Pak Rovel akhirnya datang juga. Ini lah hal yang ditunggu-tunggu oleh Ajie, Javar, dan Izan. Lingkaran hitam yang berada di bawah mata Ajie dan Javar tiba-tiba menghilang. Mata yang tadinya terlihat lesu berubah menjadi berapi-api. Pertanyaan untuk mengetahui apa yang mereka lakukan kemarin membuat mereka menjadi semangat kembali.
Tanpa menjawab salam dari pak Rovel, Javar segera mengatakan apa yang ia pendam selama semalaman.
"Pak Rovel aku punya pertanyaan penting!" Javar mengacungkan tangan kanannya tinggi-tinggi hingga ia sedikit melompat-lompat.
Ajie pun tidak mau kalah dengan apa yang di lakukan Javar. Javar mengacungkan satu tangan sambil meloncat-loncat, ia harus bisa melakukan yang lebih baik darinya.
"Pak Rovel, aku pertanyaan yang lebih menarik dari punya Javar!" Ajie mengacungkan kedua tangannya lalu meloncat lebih tinggi dibandingkan Javar layaknya seekor anak kelinci yang sedang bermain di taman.
Izan yang berdiri di antara Ajie dan Javar hanya mengacungkan tangannya setinggi kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun. Wajahnya tak menunjukan satupun ekspresi. Namun, tatapannya tajam ke arah mata pak Rovel.
Melihat hal tersebut membuat pak Rovel tertawa keras sambil memegang perutnya. Dia tertawa hingga mengeluarkan sedikit air mata karena tidak tahan dengan kelakuan anak didiknya.
Aku tahu mereka pasti penasaran setengah mati dengan apa yang mereka lakukan kemarin. Tapi apa-apaan dengan tingkah mereka itu? Mereka tak bisa tidur semalaman dan sekarang mereka tak sabar bertanya tentang hal tersebut padaku. Pikir pak Rovel.
Ajie, Javar, dan Izan berhenti mengangkat tangan mereka setelah melihat pak Rovel tertawa. Mereka memiringkan kepala mereka dan tak tahu harus berkata apa.
Apa ada yang salah dengan kami? Mengapa pak Rovel tertawa melihat kami? Bukankah kami hanya ingin bertanya saja padanya? Pikir mereka bertiga.
Tak lama kemudian, pak Rovel dapat mengendalikan kembali dirinya. Ia berdeham sebelum memulai pembicaraannya. "Ehm ehm . . . baiklah, bapak tahu apa yang akan kalian pertanyakan. Sebelum hal tersebut, bapak akan menjelaskan sesuatu. Bapak yakin, dengan menjelas kan hal tersebut pertanyaan kalian akan terjawab."
Ajie, Javar, dan Izan menganggukan kepala mereka.
Apa yang sebenarnya akan pak Rovel jelaskan pada kami? Benarkah ia mengetahui apa yang akan kami tanyakan? Aku khawatir jika kebodohannya kembali menghampirinya disaat penting seperti ini. Yahh, tapi bagaimanapun juga, ia adalah pembimbing kami. Aku hanya perlu mendengarkan apa yang akan ia jelaskan. Mungkin apa yang akan ia jelaskan juga lebih penting dibandingkan yang akan kami tanyakan. Pikir Ajie dan Javar.
"Dengarkan baik-baik! [ZING] yang bapak dan kalian miliki sebenarnya memiliki 6 tipe. Tipe tersebut dibagi berdasarkan kegunaanya dalam pertarungan. 6 tipe tersebut adalah serangan jarak dekat, serangan jarak jauh, pertahanan, pengendali, pendukung, dan tipe spesial. Lalu bagaimana cara mengetahui apa tipe [ZING] kalian? Itu sangatlah mudah. Sekarang lihatlah apa yang bapak bawa."
Pak Rovel mengeluarkan selembar kertas dari dalam sakunya. Kertas yang ia bawa merupakan kertas yang biasa digunakan untuk menulis. Tak ada yang spesial dari kertas tersebut.
Apa yang pak Rovel keluarkan membuat Ajie, Javar, dan Izan memiringkan kepala mereka. Apa yang sebenarnya akan pak Rovel lakukan?
"Ajie, cobalah kemari!" suruh pak Rovel.
Ajie segera mendekati pak Rovel. Matanya tetap fokus melihat ke arah kertas yang pak Rovel pegang.
Setelah ia mendekat, ia akhirnya menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan kertas tersebut. Bekas tinta warna hitam berbentuk bulat tepat berada di tengah kertas tersebut. Hal tersebut membuat Ajie semakin penasaran dengan apa yang akan dia lakukan.
"Ajie, coba alirkan aura mu ke kertas ini tanpa menyentuhnya!" perintah pak Rovel pada Ajie.
Pak Rovel menaruh kertas yang ia bawa di atas sebuah batu datar. Setelah itu, Ajie segera mendekati batu tersebut dan mengalirkan auranya tanpa menyentuh kertas yang berada di atas batu.
Lalu apa yang terjadi?
Kertas yang Ajie alirkan aura, seketika itu juga menjadi lecek. Apa sebenarnya maksud dari leceknya kertas ini?
"Ajie, kau tipe serangan jarak dekat." ucap pak Rovel.
Serangan jarak dekat? Apakah Jika kertasnya lecek menandakan bahwa ia merupakan tipe serangan jarak dekat? Apakah ini pertanda baik atau buruk? Pikir Ajie.
Pak Rovel kemudian mengeluarkan kertas kedua dan ketiganya. Ia menyuruh Javar dan Izan melakukan hal yang sama dengan yang Ajie lakukan.
