ZING WISH

Apa sebenarnya yang paling kami inginkan?

Setelah Ajie, Javar, dan Izan mendengarkan hal tersebut mereka berpikir untuk beberapa saat sebelum akhirnya pak Rovel menyadarkan mereka kembali.

Clap!

Pak Rovel menepuk tangannya untuk membangunkan mereka.

"Baiklah anak-anak. Sepertinya kalian masih tidak tahu apa keinginan terbesar kalian. Untuk saat ini, kalian berlatihlah dengan metode yang menurut kalian tepat. Mulai dari sini, kalian harus bisa mengimprovisasi tehnik kalian sendiri. Bapak hanya mengajarkan dasar untuk meningkatkan kekuatan [ZING]. Sisanya bapak serahkan pada kalian!" Pak Rovel menyemangati mereka.

"Baik pak!" jawab Ajie, Javar, dan Izan serempak.

Hmmm tunggu sebentar. Sepertinya kami belum pernah menanyakan kekuatan pak Rovel. Apa sebenarnya kekuatan pak Rovel? Pikir Javar

"Pak Rovel, aku punya pertanyaan!" Javar mengangkat tangan kanannya.

"Javar, apa pertanyaan mu?" tanya pak Rovel sambil menatap ke arah Javar.

"[ZING] dan [ZING WISH] apa yang bapak punya?" tanya balik Javar pada pak Rovel dengan tatapan fokus dan muka serius.

"Ahhh jadi itu pertanyaan mu. Baiklah perhatikan baik-baik."

Pak Rovel mengambil sebuah kertas yang berada di sakunya. Kertas yang ia keluarkan merupakan kertas yang sama dengan yang mereka gunakan untuk mencoba tipe kekuatan mereka. Lalu pak Rovel menaruh kertas tersebut di atas batu dan mengalirkannya dengan aura miliknya.

Apakah yang terjadi?

Titik hitam di tengah kertas tersebut menghilang! Kemana sebenarnya titik hitam tersebut?

Saat Ajie, Javar, dan Izan mencarinya dengan seksama, akhirnya mereka menemukan dimana keberadaan titik hitam tersebut. Titik hitam tersebut melayang di udara!

Apa sebenarnya tipe [ZING] milik pak Rovel?

"Bisakah kalian tebak, apa tipe kekuatan ku?" tanya pak Rovel pada ketiga muridnya.

Javar, Ajie, dan Izan mengelus-elus dagu mereka sebelum akhirnya mereka menjawab.

"Tipe pengontrol!" respon Izan.

"Tipe pendukung!" jawab Ajie.

"Tipe spesial!" ucap Javar.

Pak Rovel manaruh kedua tangannya di pinggangnya sambil tertawa. Dia senang dengan tingkah muridnya yang sangat penasaran dengan kekuatananya.

"Jawabannya adalah tipe serangan jarak jauh!" koreksi pak Rovel terhadap jawaban dari ketiga muridnya.

Mendengar jawaban dari pak Rovel, Ajie, Javar, dan Izan memiringkan kepala mereka.

Serangan jarak jauh? Tapi yang dilakukan Izan sangat berbeda dengan yang dilakukan pak Rovel. Bagaimana bisa itu merupakan serangan jarak jauh? Pikir Ajie.

Tidak tidak tidak. Aku lihat sendiri apa yang Izan lakukan. Dan yang dilakukan pak Rovel tak mungkin sama dengan yang dilakukan Izan. Pasti ada sesuatu yang berbeda dari auranya! Pikir Javar.

Pak Rovel terkekeh sambil mengelus-elus dagunya. Matanya memandanga ke arah Ajie, Javar, dan Izan yang sedang menggaruk-garuk dahi mereka. Pemandangan yang di tunjukan oleh mereka membuat pak Rovel tak bosan menjahili mereka.

"Hahaha. Apa kalian sudah puas?" tanya pak Rovel sambil mengangkat-angkat alisnya berkali-kali dan tersenyum lebar.

