudah terbenam.

Cahaya matahari yang berwarna keemasan menyinari jalan, kemudian Li Beinian melihat sebuah mobil hitam yang cukup mewah berhenti di depan kantor polisi.

Li Beinian mengingat mobil itu, itu adalah milik Mu Donglin.

Di kehidupan yang sebelumnya Li Beinian mengira bahwa Mu Donglin adalah orang yang setia sehingga dia tidak berganti-ganti mobil sehingga dia selalu menggunakan mobil itu.

Setelah beberapa tahun berlalu Mu Donglin mengatakan bahwa Li Beinian adalah satu-satunya istri yang dia miliki sekaligus menantu keluarga Mu.

Kemudian Li Beinian baru mengetahui bahwa mobil itu adalah pemberian Li Kerou.

Li Beinian menggunakan topinya kembali, kemudian menundukkan kepalanya dan berjalan menuruni tangga yang ada di depan kantor polisi.

"Berhenti."

Terdengar suara seorang laki-laki memanggilnya dan membuatnya tertegun.

Kemudian terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat ke arahnya dan tidak lama kemudian Li Beinian dapat melihat bayangan orang itu di atas jalan. Bayangan orang itu menumpuk jadi satu dengan bayangannya sehingga terlihat seperti bayangan satu orang saja.

Li Beinian melihat ke arah bayangan itu dan untuk sesaat dadanya terasa sakit.

"Kejadian seperti ini sebaiknya kelak tidak terjadi lagi."

Suara itu begitu dingin dan tajam.

Li Beinan kemudian berpaling dan melihat ke wajah orang yang berdiri di belakangnya.

Wajahnya datar tanpa ekspresi, tubuhnya tegap seperti sebuah bongkahan es. Membuat orang lain tidak berusaha untuk mendekatinya atau lebih tepatnya dia sengaja melakukan itu agar tidak ada orang yang mendekatinya.

Sejak dulu dia selalu seperti itu.

Walau 5 tahun berlalu dia tetap seperti itu.

Li Beinian menutup mulutnya dan tidak mengatakan apapun, kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

Mu Donglin terlihat tidak senang dengan sikap Li Beinian, dia memperhatikan Li Beinian yang berjalan pergi darinya dan merasa ada yang janggal.

'Wanita ini, sepertinya berubah.'

Saat Li Beinian berjalan pergi tiba-tiba dia berhenti dan menoleh lalu bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu aku di sini? Siapa yang menyuruhmu datang?"

Mu Donglin berjalan menuruni tangga lalu dengan suara dingin berkata, "Kamu harusnya menanyakannya kepada keluargamu."

'Keluarga?'

Tentu saja tidak memerlukan waktu lama bagi Li Beinian untuk memahami situasi yang terjadi.

Li Haoran adalah orang yang memiliki harga diri yang tinggi, jika dia mengetahui berita seperti ini dia pasti akan marah besar.

Tapi walau begitu dia tidak akan membiarkan berita memalukan ini tersebar hingga ke telinga keluarga Mu, terlebih lagi memintanya untuk datang menjemputku karena itu sama saja mempermalukan keluarga Li dan keluarga Mu.

Tapi jika yang mengangkat telepon adalah FangZhili atau Li Xueqing tentu hal itu bisa terjadi.

Saat sedang memikirkan itu Mu Donglin sudah menuruni tangga kemudian melirik ke arah Li Beinian sekilas.

Setelah itu Mu Donglin masuk ke dalam mobilnya. Li Beinian melihat sekilas ke arah Mu Donglin lalu berjalan ke arah halte bus yang berada tak jauh dari kantor polisi.

Saat melihat Li Beinian yang berjalan kemudian perlahan-lahan menghilang dari pandangannya, Mu Donglin merasa ada yang aneh.

Mu Donglin mengira Li Beinian akan memintanya untuk mengantarkannya pulang.

Jika melihat hubungan keluarga Mu dan Li, Mu Donglin tidak mungkin menolak mengantarkan Li Beinian pulang terlebih lagi rumah mereka searah.

Tapi siapa yang tahu Li Beinian tidak mengatakan apapun dan pergi begitu saja.

Tentu saja hal itu di luar perkiraan Mu Donglin.

'Apa ini taktiknya? Apa dia ingin aku sendiri yang menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang?'

Mu Donglin merasa itu konyol, kemudian dia menyalakan mesin mobilnya dan berjalan pergi.

Hanya saja ia tidak memacu laju mobilnya dengan cepat, Mu Donglin melihat ke arah kaca spion menunggu Li Beinian melambaikan tangannya.

Mu Donglin mengira Li Beinian pasti akan melakukan itu.

Tapi Li Beinian berbeda dengan perempuan kebanyakan, dia terus berjalan tanpa mempedulikan mobil Mu Donglin yang melewatinya.

Li Beinian berjalan menuju ke arah yang menunjukkan tempat halte bus.

'Perempuan ini benar-benar akan naik bus?'

Mu Donglin melihat ke bayangan Li Beinian dari kaca spionnya dan merasa ini semua konyol.

Dalam hati dia merasa sedikit kesal.

"Dasar bodoh."

Kata Mu Donglin memaki Li Beinian dengan suara pelan kemudian dia menginjakkan kakinya di pedal gas dan menyetir pulang ke rumahnya.