Kertas yang Izan alirkan auranya menjadi sedikit melayang. Semakin lama ia mengalirkan auranya, semakin tinggi pula kertas tersebut melayang. Ketika Izan berhenti mengalirkan auranya, kertas tersebut jatuh kembali ke atas batu.
Jadi tipe kekuatan apakah yang Izan punya?
"Izan, kau tipe serangan jarak jauh." ucap pak Rovel sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.
Lalu bagaimana dengan kertas yang Javar punya?
Tak ada perubahan sama sekali dari kertas tersebut. Titik hitam yang berada di tengah kertas pun tak berubah sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kertas Javar?
"Ajie, coba kau sayat kertas yang berada di hadapan Javar dengan katana mu tanpa mengalirkan aura sedikitpun!" perintah Pak Rovel pada Ajie.
Ajie menganggukan kepalanya dan segera mendekati Javar. Ia mengeluarkan katananya dari sarungnya dengan perlahan, lalu mengarahkannya ke kertas yang berada di hadapan Javar.
Clang!
Kertas yang berada di hadapan Javar tak terpotong sama sekali! Kertas tersebut memantulkan katana Ajie dengan mudah. Seperti ada baja yang melapisi kertas tersebut.
Jadi apa sebenarnya tipe kekuatan Javar?
"Javar, kau tipe pertahanan." Pak Rovel menganggukan kepalanya sambil memejamkan matanya.
Tipe pertahanan? Apakah itu bagus atau tidak? Mengapa kedua temanku memiliki tipe serangan sedangkan aku tipe pertahanan? Apakah karena aku memiliki perisai sebagai senjata ku? Pikir Javar.
"Sebenarnya kekuatan kalian mulai terlihat saat kalian memilih senjata. Perisai biasa digunakan untuk bertahan, tombak digunakan untuk serangan jarak menengah dan jauh, sedangkan katana digunakan untuk serangan jarak dekat. Namun aku punya saran untuk mu Izan. Lebih baik kau mengganti senjata mu dengan panah atau crossbow. Hal tersebut akan memudahkan mu untuk berlatih menggunakan aura mu," saran pak Rovel.
"Siap pak!" jawab Izan sambil memberi hormat pada pak Rovel.
"Ajie, bapak sarankan kau menggunakan senjata yang lebih pendek. Seperti dagger atau sarung tangan. Pergerakan mu terhambat setelah kau menggunakan katana mu. Seharusnya kau bisa bergerak lebih lincah karena kau memiliki tipe serangan jarak dekat. Utamakan kecepatan agar bisa mendekati lawan mu, baru fokuskan serangan setelah kau berada di depan musuh mu," saran Pak Rovel kepada Ajie.
"Siap Pak!" jawab Ajie sambil membusungkan dadanya dan meletakkan salah satu tangannya yang terkepal di depan dadanya.
"Untuk Javar, sepertinya kau tidak perlu merubah senjata mu. Kau adalah tipe pelindung, jadi lindungilah kedua teman mu!" perintah pak Rovel pada Javar.
"Siap pak!" jawab Javar dengan menggunakan pose yang sama seperti Ajie.
"Yang terakhir adalah tipe pendukung dan pengendali. Tipe pendukung biasa menggunakan senjata tumpul, contohnya adalah tongkat. Sedangkan tipe pengontrol biasa menggunakan tipe senjata yang dapat berubah bentuk atau arah serangan, contohnya adalah cambuk, cakram, kipas, dan lain-lain. Tapi ini hanyalah kemungkinan saja. Tak semua yang menyukai pedang bertipe serangan jarak dekat."
Ajie, Javar, dan Izan menganggukan kepala mereka berkali-kali mendengar penjelasan yang pak Rovel lakukan. Ini merupakan hal baru bagi mereka.
"Lalu apakah kita hanya bisa menggunakan satu tipe [ZING] saja?" tanya pak Rovel pada ketiga murindya.
Ditanyakan oleh pak Rovel, Ajie, Javar, dan Izan mengelus-elus dagu mereka. Mereka berpikir jawaban apakah yang tepat untuk pertanyaan tersebut.
"Hmmm . . . mungkin tidak," tebak Javar ragu-ragu.
"Benar sekali! Pembagian tersebut hanya digunakan untuk mengetahui dasar [ZING] kalian. Kalian bisa melatih tipe-tipe lainnya. Namun, kekuatan lain yang kalian latih, tidak akan seefektif tipe dasar yang kalian miliki."
Pak Rovel berhenti beberapa saat sebelum akhirnya melanjutkan berbicara.
"Dan satu lagi hal penting yang wajib kalin ketahui." Mulut pak Rovel tersenyum dan ia mengangkat jari telunjuknya sejajar dengan mukanya.
"Kemampuan terakhir yang harus kalian miliki adalah [ZING WISH]. Ini adalah tehnik tingkat lanjut dari [ZING]. Cara memunculkannya tepat seperti nama tehnik tersebut [WISH]. Keinginan terbesar kalian akan menjadi kekuatan kalian. DIsitulah hebatnya kekuatan ini. Kekuatan ini tidak bisa di dapatkan jika kalian tidak memiliki keinginan yang besar akan sesuatu. Oleh sebab itu, pikirkanlah baik-baik keinginan terbesar kalian." ucap pak Rovel dengan tatapan fokus ke arah Ajie, Javar, dan Izan.
Keinginan terbesar? Apa arti dari keinginan terbesar? Apakah [ZING WISH] semacam kekuatan yang akan muncul jika kami memiliki keinginan yang besar? Tapi, apa sebenarnya keinginan terbesar kami? Memiliki harta banyak? Menguasai dunia? Menyelamatkan umat manusia? Sepertinya bukan. Apa sebenarnya keinginan terbesar kami? Pikir Ajie, Javar, dan Izan.