Tentu mereka belum puas!

"Aku tidak puas!" protes Javar sambil mengacungkan tangan kanannya.

"Aku juga!" Izan pun ikut menambahkan apa yang di katakan Ajie dan mengacungkan tangan kanannya.

"Aku lebih tidak puas!" seru Ajie sambil mengangkat tangan kanannya.

Melihat hal tersebut, pak Rovel hanya tersenyum. Dia sudah menduga bahwa murid-muridnya tidak akan puas dengan jawaban yang ia berikan. Jika keadaannya dibalik, ia pasti melakukan hal yang sama dengan murid-muridnya.

"Baiklah apa yang membuat kalian tidak puas?" tanya pak Rovel dengan menyembunyikan senyumannya.

"Aku tahu, pak Rovel pasti membohongi kami, kan?" seru Ajie dengan mengarahkan jari telunjuknya ke tubuh pak Rovel.

Javar dan Izan mengembungkan pipi mereka lalu mereka menganggukan kepala mereka dengan cepat.

Melihat hal tersebut pak Rovel sudah tak sanggup menahan tawa yang ia tahan-tahan. Akhirnya pak Rovel melepaskan seluruh tawa yang ada di perutnya. Ia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Air mata sedikit keluar karena efek dari tertawanya tersebut.

Melihat apa yang dilakukan pak Rovel, mereka yakin bahwa mereka telah dibohongi! Kejadian barusan merupakan kebohongannya yang tak tahu sudah keberapa kali.

Mereka menunggu jawaban pak Rovel dengan muka cemberut sambil mengembungkan pipi mereka layaknya ikan buntal!

Pak Rovel sudah berkali-kali mencoba berhenti tertawa dengan memegang mulutnya dengan kedua tangannya, namun semua itu gagal. Setiap kali ia melihat wajah Ajie, Javar, dan Izan, ia kembali tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul tanah. Hingga akhirnya ia terbatuk karena sesak napas. Disaat itu lah dia baru bisa berhenti tertawa.

Akhirnya! Akhirnya si Rovel penipu itu berhenti tertawa juga! Pikir Javar, Ajie, dan Izan.

Meskipun mereka berpikir seperti itu, mereka tetap kesal. Wajah mereka memerah, asap keluar dari ujung kepala mereka, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya terus menunggu hingga pak Rovel memberikan jawabannya.

Setelah berhenti tertawa, Pak Rovel merapihkan pakaian yang ia kenakan lalu berdeham. "Baiklah anak-anak sepertinya bapak telah menipu kalian!" Pak Rovel mengakui kesalahannya dengan mengangkat tangan kanannya.

Mendengar hal tersebut, kekesalan yang ada di dalam diri Ajie, Javar, dan Izan mulai hilang. Wajah merah mereka kembali normal. Mulut cemberut dan pipi mengembung mereka pun berubah menjadi tatapan sinis.

"Apa yang kalian lihat sebelumnya? Apa yang membuat kalian yakin bahwa itu bukanlah tipe penyerang jarak jauh?" tanya Pak Rovel sambil menaruh kedua tangannya di belakang tubuhnya.

Tanpa mengangkat tangannya dan dengan tatapan tajam Javar menjawab dengan lantang, "Aku melihat titik hitam dari kertas milik pak Rovel melayang!"

Ajie dan Izan pun menjawab hal yang sama namun kalah cepat dibandingkan Javar.

Pak Izan menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Setelah itu ia merespon jawaban dari mereka bertiga sambil menunjukan kertas yang ia pegang, "Kalian lihat sendiri kan? Titik hitam dalam kertas milikku melayang di udara. Kertas milik Izan pun melayang di udara. Jadi apa yang membedakan nya? Aura ku dan Izan sama-sama membuat sesuatu melayang."

Jelas sekali bahwa yang dibuat melayang oleh aura pak Rovel dan Izan berbeda. Tapi mengapa bisa berbeda? Apa sebenarnya yang membuat hal tersebut bisa berbeda? Apakah ini sama atau berbeda? Pikir Ajie, Javar, dan Izan.

Tak ada satupun yang berhasil memahami apa yang dilakukan pak Rovel.

"Jika kalian tidak bisa menjawabnya, lihatlah apa yang akan bapak lakukan!" suruh Pak Javar pada ketiga muridnya.

Ajie, Javar, dan Izan langsung memfokuskan mata mereka pada apa yang akan pak Javar lakukan.

Pak Javar mengumpulkan sedikit aura di tangan kanannya. Lalu mengarahkan aura tersebut kesebuah batu yang berada 5 meter di depannya.

Lalu apa yang terjadi?

Batu tersebut tak hancur. Batu tersebut tak terpental. Melainkan sebaliknya, batu tersebut mengarah ke tangan pak Rovel!

Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa batu tersebut bisa mengarah ke pak Rovel? Pikir Javar, Ajie, dan Izan.

"Sekarang kalian sudah lihat kan? Ini lah yang dinamakan dengan tipe pengendali. Tipe pengendali tidak memiliki serangan atau pertahanan yang kuat. Namun, ia bisa mengendalikan seluruh mahluk di sekitarnya. Entah itu batu, hewan, bahkan manusia. Tipe pengendali terkuat bahkan bisa mengendalikan monster level tinggi." jelas Pak Rovel pada ketiga muridnya yang penasaran.

Ajie, Javar, dan Izan hanya terdiam. Terpaku mendengar apa yang di katakan pak Rovel.

"Sekarang kalian lihatlah [ZING WISH] milikku!" suruh pak Rovel kepada murid-muridnya.

Pak Rovel kembali mengumpulkan aura di tangan kanannya. Namun kali ini berbeda. Kali ini dia menggunakan aura yang lebih banyak dibandingkan aura sebelumnya untuk mengaktifkan [ZING WISH]. Setelah aura tersebut terkumpul, aura yang awalanya bening berubah menjadi warna ungu. Lalu pak Rovel mengangkat tangan yang mengumpulkan aura tersebut tinggi-tinggi.

[GRAVITY REVERSE]!!

Seluruh area yang berada 10 meter dari pak Rovel tiba-tiba melayang! Begitupun dengan Javar, Ajie ,dan Izan. Tubuh mereka menjadi sangat ringan, hingga membuat mereka melayang.

"Woaaaahhh!!!"

Ajie, Javar, dan Izan tak bisa berkata apa-apa. Mereka hanya membuka mulut mereka lebar-lebar dan mata yang berbinar-binar. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Inikah yang dinamakan [ZING WISH]?

Setelah sekitar 5 detik pak Rovel mengeluarkan kekuatannya, ia berhenti. Bebatuan, pasir, ranting pohon, dan rumput yang tadinya melayang, kembali terjatuh ke tanah. Begitupun dengan Ajie, Javar, dan Izan. Mereka kembali berdiri di atas tanah.

Meskipun hanya 5 detik, itu adalah pengalaman yang luar biasa bagi Ajie, Javar, dan Izan. 5 detik tersebut tak akan terlupakan selama-lamanya dalam kehidupan mereka.

"Itulah yang dinamakan [ZING WISH]. Yahhh sebenarnya ini sedikit memalukan, tapi sejak kecil keinginan terbesar bapak adalah untuk bisa terbang. Oleh sebab itu, bapak bisa mengendalikan gravitasi." deklarasi pak Rovel pada murid-muridnya.

Mendengar hal tersebut membuat Ajie, Javar, dan Izan kembali berpikir. Hanya sesederhana itu? Apakah keinginan terbesar kami juga hanya sesederhana itu? Apa sebenarnya keinginan terbesar kami?

Mulai dari situlah mereka mulai memiliki gambaran apa sebenarnya yang paling mereka inginkan.